5

610 37 0
                                    

"Ya Allah, buatlah hati hamba seperti batu agar tak bisa merasakan namanya sakitnya sebuah harapan."
-Aleysa Kinala Syamila-

***

Wajah tiga orang itu pucat dan berkeringat seperti habis lari marathon. Mereka duduk berdampingan di tempat duduk panjang berwarna silver itu.
Tadi saat Aleysa dengan panik memencet tombol memanggil pihak rumah sakit dokter dan suster yang sebelumnya memeriksa Aldren kembali datang. Pintu kamar inap Aldren terbuka menampakan dokter yang tersenyum ramah.

"Siapa saudara pasien Aldren?" Tanya lelaki ramah itu membuat Aleysa langsung dengan cepat menghampirinya.

"Mukzijat dari Allah, Pasien yang bernama Aldren sudah siuman," jelas sang dokter.

Membuat Aleysa tersenyum bahagia. "Bener dok? Boleh saya masuk?" Tanya Aleysa sekali lagi.

Dokter itu menjawab dua pertanyaan Aleysa dengan mengangguk. Sementara Alfan dan Azka hanya tersenyum kepada dokter dan seperti sebelumnya mereka menunggu Aleysa di luar. Informasi dari dokter tadi terdengar jelas jadi mereka tak perlu harus bertanya lagi kepada Aleysa maupun dokternya. Mereka sangat bersyukur sekali, dan Alfan sekarang sedang mencoba menghubungi Ayah Aldren-- Didit.

Akhirnya panggilan tersambung, katanya Didit akan ke sana tapi tak tahu sampainya kapan. Karena tadi saat Didit ke kantor jalan begitu macet. Kantor Didit juga tak begitu jauh dari rumah sakit ini. Beralih ke Aleysa yang menutup pintu setelah ia masuk, menutupnya dengan pelan. Agar Aldren tak merasa terganggu dengan suara pintu tertutup.

Dari sini Aleysa bisa melihat Aldren yang memandang jendela kamar inap mereka yang menampilkan langit di siang hari dan di bawahnya jalan raya yang padat dengan kendaraan. Ngomong-ngomong soal kamar inap, Didit memilih di VIP yang letaknya di lantai dua. Ruangannya pun minimalis.
Aldren masih melamun, seperti penampilan di luar lebih menarik daripada Aleysa yang kini menatapnya khawatir.

"Kak...," sapa Aleysa lembut. Mencoba mencairkan suasana.

Aldren menoleh dan menatap Aleysa dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

[Kira-kira gitu tatapannya :) kalian liatin tatapannya aja]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kira-kira gitu tatapannya :) kalian liatin tatapannya aja]

Dengan tangannya Aldren menyuruh Aleysa untuk mendekatinya. Dan menyuruh gadis itu untuk duduk dibangku yang sebelumnya Aleysa duduki.
Ia menyuruh lebih mendekat lagi. Dan tanpa aba-aba satu pelukan hangat diberi oleh Aldren.

"Maafin gue," bisik Aldren tapi masih bisa Aleysa dengar.

Aldren sangat memeluk Aleysa erat, seakan-akan tak ingin Aleysa hilang dari sisinya. Aleysa sendiri tersenyum sambil menikmati pelukan Aldren yang hangat. Entah jantung gadis itu atau Aldren. Aleysa bisa mendengar suara detak jantung yang berdebar kencang. Lelaki dengan perban yang menggulung di kepalanya melepaskan pelukan mereka.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang