13

407 32 0
                                    

"Maafkan aku, aku terpaksa."
-Aleysa Kinala Syamila-

***

Gadis dengan kucir kudanya menangis sesenggukan. Di depan wastafel dan cermin.

"Udah Sa, ini lebih baik, biar dia sadar gimana rasanya lo dulu digituin sama dia," Sekar mencoba menenangkan Aleysa.

Entah Aleysa merasa hatinya ngilu. Ia merasa jadi orang terjahat. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah keputusannya. Ini yang terbaik baginya. Dan ini salah satu jalan, agar hatinya tak terus merasa paling lemah.

Sekar memberikan tisunya kepada Aleysa, Aleysa menerimanya dan menghapus air mata yang membuat wajahnya lengket.

Lalu mereka keluar dari sana. Menuju taman sekolah, seperti biasa. Sampai di tengah jalan mereka berpapasan dengan Aldren. Membuat Aleysa dengan cepat, mencoba mengabaikan tatapan Aldren yang menatapnya.

Tapi Aldren tak mau tinggal diam.

"Sa lo kenapa?" Tanya Aldren lagi-lagi pertanyaan itu yang Aldren berikan.

Aldren menarik lengan Aleysa. Membuat gadis itu mencoba melepaskannya dari tangan besar Aldren.

"Lepas Kak," ketus Aleysa.
Dengan tangan kiri yang bebas, ia mendorong dada bidang Aldren dan dengan begitu cengkraman Aldren terlepas. Lalu berlari cepat menyusul Sekar yang menunggunya tak begitu jauh.

"Sa!!"
"Leysa!!" Teriak Aldren.

Aldren mendengus lelah. Apa ini karma? Mungkin bisa dibilang begitu dan ini tidak sepenuhnya salah Aleysa yang mengabaikannya. Ia mengacak rambutnya kesal.

***

"Berisik Alfan!!" Bentak Aleysa di dalam kamar.

Alfan terus menggedor dan menendang pintu Aleysa. Membuat Aleysa yang sedang mengerjakan tugasnya kesal sendiri.

"Diem nggak?!" Teriak lagi Aleysa.
"Bodo amat, lo kenapa diemin gue sama Aldren Sa?!!" Alfan terus mengetuk dan memukul-mukul pintu kamar Aleysa.

"Rusak Alfan!!" Kesalnya.

"Gue tanya lo kenapa diemin gue?!" Teriak lagi Alfan.

Lagian kalau rusak tinggal ganti.

Aleysa sudah malas meladeni Alfan. Jadi ia memilih menutup buku tugas yang sudah ia selesaikan. Dan berdiri menuju ranjangnya.

Mengabaikan Alfan yang terus berteriak meminta alasan.

Aleysa merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Lalu menutup telinganya dengan bantal, dengan kedua sisi kanan dan kiri ia tekuk.

"Alfan, ada apa sih? Udah malem, jangan berisik," tegur Reina tiba-tiba yang sudah berada di sampingnya.

"Ini nih Aleysa marah sama aku, tapi malah nggak ngasih tau alasannya kenapa," jelas Alfan.

"Alfan-Alfan, udah ah, tidur udah jam berapa. Dilanjut besok aja, kesian Aleysanya pasti mau tidur," jelas Reina.

Alfan mendengus lelah, dan akhirnya mengangguk pasrah. Lalu Alfan berjalan menuju kamarnya yang berada tak jauh dari kamar Aleysa.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang