32

238 19 0
                                    

"Jika memang jodoh segala rasa sakit yang pasangannya rasakan pasti akan dirasakan olehnya juga."

***

Bruk

Bunyi seorang terjatuh menggema di ruangan laboratorium Kimia yang di dalamnya hanya ada dirinya.
Bersamaan dengan air mineral yang dipegangnya tumpah.

Dengan kakinya yang benar-benar sakit Aldren bangun. Dengkulnya sungguh nyut-nyutan.

"Untung nggak ada orang," gumamnya.

Kini ia kembali berjalan keluar dari ruangan itu dengan langkah pincang. Tapi jalannya terhenti tatkala seorang murid yang kelihatannya masih kelas sepuluh itu mendekatinya dengan awalnya menyebut namanya.

"Kak, tadi guru Ekonomi nyuruh aku buat manggil Kakak ke lobi," ucap adik kelasnya itu dengan nada yang khas.

"Oh... Yaudah makasih," jawab Aldren.

Lalu segera berjalan dengan berusaha cepat walaupun kakinya masih seperti digigiti semut.

***

Sesampainya di sana. Aldren bisa melihat saudara yang sudah sangat dekat dengannya duduk dengan tak nyaman.

"Eh, Om. Kok ke sini mau apa? Ada Papah di rumah?" Tanya Aldren penasaran.

"Mm... Gimama ya, jelasinnya. Mm... Gini aja, sekarang kamu ambil semua barang kamu, kita pulang ke Jakarta," jelas Rendra, Rendra adalah Adik dari sang Mama.

"Ngapain Om?" Tanya Aldren bingung. Sebenarnya bukan bingung hanya ini terlalu mendadak.

"Jelasinnya nanti aja, Om udah mesen tiket pesawat. Takut ketinggalan, udah ayo cepet. Ceritainnya di mobil aja pas mau ke bandara," jawab Rendra tak sabar.

Akhirnya dengan rasa penasaran yang memuncak Aldren kembali ke kelasnya. Sepertinya ada yang ganjal di sini. Ada rasa tak enak di dirinya. Huft... Oke sepertinya ia harus buru-buru untuk mengambil barang-barangnya karena Aldren bisa melihat Om Rendra yang begitu gelisah.

Om Rendra itu adalah saudara yang sangat dekat dengannya. Ia baik dan pemikirannya yang luas. Om Rendra juga sering main ke rumahnya jika hari libur dan yang pasti juga bersama istri dan juga kedua anaknya. Anak yang paling besar itu kelas sembilan atau kelas tiga SMP dan anak terakhirnya kelas lima SD.

Oke, begitu saja beberapa biodata yang mewakili Om Rendra karena Aldren sedang fokus, kenapa tiba-tiba Om Rendra mengajaknya kembali ke Jakarta dan mengajaknya pun dengan wajah cemas? Seperti berbicara jika Aldren mengetahui berita itu sekarang Aldren mengamuk sejadi-jadinya.

Semoga tidak ada yang kenapa-napa, walaupun hatinya terus tak tenang.

***

Bunyi alat pendeteksi jantung terdengar jelas di ruangan yang sunyi tak ada suara kecuali nafas teratur seorang gadis yng kini badannya dipenuhi oleh alat-alat medis seperti yang kini menempel di bagian mulut dan hidung.

Sedangkan di depan ruangan itu ada beberapa orang yang kini sedang menanyai keadaan sang gadis yang masih tenang dengan mata terpejam.

"Pak kapan anak saya bisa siuman?! Dia nggak parahkan?!" Kini sang Ibu dari gadis itu masih memaksa untuk masuk.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang