22

316 20 5
                                    

"Aku memang benar-benar mengagumkanmu tapi jangan menganggap diriku rendah karena aku juga tak selamanya mengagumkanmu jika kamu tak menghargai perjuanganku."

***

Aleysa memeluk pinggang Azka sambil kepalanya menyender punggung lelaki itu. Aroma khas lelaki itu begitu menenangkan. Azka ternyata tak hanya menjemputnya untuk pulang. Ia juga mengajak Aleysa ke kafe dekat rumah Azka.

Katanya sih lelaki itu bosan di rumah dan Azka butuh teman. Walaupun teman di kampusnya banyak tapi, karena ada Aleysa dan mengetahui sepupunya itu sedang tak sibuk jadi Azka memilih Aleysa sebagai temannya. Seperti sebelum-sebelumnya, jika Azka datang kesekolah Aleysa, banyak murid perempuan menatapnya terpesona. Tapi banyak guru juga yang menyapanya.

Gini-gini Azka saat masih sekolah di sekolah Aleysa, ia itu murid kesayangan guru. Walaupun jurusan yang ia tuju IPS tapi ia sungguh membuktikan minatnya pada jurusan itu. Karena sebelumnya, maksudnya sebelum Azka masuk. Guru-guru SMA-nya dulu sangat menganggap rendah jurusan IPS.

Entah anak IPS itu kurang pintar, malas dan sebagainya. Tapi setelah Azka masuk dan mulai memberikan semangatnya terhadap jurusan IPS dan selalu memberikan prestasinya pada sekolah. Mulailah Guru-guru menghargai dan menghormati mereka. Entahlah dulu guru-guru di SMA Aleysa setahu Azka yang itu pun diberitahu Kakak kelasnya.

Seperti guru yang mengurus piket dan jika menemukan anak IPS telat mereka langsung menyambungkan dengan otak mereka. Mungkin itu terkesan berlebihan tapi memang itu adanya. Oke beralih ke Azka yang sudah memarkirkan motor besarnya dan Aleysa yang turun dari motornya.

"Yuk," ajak Azka, setelah mengunci motornya dan sudah merasa aman.

Azka menggandeng tangan Aleysa lalu membawa sepupunya itu masuk. Kafe dengan warna dinding yang dominan cokelat batang pohon itu terlihat menarik. Saat masuk pun dinginnya pendingin ruangan dan aroma caramel menyambut mereka. Ruangannya membuat mereka yang ada di dalamnya merasa nyaman. Apalagi di kafe itu disediakan wi-fi. Kini Azka menunjuk tempat duduk di tengah ruangan, menyuruh gadis itu untuk menunggu di sana selagi dirinya memesan makanan.

Setelahnya Azka kembali duduk dan mengobrol sembari menunggu pesanan datang.

"Apa kabar hubungan kamu sama Aldren? Dan gimana, apa Aldren sikapnya berubah?" Tanya Azka sekaligus.

Aleysa memberi aba-aba agar Azka menunggunya untuk mengikat rambutnya yang semakin memanjang. Ia itu tak begitu betah jika memiliki rambut terlalu panjang, mungkin paling panjang sedada, dan rambutnya sekarang seukuran segitu. Dan sepertinya saat waktu luang ia akan datang kesalon untuk memotong rambutnya seperti biasa hanya sampai bahu. Lagipula ia dengan begitu menjadi lebih dikenali jika di lihat dari belakang.

Karena rambutnya yang sungguh hitam dan rambut sebahu. Soalnya kebanyakan Teman perempuan, adik kelas perempuan, dan Kakak kelas perempuannya itu memiliki rambut hitam tak sepekat Aleysa dan juga jarang rambut mereka sependek Aleysa, walaupun ada tapi bisa dihitung. Pernah sekali Aleysa mencoba mewarnai rambutnya dengan warna cokelat tua diam-diam. Tapi setelahnya dimarahi Reina.

Seperti mengatakan bahwa Aleysa sudah ditakdirkan memiliki rambut dan tubuh seperti ini. Jadi jangan pernah mengubahnya, perempuan itu lebih cantik jika berpenampilan natural. Lagipula Aleysa sudah cantik kok memiliki rambut hitam yang berbeda dari temannya yang lain. Seharusnya ia bersyukur. Dan berakhirlah dengan Reina yang menceramahinya alas kali tinggi dibagi dua (biar anti mainstream ehehe).

Baik kembali ke mereka berdua. Setelah Aleysa menguncir rambutnya dengan kucir rambut yang selalu ia bawa di dalam tas, tapi tak pernah ia gunakan.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang