🏯Daejeon
7 tahun kemudian.....
Hwon membaca setiap laporan yang menumpuk di hadapannya. Hwon benar-benar stress dengan krisis keuangan negara yang dialami Joseon saat ini. Padahal, ia sudah memerintahkan penambahan dana yang diambil dari kas istana untuk menutupi kekurangan kebutuhan rakyat, tapi selalu saja masih kurang. Di luar sana banyak rakyat yang mati kelaparan dan hidup menderita.
"Jeonha, makan siang anda sudah saya hidangkan di ruangan anda. Silahkan anda makan siang dulu" kata Kasim Han
"Bagaimana aku bisa makan, Han Naegwan? Rakyatku di luar sana mati kelaparan. Untuk mencari sebutir nasi saja mereka kesusahan. Aku benar-benar tidak becus menjadi Raja" kata Hwon dengan mata berkaca-kaca
"Jeonha, mohon jangan salahkan diri anda. Semua ini pasti akan ada jalan keluarnya" kata Kasim Han mencoba menenangkan Hwon
"Aku tahu, semua ini adalah perilaku Soron yang semena-mena melakukan foya-foya pada keuangan negara. Namun, aku tidak bisa menghukum mereka. Jika mereka dihukum maka Jungjeon akan tersingkir juga" kata Hwon sambil menangis
Kasim Han hanya bisa diam saja mendengarkan Hwon. Sebenarnya ia sudah tahu In Yeong dan Soron di balik semua ini. Ia sebenarnya tidak suka pada In Yeong karena ketika In Yeong menjadi Ratu, negara malah krisis. Diam-diam, Kasim Han berdoa supaya suatu saat nanti Song Yi kembali. Tiba-tiba,...
"Han Naegwan?" Panggil Hwon
"Ya, Jeonha?"
"Ayo kita keluar istana. Aku benar-benar tertekan jika disini terus" kata Hwon sambil berlalu pergi
🎡Pasar
Hwon memutuskan untuk jalan-jalan ke pasar ditemani Kasim Han dan Yoon (masih ingat Yoon? Pengawal pribadi Hwon). Hwon sangat frustasi jika terus-menerus berhadapan dengan petisi-petisi yang menyatakan krisis negara. Ketika Hwon sampai di sebuah kedai, Hwon melihat seorang anak perempuan menangis tersedu-sedu di sudut kedai. Anak itu jika diperhatikan dari penampilannya sepertinya bukan dari kelas Cheonmin, namun jika dilihat-lihat lagi, pakainnya tidak seperti anak gadis bangsawan yang berpakaian mahal. Pakaian anak itu hanya hanbok berbahan katun namun tampa compang-camping sana-sini. Hwon mendekati anak itu dan berjongkok di hadapannya.
"Halo, gadis manis. Kenapa menangis?" Tanya Hwon lembut
Anak itu hanya menatap Hwon sekilas lalu kembali menangis. Hwon bingung kenapa anak itu tidak menjawabnya. Akhirnya, Hwon mengulurkan saputangan miliknya.
"Ini untukmu, jangan menangis" kata Hwon sambil menyodorkan saputangannya
Perlahan-lahan anak itu menegakkan kepalanya. Sesaat mata anak itu menatap tepat di manik mata Hwon, Hwon merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu seperti kerinduan yang mendalam, sesuatu yang penuh dengan kesedihan, entahlah Hwon tak dapat mengungkapkan perasaannya.
"Terimakasih, Tuan" ucap anak itu sambil mengusap air matanya
"Nah, kau sangat cantik jika tak menangis. Jika kau mau cerita padaku, ceritalah. Aku akan mendengarnya" kata Hwon sambil tersenyum pada anak kecil itu
"Permenku direbut oleh teman-temanku" kata anak itu
"Dan karena itu kau menangis?" Tanya balik Hwon
Anak itu mengangguk. Hwon sontak tersenyum geli melihatnya. Hwon lalu mengelus-elus lembut kepala gadis itu. Entah perasaan apa yang berdesir di hatinya ini.
"Bagaimana jika kita pergi bersama? Kau dan aku sama-sama sedang butuh hiburan. Bagaimana jika kita makan? Mau?" Tanya Hwon
"Mau!!" Sahut anak itu dengan mata berbinar-binar
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Sun II [COMPLETED]
Historical FictionJanuary, 2018 "Maafkan aku, Song Yi-ah. Aku telah dibutakan selama ini oleh kegelapan. Sekali lagi, maafkan aku" ucap seorang pria dewasa berjubah kerajaan warna merah dengan sulaman naga emas di beberapa sisinya. "Jeonha...." lirih Song Yi sambil b...