"aku udah gak les lagi"
Perkataan dari Veranda tadi sukses menarik perhatian Naomi dari miniatur mobil yang baru saja dia beli kemarin.
"kamu apa tadi ?" tanya Naomi mencoba mencerna maksud dari perkataan Veranda.
Veranda mendengus malas mulai menutup buku pelajarannya dan duduk disebelah Naomi.
"aku berhenti les. Capek juga lama-lama"
Naomi diam menatap wajah Veranda saat ini. Memang jelas terlihat raut lelah diwajahnya, apalagi tugas-tugas yang semakin menumpuk serta praktikum-praktikum menjelang ujian akhir pasti sangat menguras pikiran dan tenaga.
"dulu kamu santai aja tapi kenapa sekarang berubah pikiran gini?" Veranda bersandar dipundak Naomi sambil memainkan jarinya disela-sela jari Naomi.
"coba cerita kenapa kamu berhenti les ? Ada yang menggangu kamu ? Atau ada yang sering gombalin kamu ?" Veranda hanya menggeleng sebagai jawabannya.
"aku bosan. Gak ada kamu, gak enak" kata Veranda yang akhirnya jujur tentang penyebabnya berhenti les.
Naomi terkekeh mendengarnya. Bisa-bisa Veranda menjadikan dirinya sebagai alasan untuk berhenti les. Tak taukah Veranda disaat seperti ini tempat bimbingan akan ramai dengan tentor-tentor yang mendadak menjadi Mario Teguh untuk menggenjot semangat siswa-siswi untuk semakin rajin dengan giat untuk persiapan menuju masa kuliah ? Tapi memang tak bisa dipungkiri bahwa hal itu sangat melelahkan bagi mereka yang menjalaninya, justru orang-orang yang hebat yang mampu bertahan hingga larut malam ditempat bimbingan untuk mengasah ilmu supaya lebih matang lagi. Yah kecuali Veranda sih.
"lagian juga kalo ada yang godain gak ada yang mempan tau. Kan udah ada kamu"ujar Veranda yang mampu membuat senyum Naomi merekah.
"kalo bimbingannya diganti sama kamu gimana ? Aku mau belajar kalo kamu yang jadi tentor aku"
Naomi tertawa mendengarnya. Ini gila. Dia saja masih kebingungan mengerjakkan tugas-tugasnya, dan sekarang Veranda ingin dia menjadi tentornya.
"aku jadi tentor kamu ? Gak salah tuh ? Aku aja kadang masih kurang ngerti loh sama pelajaran, yah gimana aku ngajarin kamu" kata Naomi yang masih tak mengerti dari mana Veranda mendapat ide seperti itu.
"ish jangan gitu deh ngomongnya. Kamu tuh bisa, tapi kamunya aja yang merendah"
Naomi mulai melepas genggaman tangan Veranda dan berganti tanganya mulai merapikan anak rambut yang menjuntai di pipi Veranda cukup menghalangi pandangan Naomi dari wajah Veranda.
"bukan bermaksud merendah, tapi emang gitu kenyataannya."
Veranda menatap Naomi dengan tatapan tajam membuat Naomi sedikit merinding takut melihat tatapan itu.
"i-iya nanti aku yang jadi tentor kamu" kata Naomi yang akhirnya mengalah. Tatapan tajam Veranda berubah menjadi binar kebahagiaan, beruntung rasanya memiliki kemampuan menakuti seseorang melalui tatapannya. Dan sepertinya Naomi sudah menjadi korban berikutnya.
Naomi mengambil buku fisika milik Veranda dan mulai membaca materi-materi yang sama dengan apa yang telah dia pelajari disekolahnya. Namun sepertinya sebuah ide datang menghampiri Naomi hingga mampu membuatnya tersenyum sendiri.
"kamu mau kemana ?" tanya Veranda bingung saat Naomi meninggalkannya sendiri di ruang tengah apartement.
"fisika akan membosankan kalo cuman teori doank. Jadi lebih bagus kita praktek" kata Naomi sambil berjalan menuju dapur.
Veranda terdiam mendengarnya. Iya juga sih, bosan kalo teori doank batinya.
"Naomi ! Biologi gak mau praktek juga ? Praktek organ reproduksi gitu !!?" seru Veranda yang bermaksud menggoda Naomi.