36

217 11 0
                                    

"Tidak mendapatkan hadiah yang sedang diinginkan itu tak masalah dibandingkan tidak mendapatkan dia yang melebihi dari sebuah hadiah terindah."

***

Hap

Kini bola orange sudah benar-benar berada di tangannya. Lalu Aldren mulai mendribble sambil menahan lawan yang akan mengambil alih. Lalu Aldren me-lay-up saat jarak antara dirinya dan ring lawan sudah dekat.

Dengan mulus bola itu masuk. Kini mereka saling berhighfive. Menang, kelas mereka menang setelah lama tak pernah mendapatkan kemenangan jika ada adu bermain basket seperti ini.

Dan kembali mengingat kenangan saat di mana ia menunggu Aleysa adu basket dengan kelas lain. Ia sebelumnya memang membelikan air mineral itu untuk Aleysa. Tapi waktu itu ia kembali di kirimi pesan tentang ancaman Leon. Yang tak boleh dekat dengan Aleysa walaupun mereka pacaran.

Kalimat yang mengatakan 'ini air minum dari Kakak lo,' itu hanya menutupi semua rasa kesal kepada Leon yang selalu membuatnya tak berkutik.
Waktu itu entah diberitahu siapa, Leon berbicara, jika Leon melihat Aldren berbicara halus kepada Aleysa, ia akan memberikan sesuatu yang menyakitkan untuk Aleysa.

Dan makanya kenapa ia berbicara seperti itu. Ia memang malas berbicara, tapi itu hanya kepada orang lain. Karena sebenarnya yang ia rasakan adalah ia ingin selalu berbicara. Ia ingin selalu mengungkapkan semua cerita yang ia lalui kepada Aleysa, gadis yang ia cintai dari kelas 2 SMP, gadis yang ia kagumi dulu.

Saat gadis itu menyatakan cinta kepadanya pun ia sungguh terkejut. Karena ternyata gadis yang ia kagumi sedari dulu juga memiliki perasaan yang sama kepadanya. Walaupun sebenarnya ia benci kepada dirinya sendiri, karena merasa pengecut tidak bisa mengutarakannya lebih dulu.

Huft... Saat pernyataan cinta yang Aleysa ungkapkan. Ia benar-benar bahagia, seakan-akan ia sedang mimpi. Tapi kembali sadar karena di satu sisi ia sangat pengecut tidak bisa lebih dulu mengungkapkan perasaannya.

***

Koridor kini sudah sepi memang sudah setengah jam yang lalu bell pulang berbunyi. Tadi ia habis mengumpulkan beberapa buku temannya.

Kini dengan senandung kecil Aldren berjalan santai. Tapi...........  Langkahnya terhenti ketika mendengar suara lembut yang ia rindukan sejak dulu. Suara itu berasal dari kelas... Alfan? Ia baru sadar kini dirinya berada di depan kelas Alfan.

Dari yang ia dengar sepertinya ada sedikit cekcok. Seperti berdebat sesuatu yang begitu serius. Dan ada... Suara Alfan yang ikut menyahut. Karena penasaran akhirnya ia mengintip ke cela pintu yang sedikit terbuka.

Di sana ia bisa melihat empat orang yang saling tak mau mengalah. Hanya ada satu perempuaan di situ. Tapi perempuan itu menghadap yang tak bisa ia lihat wajahnya. Perempuan itu dikepang satu dengan baju bebas yang membalut di badannya yang mungil.

Dan bisa di lihat dari sini, sepertinya perempuan itu memakai kacamata. Tapi yang ia bingung mereka semua orang yang ia kenal. Alfan, Leon dan Liaf. Hanya perempuan itu yang tak ia tahu. Kini Alfan menghela nafas frustasi sambil memukul meja yang berada di belakangnya.

"Gini, lo udah punya tempat buat tinggal, Mama sama Papa lo, udah ngasih fasilitas yang memadai. Gue bener-bener kaget kalo Mamah sama Papah nyembunyiin semuanya. Tapi... Tunggu selama sebulan aja, plis lo tetep di sekolah lo yang sekarang dan jangan berani-berani lo ke sekolah kita lagi.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang