Prolog

2.5K 82 5
                                    

"Lebih baik kita putuskan saja hubungan ini, aku lelah."
-Aleysa-

***

"Dren ambilin stik PS di kamar adek gue," ucap seorang lelaki yang tengah menyambungkan kabel Play Station.

Sedangkan lelaki yang disebut namanya menaikan alis kanannya. Membuat laki-laki yang sebelumnya meminta bantuan menoleh.

"Stik PS-nya dirampas adek gue pas gue menang main soalnya gue teriak-teriak dan dia lagi belajar," jelasnya.

"Hhh... Oke," lalu lelaki itu berjalan menuju tangga rumah besar itu.

Menaiki anak tangga satu persatu. Sampai akhirnya pintu yang diberi tulisan 'boleh masuk, kecuali Alfan.' Maka dari itu ia mengetuk pintu berwarna cokelat kayu itu langsung. Membuat pemilik kamar terusik.

"Masuk aja sih Fan, alay banget," ucapan gadis itu membuat lelaki pucat itu terkekeh pelan.

"Kak Al-Aldren, loh aku kira Alfan."

"Kakak, lo harus manggil dia kakak, walopun kalian beda berapa menit," Aleysa mengangguk ragu.

Pasalnya ia sudah sering memanggil kakaknya itu namanya saja.

"Mau apa?" Tanya Aleysa to the point.

"Stik PS," jawab cowok itu membuat Aleysa ber'oh' ria.

Dan buru-buru mengambil stik Play Station kakaknya yang sengaja ia letakkan di kolong meja belajar. Sudah biasa menghadapi bahasa Aldren yang bagi Aleysa seperti bahasa isyarat.

"Nih," lalu Aleysa menyerahkannya kepada lelaki itu.

"Mm... Boleh ngomong sebentar nggak? Sebenarnya....

Aku suka sama kakak, kakak nolak juga nggak papa. Aku cuma mau ngungkapin perasaan aku aja," jelasnya.

Karena ia memang mengungkapkannya. Hanya untuk hatinya lega. Walaupun memang sejujurnya sangat sakit jika ditolak. Dan paling jika ditolak ia mengeluarkan air bening terus menerus.


"Oke gue terima," jawaban lelaki itu sukses membuat Aleysa membulatkan matanya.

Bukannya tidak senang, tetapi ini cukup aneh saja.

***

Tau guys, aku buat prolog gk pernah bener, aneh semua.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang