35

211 12 0
                                    

"Keinginan untuk melupakan mungkin sulit, tapi jika dibantu oleh sesuatu yang baru, mungkin bisa membantu."

***

Alfan masuk ke kamar dengan harum rose itu. Dirinya sehabis makan malam dengan Reina dan Reno yang terlihat seperti sudah melupakan Aleysa lebih mudah. Alfan ingin seperti mereka yang bisa memendam rasa sesak untuk terlihat tak terjadi apa-apa sebelumnya.

Kamar yang kini ia kunjungi adalah kamar Aleysa yang sudah tak ada pemiliknya. Tapi harum ruangan itu seakan-akan membuat Alfan merasakan kehadiran kembarannya. Ia rindu saudaranya yang penuh dengan kehangatan.

Kini ia menyentuh foto Aleysa dan Dirinya dulu saat mereka baru masuk SD. Mereka tersenyum tulus-- ralat hanya Alfan yang tersenyum tulus, karena Aleysa memaksakan senyumannya. Karena waktu itu Alfan ingat sekali, saat foto di depan kelas barunya ia sempat mengganggu Aleysa yang sedang mengemut permen lima ratusan yang Aleysa beli.

Tapi dengan sengajanya, Alfan yang waktu itu giginya masih bolong dua di bagian depan menyenggol Aleysa dan membuat saudaranya itu marah kepadanya, dan Alfan tertawa mengejek. Dan saat itu Reina mengajak mereka untuk foto berdua dengan keadaan Aleysa yang masih merasa kesal.

Dan tersenyum paksa, walaupun setelahnya Reina memberikan mereka berdua permen yang jauh lebih enak.

Alfan tersenyum dan terkekeh membayangkan kelakuannya dulu. Bagaimana bisa ia melupakan kejadian itu? Lalu ada lagi kenangan yang sungguh memalukan baginya. Yaitu saat mereka berjalan-jalan ke sawah yang sungguh subur dan begitu hijau.

Jadi waktu itu Aleysa yang berada di belakangnya sedang bersenandung sambil melihat sawah yang hijau di sekelilingnya. Saat itu posisi mereka berada di tanah kering untuk jalannya para petani. Dan tiba-tiba saja Aleysa melihat kodok yang keluar dari hijaunya sawah yang berada di samping kanan mereka.

Gadis itu berteriak sangat lucu dan membuag Alfan tertawa, tapi tawanya itu berhenti saat Aleysa tak sengaja mendorongnya dan membuatnya terjatuh ke dalam lumpur sawah itu.

Dan membuat semua tubuhnya hitam, beberapa lumpur masuk ke dalam mulutnya dan membuat mulutnya hitam. Dan seakan dunia terbalik, Aleysa malah yang mentertawakannya.

Alfan tidak bisa melupakan kejadian-kejadian langka dirinya dengan Aleysa. Alfan sendiri yang memngingat kejadian di sawah tertawa, membayangkan wajah polosnya hitam dan tersenyum polos melihatkan giginya yang hitam. Tersenyum ke arah Reina dan Reno yang malah memfotonya. Dan foto itu kini berada di kamarnya.

Kini ia kembali berjalan ke meja belajar yang sedikit berdebu. Di sana tertata rapih buku dan alat tulis, dan juga ada beberapa tempelan potongan kertas tentang tugas yang berada di halaman buku paket.

Tapi pandangannya kini terjatuh pada tempelan kertas yang sama tapi berjejer rapih, seperti menyambungkan semua kalimat dari potongan kertas dari yang sudah dijejer.

Alfan mulai membacanya.

Segala sesuatu yang bagiku menyakitkan.

Alfan lalu duduk dan mulai membaca kisah menyedihkan yang Aleysa tulis di jejeran kertas itu yang semuanya berisi sakit hati yang Aleysa rasakan selama ini, entah kisah tentang dirinya, berpacaran dengan Aldren, tentang Sekar, dan Alfan.

Membuat Alfan kini berkaca-kaca dan merenung. Memikirkan semua rasa sakit yang Aleysa rasakan. Ia tak tahu bahwa Aleysa merasakan ini semua saat berpacaran dengan Aldren. Sakitnya mengharapkan, mendengar kalimat yang mengabaikannya dan merasakan sungguh sakit saat Aleysa mencoba untuk melepas Aldren waktu di kantin.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang