16

393 29 0
                                    

"Maafkan aku karena telah menyia-nyiakanmu."
-Aldren Nagivaro Alex-

***

Dengan penampilan seadanya Aleysa menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Tentu saja menemui Aldren yang tiba-tiba memberinya pesan singkat tanpa ada penjelasan.

Tapi saat kakinya sudah menginjak di lantai satu, Alfan tiba-tiba mengagetkannya.

"Mau kemana?" Tanya Alfan.

Aleysa memutar bola matanya malas.

"Udah minggir gue buru-buru," ucap Aleysa sambil mencoba menyingkirkan Alfan di depannya.

"Please, jangan kesana," ucap Alfan tiba-tiba dengan muka khawatir.

"Tapi gue khawatir Fan!" Bentak Aleysa.

Aleysa melepas tangan Alfan yang mencekram tangannya. Aleysa menggeleng dan buru-buru keluar dari rumah. Sementara Reina sendiri sedang chatt-an dengan Reno. Biasa karena terlalu rindu. Balik ketopik, Aleysa terus berjalan di atas jalanan kompleknya yang basah. Menuju gerbang komplek yang langsung kejalan raya. Dan disana ia bisa menemukan taksi dengan mudah. Setelah menunggu sebentar, akhirnya taksi pun berhenti dan ia segera masuk dan memberikan alamat yang diberikan Aldren.

***

Aleysa cepat-cepat memencet tombol lift menuju lantai teratas apartement yang diberikan Aldren. Lama menunggu, karena beberapa kali orang masuk dan keluar. Tapi Aleysa cukup sabar, karena ini bukan apartement nenek moyangnya. Sampai akhirnya suara dentingan berbunyi, dan menandakan bahwa sekarang Aleysa sudah benar-benar berada di lantai yang ia tuju.

Koridor lantai paling atas berbeda dari koridor lantai sebelumnya yang sempat Aleysa lihat koridor ini terlihat lebih sepi, tapi Aleysa tak berpikir terlalu jauh. Karena mungkin saja lantai paling atas yang kemungkinan banyak kamar yang kosong. Ia mempercepat langkahnya setelah mendengar keributan dari pintu yang sepertinya pintu menuju rooftop.

Matanya membulat sempurna saat membuka pintu rooftop. Disana Aleysa melihat Aldren dengan wajahnya yang babak belur tengah ditodong dengan pisau tajam di depan leher Aldren.

"Kakak...," ucapan Aleysa tampak bergetar.
"Siapa ini Dren? Cewek yang mutusin lo?" Tanya perempuan yang masih menodongkan pisaunya di depan leher kepada Aldren dengan nada mengejek.

Lalu perempuan itu tertawa sinis.

"Leon!!" Teriak perempuan itu.

Teriakannya bersamaan dengan seorang lelaki yang membekap mulut Aleysa. Dan itu sukses membuat Aldren membulatkan matanya, dan menatap khawatir Aleysa yang menatap Aldren dengan mata berkaca-kaca.

"Lin, please, berhenti," ucap parau Aldren.

Ucapan Aldren membuat kekuatan yang masih ada dalam tubuh perempuan itu menghilang. Perempuan itu setelahnya menjatuhkan pisaunya kebawah. Ia sekarang lemas, tapi tangan kirinya masih kencang menahan Aldren agar tidak lepas. Tapi tatapannya begitu kosong. Tapi setelahnya tahanan kepada tangan Aldren lepas, tubuh perempuan itu melemas.

"Leon...," gumam perempuan itu.

Suasana yang hanya terdengar angin malam, membuat Aleysa dan lelaki yang membekapnya masih bisa mendengar. Lelaki yang sebelumnya membekap Aleysa, sekarang mendekati perempuan yang memanggil namanya. Secara kasar menyuruh Aldren untuk menyingkir. Lalu lelaki itu memeluk perempuan yang sangat rapuh.

LOVE ME RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang