"Sehari tak melihat dirimu itu sangat menyiksa."
***
Hari yang sangat melelahkan bagi Aldren adalah hari ini. Ia kini melangkah di trotoar yang digunakan untuk orang-orang pejalan kaki, dan untuk saat ini ia termasuk ke dalamnya. Dirinya sedang buru-buru, jam sudah menunjukkan pukul 06:25 dan dirinya masih berjalan menuju sekolahnya yang sudah diberi peraturan kepada para murid bahwa gerbang akan ditutup pada saat jam menunjukkan sudah jam 06:45.
Sebelum berjalan memang ia mengendarai motor besarnya itu, tapi entah tiba-tiba motor itu berhenti tiba-tiba alias mogok. Dan jadilah seperti sekarang terpaksa harus berjalan kaki dan motornya sudah dibawa oleh pihak bengkel yang sudah menjadi langganannya. Di sampingnya jalan raya yang padat dengan kendaraan yang berebut untuk lebih dulu. Klakson kendaraan bercampur menjadi satu menjadi pendengarannya sekarang.
Ada keuntungan dan kekurangannya sekarang, di sisi lain berarti ia tak ikut menjadi salah satu orang yang kini berada di atas kendaraan dengan tak ada pergerakan sama sekali untuk maju dan itu berarti ia beruntung karena lebih cepat sampai sekolah dan terakhir kekurangannya, tenaganya saat ini yang seharusnya digunakan untuk pelajaran olahraga malah dipakai untuk mengejar waktu.
Bingung dengan keadaan. Di jalan raya saat ini pun ada beberapa murid yang memakai seragam sekolahnya menikmatinya
--ralat menahan emosi karena macet yang melanda. Dengan begitu berarti sembilan puluh lima persen kemungkinan mereka akan terlambat dan mendapat hukuman yang tidak bisa dibilang mudah. Sudahlah ia harus buru-buru sekarang sebelum jam menunjukkan jam 06:45. Kalau melebihinya ia bisa gawat.
Tapi kembali berhenti melangkah saat melihat seorang perempuan dengan seragam berbeda turun karena angkutan umum yang ia naiki terjebak kemacetan. Sebenarnya orang yang mengenal dan melihat perempuan itu biasa saja, tapi baginya perempuan itu familiar. Bukan hanya dari bentuk tubuh gadis itu dari jarak yang Aldren lihat, tetapi juga topi hitam yang dikenakan gadis itu yang membuatnya mengenalnya.
Topi hitam dengan bagian belakang yang bertuliskan huruf lucky, Aldren benar-benar yakin bahwa ia mengenal perempuan itu. Sebentar ia mencoba mengingatnya.
Oh iya, perempuan yang waktu itu pernah mengikutinya ke mini market. Benar, perempuan itu yang mengikutinya. Tapi kembali bingung saat melihat perempuan itu berbelok ke kanan. Jalan yang tidak menuju sekolah yang ia tahu masih harus berjalan lurus melewati sekolahnya. Ck, ia benar-benar gila saat ini.
Sepertinya ia benar-benar gila karena memikirkan sesuatu hal yang tak berguna sampai-sampai ia melupakan bahwa waktu gerbang sekolah ditutup sepuluh menit lagi. Dan itu berarti ia memiliki peluang untuk dihukum. Ia tak mau melakukannya karena ia sudah lelah berjalan. Ia berangkat mengendarai motor itu hanya seperempat saja karena sisanya ia berjalan dengan lemasnya.
Ia kini dalam hati menyuruh otaknya untuk mengingat sekolah, topi dan bentuk tubuh perempuan misterius itu. Dan kembali berjalan cepat sebelum gerbangnya ditutup oleh Satpam yang sangat ramah kepadanya.
***
"Hai El, kita kira lo nggak bakalan ke sini," ucap Deden yang kini sedang duduk di atas motornya
El hanya mengangkat bahunya, mereka memang sengaja berkumpul di sini, hanya ingin berangkat bersama walaupun tidak dari rumah. El yang memintanya lagipula. Mulai besok Gio akan membawa mobilnya dan menjemput mereka semuanya ujarnya waktu itu agar tidak seperti ini. Ia pun baru berpikir tadi. Lalu mereka kembali menaiki motor dan Andrea yang memberinya tumpangan, dan tentu saja mereka tidak melewati jalan yang kini sedang macet. Mereka lebih memilih memutar jalan walaupun lebih jauh tapi memang jalannya lancar dan tidak sepadat di jalan yang tadi El lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME RIGHT
Teen FictionSequel Don't go (SlowUpdate) Update sabtu, minggu atau nggak salah satunya. *** Kapan hubungan ini akan berakhir? Jika engkau saja tidak menyutujui aku mengakhirinya, dan tetap menganggap bahwa kita seperti tidak ada hubungan apa pun. Itu menyakitka...