33. Hancurnya Sebuah Harapan

1.9K 207 26
                                    

Disuatu pagi yang cerah tepatnya di rumah mewah, tampak terjadi kepanikan. Sekumpulan Pria-pria berbadan tegap dan berseragam hitam berdiri gugup menatap kepala pelayan rumah yang berumur 53 tahun tersebut.

"N-nona muda tidak ada di apartementnya Pak. Kami sudah berkunjung kesetiap rumah teman-temannya, tapi tidak ada yang mengetahui keberadaan nona muda" kata pemipin bodyguard kepada Rudi yang tampak stress ketika mendapat laporan Veranda tak pulang kerumah.

"kalian sudah kerumah Shania Junianatha ?" tanya Rudi.

"sudah pak, tapi rumah itu sudah kosong. Kata tetangganya, semenjak berita perceraian kedua orangtuanya Shania dibawa pergi oleh Boby selaku saudara kandungnya ke Belgia"

Lutut Rudi lemas mendengarnya. Inilah resiko yang selalu dia takuti selama bekerja puluhan tahun pada keluarga Bagastoro yang selalu bebas tanpa pengawalan sedikitpun, hilangnya salah satu putri bosnya.

Freddy memang tak seperti pengusaha lainnya yang begitu menjaga ketat kehidupan anak-anaknya dengan memerintahkan para bodyguard untuk mengawasi kegiatan anaknya sepanjang hari. Freddy lebih membiarkan putrinya bebas untuk memilih dan bereksplorasi dengan dunia luar, memberi kepercayaan penuh dan mengajarkan pada anak-anaknya untuk berani bertanggung jawab jika kedua putrinya melakukan kesalahan. Maka saat mengetahui bahwa Veranda diam-diam telah memiliki kekasih seorang perempuan mampu membuat Freddy syok bukan main.

"saya tau kalian jarang diperlukan untuk mengawal keluarga ini. Tugas kalian selama bertahun-tahun cenderung itu-itu saja. Hanya bertugas saat Pak Freddy tengah membuat acara diperusahaan, selebihnya kalian hanyalah orang biasa yang selalu menerima gaji cukup tinggi tanpa kegiatan yang berlebihan"

"tapi untuk kali ini, kenapa kalian tak bisa menemukan Veranda ? Sebegitu terlena kah kalian dengan gaji yang besar serta tuntutan pekerjaan ringan ini ?" seluruh bodyguard menunduk mendengarnya, merasa gagal dalam mengemban tugas padahal selama bertahun-tahun keluarga ini begitu baik memberi mereka mata pencahariaan.

"kami mohon maaf karena belum bisa menemukan nona Veranda, pak. Tapi saya sudah mengirim pasukan lebih banyak untuk mencari nona Veranda kesetiap sudut kota hingga keluar kota. Kami berjanji akan menemukannya" kata pemimpin bodyguard dengan penuh sesal.

Rudi terduduk disofa ruang tengah. Pikirannya bercabang-cabang, merasa takut yang sangat besar jika terjadi sesuatu yang tak terduga dengan putri bungsu atasannya.

Suara decitan mobil dan dorongan keras pintu yang terbuka menarik perhatian Rudi yang menunduk. Tampak segerombolan pria berseragam hitam memasuki ruang tengah dengan nafas yang terpotong-potong.

"l-lapor pak, kami sudah sudah menemukan nona muda" Rudi langsung berdiri tegap mendengarnya.

"dimana dia ? Dia baik-baik saja bukan ? Dia bersama siapa semalaman ?"

Pertanyaan Rudi dijawab gelengan oleh para bodyguard. Wajah Rudi mendadak pucat ketika melihat pancaran wajah mereka tersirat rasa kekecewaan yang sangat ketara disetiap wajah mengindikasikan sesuatu yang buruk baru telah terjadi.


"n-nona muda sedang dirumah sakit.... Dia Diperkosa..."

***

Naomi sedari tadi hanya melamun merasakan panasnya matahari membakar kulitnya dilapangan penjara, satu-satunya ruang terbuka di penjara ini.

"Mi. Lo kok diem mulu sih ? Lo napa ? Semalam juga lo teriak-teriak gak jelas gitu lagi" kata Ikha yang merasa aneh dengan diamnya Naomi.

Semalam Naomi terbangun dengan meneriakkan nama Veranda cukup keras hingga membuat Ikha dan Frieska sontak ikut terbangun tengah malam. Keduanya terkejut melihat peluh membasahi Naomi, terutama wajah Naomi yang tiba-tiba menjadi pucat membuat Ikha langsung memanggil sipir penjara untuk membawanya ke klinik namun dengan cepat Naomi menolaknya dan memberi alasan bahwa dia hanya bermimpi buruk.

Veranda Dan NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang