"Status kekasih itu bukan sebuah hiburan yang kau permainkan begitu saja, jadi jangan salahkan orang yang kau sakiti jika saja kau merasa menyesal."
-Aleysa Kinala Syamila-***
Setelah kejadian itu jika diperhatikan Aldren yang pendiam menjadi lebih pendiam lagi. Dia semakin diam di kelas jika bell istirahat berbunyi. Dan jika ada yang mengajaknya bicara ia tak menengok dan menjawab sama sekali.
Lebih parah dari sebelumnya. Sebelumnya mungkin masih mau menjawab walaupun hal yang penting tapi sekarang lelaki itu tak menyahut sama sekali.
Dan karena itu juga Alfan jadi terus memohon kepada Aleysa agar gadis itu membujuk Aldren agar tak bersikap separah itu. Aleysa berusaha untuk tak peduli. Karena itu adalah saran dari Azka agar Aldren bisa memperbaiki semuanya.
Agar terbiasa, lagian Aleysa juga sudah terbiasa dengan ke tidak pedulian Aldren, karena sebelumnya hubungan pacaran mereka seperti hubungan biasa. Tapi berbeda dari Aldren, sekarang lelaki itu lebih merasa kehilangan mungkin?
Entahlah intinya seperti itu, kehilangan karena biasanya ia selalu merasa dikejar dan sebagainya.
Kini Aleysa sedang berada di ruang guru. Jadi tadi ia baru menyelesaikan tugas Bahasa Indonesianya yang sebenarnya untuk pekerjaan rumah, tapi begitulah Aleysa.
Tapi wajah cerahnya seketika luntur saat Pak Jaya menyuruhnya untuk mengambil tumpukan buku di kelas XII IPS 2. Lebih tepatnya kelas Aldren, padahal ia berusaha untuk menghindari Aldren, tapi takdir berkata lain.
Aleysa tersenyum ramah sambil berpamitan kepada Pak Jaya. Lalu keluar dari ruang guru dengan melangkah lemas. Bukan lemas lebih tepatnya malas itu yang lebih tepat.
Malas bertemu wajah Aldren yang begitu datar, sebenarnya ia tidak malas sih. Hanya saja ia sekarang mencoba melupakan Aldren, tapi jika ia terus bertemu dengan Aldren rencana untuk melupakan sia-sia.
Tapi bagaimana lagi, sekarang ia sedang disuruh gurunya dan tak bisa ditolak.
Beberapa menit lagi pergantian pelajaran akan segera berbunyi, jadi sekarang ia harus lebih cepat agar tidak tertinggal pelajaran yang akan datang, yaitu pelajaran Ppkn.
Dari jauh Aleysa bisa melihat pintu kelas dan beberapa murid kelas XII IPS 2 terbuka dan berada di luar. Jadi ia tak perlu mengetuk pintu dan bersalaman kepada guru yang sedang mengajar.
Ia melangkah dengan mantap. Meminta izin kepada murid yang sedang mengobrol dan setelah di perbolehkan Aleysa segera masuk menuju meja guru yang di sana sudah terlihat beberapa tumpukan buku.
Saat masuk tak sengaja matanya yang sempat menjelajah melihat Aldren yang sekarang sedang diam dengan kedua tangannya sebagai bantal. Matanya menatap kosong kursi di depannya. Sampai sadar jika ada yang memperhatikannya.
Lelaki itu melihat, membuat tatapan mereka bertemu. Sedikit terkejut Aleysa saat lelaki itu menatap binar dirinya yang sekarang melangkah pelan ke arah meja guru.
Tatapan lelaki itu lalu beralih ke arah tumpukan buku. Sepertinya lelaki itu sadar jika Aleysa akan kesusahan dengan beberapa buku yang ditumpuk. Jadi lelaki itu segera mendekati meja guru.
Dengan pelan Aleysa menata rapih sebentar buku yang ditumpuk tidak begitu rapih, lalu mulai mengambilnya untuk dibawa.
"Gue bantu," ucap tiba-tiba Aldren.
"Nggak usah," jawab singkat Aleysa.
Tapi bukan Aldren namanya jika menurut. Lelaki itu dengan cepat mengambil setengah dari tumpukan itu.
"Kak...," peringat Aleysa.
Tapi begitulah Aldren tak peduli.
"Udah diem," jawab lelaki itu.
Aleysa menghembus nafas lelah, lalu mengambil buku yang tersisa. Mereka berjalan beriringan. Membuat beberapa teman-teman Aldren yang melihatnya terkejut.
Baru beberapa hari mereka membuat berita bahwa mereka tak ada ikatan. Tapi sekarang mereka seperti begitu dekat.
"Sa lo beneran mutusin gue?" Tanya Aldren memecah keheningan diantara mereka.
"Iya," jawab malas Aleysa.
Membuat Aldren menghela nafas putus asa. Entahlah ia masih tak percaya dengan kejadian kemarin. Ini begitu di luar dugaannya. Aldren lihat gadis itu seperti baik-baik saja dengan sifat dan sikap Aldren.
Saat Aleysa menjawab dengan malas, sebenarnya gadis itu berusaha untuk tidak segera menatap Aldren dan mencoba untuk bertahan agar senyum tak terukir, karena saking senangnya bisa berjalan beriringan lagi walau hanya sebatas 'membantu' saja.
Mereka terus berjalan tanpa ada percakapan yang keluar. Entahlah antara merasa bingung dengan topik apa yang ingin dibicarakan atau mungkin canggung karena sadar sekarang mereka hanyalah sekedar adik kelas dan kakak kelas.
Sampa akhirnya mereka masuk berbarengan ke dalam ruang guru.
"Loh ada Aldren ternyata," ucap Pak Jaya terkejut.
"Iya Pak," jawab Aldren dengan senyum tipisnya.
"Nggak mungkinkan Pak dia bawa buku sebanyak ini," jelas Aldren, walaupun sebenarnya bukan hanya itu.
"Bener juga sih," jawab Pak Jaya sambil mengangguk paham.
"Yasudah kalian boleh keluar, terimakasih loh ya," Aldren dan Aleysa mengangguk.
Lalu menyalam Pak Jaya sebelum benar-benar keluar.
Tapi saat mereka sudah di luar dan Aleysa ingin ke kelasnya, Aldren menangkap pergelangan tangan Aleysa. Membuat tubuh Aleysa otomatis berbalik.
Lelaki itu menjongkok sambil menggenggam kedua tangan Aleysa, membuat Aleysa harus menahan agar tidak teriak.
"Sa please, maafin gue kalo gue bener-bener keterlaluan, gue janji bakal berubah," jelas Aldren.
Aleysa yang mendengarnya terkekeh dan tersenyum kecut.
"Bener?" Tanya Aleysa meyakini janji Aldren.
"Bener Sa," jawab Aldren dengan senyum yang sebentar lagi akan muncul jika Aleysa menjawab dengan ekspetasinya.
"Tapi aku udah nggak percaya lagi sama Kakak, Kakak selalu bersikap kaya gitu seolah-olah Kakak minta maaf sama kelakuan Kakak, tapi akhirnya sama aja. Kata-kata Kakak yang selalu bullshit itu ngebuat aku udah nggak percaya lagi sama Kakak,
Status kekasih itu bukan sebuah hiburan yang Kakak permainkan begitu aja, jadi jangan salahkan aku yang Kakak sakitin kalo aja Kakak merasa nyesel, dan mengucapkan akan memperbaikinya walau akan melakukan hal buruk itu yang emtah ke berapa kalinya," jelas Aleysa.
Sangat jelas. Lalu gadis itu melepaskan genggaman Aldren dan pergi dengan perasaan berkecamuk.
Sedangkan Aldren sendiri membeku dan menatap punggung Aleysa yang semakin menjauh dengan rasa yang entahlah apa itu.
***
Aldren menatap kosong lalu lalang kendaraan yang ada di bawahnya. Pikirannya memikirkan kata-kata Aleysa yang terus terngiang dipikirannya. Aldren sungguh merasa sangat bersalah, ia baru menyadari sifat dan sikapnya yang begitu sangat parah.
Tapi ini memang dirinya, dirinya memang begini adanya, tapi jika masalah tatapan tajam yang diberikannya untuk Aleysa itu beda lagi. Ada suatu alasan yang tak bisa ia jelaskan.
Kalau saja alasan atau masalah yang menjadi alasannya itu dapat diucapkan. Mungkin ia tak begitu menyakiti gadis yang sebenarnya ia sayang. Dirinya seperti tak berfungsi di sini. Ia benar-benar ingin hilang saja dari sini. Walau itu hanya meninggalkan sebuah masalah.
***
Akhirnya selesai juga chap ini.
Oh ya aku mau ngucapin minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin bagi pembaca yg agama islam
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME RIGHT
Teen FictionSequel Don't go (SlowUpdate) Update sabtu, minggu atau nggak salah satunya. *** Kapan hubungan ini akan berakhir? Jika engkau saja tidak menyutujui aku mengakhirinya, dan tetap menganggap bahwa kita seperti tidak ada hubungan apa pun. Itu menyakitka...