30

248 15 0
                                    

"Kesedihan itu terasa saat kita mengetahui bahwa penyebab bahaya dia itu adalah kita. Maksud dari itu semua adalah bahwa kita tidak pantas untuknya, tidak pantas dicintai olehnya dan segala tentangnya."

***

"Fan jangan ngebut bisa nggak?!" Tanya Aleysa kencang agar Alfan bisa mendengar suaranya.

"Udah sepi juga jalannya. Gue nggak mau sahabat gue kenapa-napa," jelas Alfan.

Angin malam yang begitu dingin menusuk kulit keduanya. Dengan lampu jalan yang menjadi teman mereka di jalan. Menerangi mereka yang kini sedang menaiki motor dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Tapi Fan!!--"

"Udah diem, lo nggak mau kenapa-napa kan di jalan?!" Kesal  Alfan.

"Huft... Iya deh!"

***

Alfan membuka pintu rumah besar itu dengan besar. Seperti biasa setiap ruangan terasa sunyi. Ukuran rumah itu tak menyesuaikan jumlah orang yang berada di dalamnya. Hanya terdapat dua orang dengan berbeda jenis.

Dan kini Aleysa dan Alfan menaiki anak tangga satu persatu. Mereka kembali melangkah menuju kamar dengan pintu yang berbeda dari kamar yang lain.

Alfan membukanya. Mereka berdua bisa melihat Lian yang kini sedang menyisir rambutnya yang berwarna cokelat.

"Yan, di mana Leon?" Tanya ketus Alfan.

"Dih kok tanya ke gue? Cari aja sendiri. Paling dia lagi nelfon bodyguard di kamarnya," secara tidak langsung gadis itu memberi jawaban, tapi saat Alfan menutup pintu dan Aleysa berada di bekangnya, Aleysa bisa melihat bahwa ada senyum penuh arti yang terpulas di bibir Lian. Dan yang pasti Alfan tak sadar karena yang Aleysa rasakan lelaki itu benar-benar ingin menyelamatkan sahabatnya. Dan malas mengurusi hal-hal kecil yang malah membuat Aleysa curiga.

Sepertinya akan ada sesuatu yang akan terjadi nanti. Dan Aleysa bingung harus bagaimana jika sesuatu akan ada bahaya yang Aleysa saja tak tahu kapan terjadinya dan seperti apa bahaya itu.

Nah, Aleysa memiliki ide. Ia mengetikkan nomer seseorang yang sekarang-sekarang ini jarang ia kontak. Lalu menulis pesan.

Anda
Kak aku ada di rumah yang waktu itu aku critain. Kakak bisa nggak ke sini sekitar setjam lagi? Jmp aku

Read

Kak Azka
Oh... Oke siap nanti Kakak kesana.

Kini Alfan membuka pintu dengan warna yang sama dengan pintu-pintu lainnya.

Aleysa yang berada di belakang Alfan bisa melihat ada Leon yang kini sedang mengetik sesuatu di laptop. Dan sepertinya lelaki itu sadar jika ada yang membuka pintu kamarnya yang memang tak ia kunci.

"Eh Fan ngapain lo--"

Buk

"Mau ngapain lo nyusul Aldren ke sana anjin*!!"

Suara pukulan itu bersamaan dengan jeritan dari mulut Aleysa. Kini Leon yang tak terima dengan pukulan Alfan, membalas lagi dengan satu pukulan membuat Alfan terjungkal ke belakang.

"Mau lo apa ta*!! Gue cuma mau bantu Aleysa!! Salah?!" Jelas Leon dengan suara yang terdengar kencang dan terdengar marah.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang