25

284 22 0
                                    

"Pergi itu tak selalu selamanya. Seperti rasa mencintai, pasti ada saatnya bosan apa lagi jika salah satu dari keduanya pergi."

***

Pakaian putih abu-abu yang masih bersih dan baru sudah melekat di para pemain drama yang akan tampil lima belas menit lagi. Ada beberapa dari mereka yang tak bisa menyembunyikan detak jantung. Sebut saja demam panggung. Salah satunya adalah Aleysa yang kini tak bisa diam karena kegugupannya.

Seluruh tubuhnya serasa lemas. Tapi kembali tegang saat tangan seseorang menggenggam telapak tangannya.

"Nggak usah gugup. Ini cuma drama, ini nggak seberapa. Masa maluan diliat orang sih daripada tuhan? Setiap hari aja ditonton nggak malu masa kayak gini aja malu," jelas lelaki yang membuat Aleysa seketika kembali mengulang kejadian malam kemarin. Dimana ia sungguh merasa kecewa.

Aleysa melepas perlahan tangan yang sebelumnya menggenggamnya. Lalu gadis itu menghidar dengan berjalan ke Evelyne yang sudah siap tapi sedang memainkan ponsel dengan game subway yang sebenarnya sudah tak jaman.

Lelaki itu menatap kecewa Aleysa yang meninggalkannya, lalu ia tersenyum getir. Ini wajar.
Siapa sih yang tak marah karena ditinggalkan saat waktu dekat baru memberitahu??

Baik kembali ke realita. Panggilan sang MC membuat mereka segera bangkit dari duduk dan mulai berjalan menuju belakang panggung.

Orang yang pertama masuk panggung adalah Aleysa yang sudah memulai percakapan. Mulutnya mulai berucap apa yang ada di skenario.

"Huft... Lido mana sih? Kok daritadi nggak muncul-muncul?" Tanya Aleysa sesuai percakapan yang sudah dihafal.

"Dor!!" Tibalah lelaki yang berperan sebagai teman sekelasnya yang diam-diam menyukainya.

"Ih... Feno!! Ngagetin aja deh!" Bentak Aleysa.

"Dih, lagian gue liat lo di sini sendirian aja. Nungguin siapa si?" Tanya lagi lelaki yang berperan menjadi Feno.

"Alay amat sih lo Mela,"

"Dih orang kaget dibilang alay, lagian sekarang gue lagi nunggu Lido!"

"Hadeeh... Si Lidi ngapain coba ditungguin, menunggu itu sakit Mel," ucap si Feno. Membuat penonton yang menikmati drama menyuraki lelaki itu.

"Lah malah baper, udah ah sana," usir si Mela.

"Nggak ah gue mau nemenin lo," jawab si Feno.

"Lo bukannya nemenin tapi ngerecokin tau nggak," kesal si Mela.

Percakapan mereka terhenti saat motor asli dengan Aldren di atasnya datang dengan wajah dingin yang sudah biasa bagi mereka yang memperhatikannya.

"Tuh Lido udah dateng, yaudah gue duluan ya," pamit si Mela. Tapi belum sempat si Mela menaiki motor si Feno sudah menahan tangannya.

Dan badan Aleysa sengaja dilemaskan agar akting yang sebelumnya mereka latih berhasil dan dengan badannya yang lemas si Feno bisa memeluknya.

"Gue suka sama lo," bisik si Feno yang sangat terdengar oleh penonton karena mereka memakai microvon yang sudah ditempel di wajah sebelah kanan. Para penonton bersorak terbawa suasana.

Aleysa dengan aktingnya segera mendorong si Feno dan menampar pelan tapi terlihat keras di pipi Feno. Dan kembali lagi suara penonton yang terkejut sambil menerka-nerka apakah tamparan itu benar? Ada beberapa yang tak memercayainya. Lalu setelahnya Aleysa  segera pergi menaiki motor yang Aldren pakai. Aldren segera menancap gas.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang