Part 2

1.9K 76 1
                                    

Bel istirahat berbunyi, beberapa siswa berhamburan ke luar guna mengisi kekosongan perutnya. Sebagian lagi memilih menetap di kelasnya dengan alasan masing-masing. Termasuk Gilang, pria berpostur tinggi besar itu celingukan menyadari kedua sepupunya tak menampakkan diri. Ia menepuk pundak teman sebangkunya, guna menanyai keberadaan saudara-saudaranya itu.

"Lo kayak gak tau mereka aja. Tiada hari tanpa telat. Pasti sekarang mereka lagi istirahat di samping kamar mandi gara gara cape dihukum," jawab Andra yang sudah hapal betul tentang perilaku kedua sahabatnya itu.

Rio, Gilang, Reza dan Andra. Cowok-cowok bobrok penghuni kelas IPA1 itu memang sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan tidur pun kadang berempat. Gilang pun mengajak Andra untuk menyusul temannya. Andra merapikan buku-bukunya sebelum menyusul Gilang yang berjalan terlebih dahulu.

***


Di kantin yang tidak terlalu ramai. Melissa memesan beberapa makanan untuknya dan ketiga teman karibnya. Meja berbentuk persegi di kelilingi kursi khas warteg warna merah menjadi tumpuan mereka. Febi yang duduk di samping Melissa menggeser kursinya agar lebih dekat.

"Mel, tau gak?" tanya Febi. Gadis dengan rambut panjang terurai itu menunggu respon dari gadis di sampingnya.

"Ya kagak lah. Orang lu belum ngasih tau," tukas Melissa. Gadis jutek dengan sejuta pesona itu jarang sekali terlihat ramah kepada lawan bicara. Sekalipun itu temannya sendiri, jika mengusik ketenangannya maka akan digas olehnya.

Memutar bola matanya kesal, Febi lebih memilih tidak melanjutkan obrolannya.

"Gini lhoo, Mel." Ghea yang berada di depan Melissa pun berniat melanjutkan apa yang akan Febi bicarakan tadi. Gadis bermata sipit dengan pipi tembem itu meneguk sebotol air putih sebelum akhirnya lanjut berbicara. "Ghea sama Febi liat temen temen abangnya Melissa dihukum. Masa iya mereka motongin rumput pake gunting kuku. Gadanta banget," jelasnya.

Tak berniat menanggapi aduan Ghea, Melissa melanjutkan aktifitasnya melahap bakso pesenannya yang baru saja datang. Dari kejauhan Melissa menyadari adanya siluet pria bertubuh tinggi yang memperhatikannya dan perlahan mendekat. Tomi, badboy kelas menengah adalah pacar dari Melissa. Wajah manis dengan lesung di kedua pipinya membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona. Termasuk Melissa, memacari pria itu selama 6 bulan terakhir adalah anugrah baginya. Bagaimana tidak, Tomi selalu meluangkan waktu untuknya, perhatian dan tentu saja tampan. Sayang, hubungannya tak direstui Gilang. Namun, hal itu sama sekali tidak menghentikan cinta sejati mereka.

Febi yang berada di samping Melissa langsung menggeser kursinya guna memberi ruang untuk Tomi. Ia sedikit kesal, adegan uwu-uwuan pasti akan terjadi sekarang.

Melisa menghentikan aktivitasnya, ia terus menebar senyuman ke arah kekasih yang berada di sampingnya, berdiri.

"Makan yang banyak ya, biar sehat." Pria itu mengelus puncak kepala Melissa pelan, sangat manis. Hal itu lagi-lagi membuat para jomblowati iri kemiri.

"Makan yang banyak, Mel. Nih sekalian punya gue juga makan." Geram, Caren menyodorkan mangkok berisi siomay miliknya. Gadis berambut sebahu dengan bola mata berwarna hitam kecoklatan itu memangku dagu lancipnya, cemberut. Kapan? Kapan Caren bisa uwu-uwuan?

"Ehh jomblo iri aja lo!" ejek Melissa.

"Ahh udah biasa. Gilang dulu lebih romantis dari Tomi." Patut diakui, Ghea memang sering membanggakan mantan satu-satunya itu. Hubungan seumur jagung itu benar-benar berpengaruh pada pola pikirnya. Gadis polos itu menyimpan banyak pertanyaan seputar hubungan pacaran yang sama sekali belum ia ketahui. Mungkin, kepolosannya itulah yang membuat Gilang menyerah dan lebih memilih memutuskan hubungan mereka baru-baru ini. Miris!

Melissa tak memperdulikan mantan calon kakak iparnya itu, matanya tak henti menyusuri wajah kekasihnya yang hampir mendekati sempurna. Sungguh, Melissa kagum demi apa pun. Tomi benar-benar pria yang tepat untuk ia cintai. Setiap detik menatapnya dapat ia rasakan cinta yang jua semakin membara. Pernah Melissa membayangkan putus dari Tomi, dan saat itu juga dia menangis tersedu-sedu.  Ia pasti akan bingung bagaimana mungkin ia bisa menjalani hari-hari tanpa senyumannya. Ini bucin, tapi faktanya memang seperti itu. Melissa menjatuhkan hatinya terlalu dalam.

"Udah itu calon kaga usah diliatin mulu. Kaga bakal ilang," cela Caren menghancurkan lamunan Melissa. Tomi terkekeh kecil, gelagat gadisnya itu selalu saja membuatnya gemas.

"Oh ya, sore nanti jadi nonton?" tanya Melissa.

"Aku usahain ya, moga nanti siang gak ada latihan basket."

***

"Nih, ini sebelah kiri. Nah mantep!" Di samping toilet pria, sebuah bangku kayu tua yang cukup panjang menjadi alas duduk Rio dan Reza sekarang. Setelah mencukur habis rumput sialan itu dengan gunting kuku, membuat pundak Reza serasa ingin dimanja. Dengan kelentikan jari jemarinya, Rio berhasil memanjakan Reza. Membuat pria itu merem melek dibuatnya, memang Rio punya bakat jadi tukang pijit.

"Ngehomo di sini ternyata lu pada." Andra dan Gilang bergabung. Keduanya duduk di samping Reza yang sedang dieksekusi penuh kenikmatan.

"Gue juga mau dong dipijitin," pinta Andra seraya memukuli pundaknya pelan.

"Nanti ya, Rio lagi gue boking dulu."

"Udah, Lang. Gak usah dipikirin, nanti kalo jodoh pasti balik lagi kok," ujar Rio  menyadari Gilang yang larut dalam lamunannya. Anggota baru kaum jomblo itu terlihat murung setelah beberapa hari lalu menyudahi hubungannya dengan Ghea. Dibilang masih cinta, ya memang. Namun, sipat kekanak-kanakan Ghea membuat Gilang kadang emosi sendiri.

Respon Gilang hanya menaikan satu sudut bibirnya. Entahlah, ia pun bingung. Apakah ini keputusan terbaiknya atau malah awal dari kesedihannya?

***

Bel pulang berbunyi cukup keras, semua murid berhamburan keluar dari kandangnya mencari sesuatu untuk mereka tumpangi supaya bisa pulang.

Melissa celingukan, tak menemukan penampakan pujaan hati yang katanya akan menonton film bersama dan menyuruhnya menunggu di parkiran. Namun sepuluh menit berlalu, pria itu belum keliatan jua. Satu persatu motor di parkiran diambil alih pemiliknya. Meninggalkan tempat beralaskan batako yang cukup luas itu. Pohon palem berdiri tegap sejejer di setiap sudut parkiran membuat suasana sejuk menyeruak walau cuaca cukup panas.

"Mel," Febi datang menepuk pundak Melissa pelan. "Pulang bareng Tomi atau kita?"

Melissa termenung sejenak, mempertimbangkan tawaran dari Febi. Gadis itu menghela nafas berat sebelum akhirnya merangkul pundak Melissa.

"Ngapain pulang, shopping dulu lahh," tegasnya diikuti sorakan dari Caren dan Ghea di belakang.

"Pulang bareng gue?" Entah sejak kapan, Gilang ada diantara mereka. Pemuda dengan Hoodie merah itu memasang ekspresi datar. Asal kalian tahu jantungnya sedang memompa darah 5x lipat dari biasanya. Hari ini, adalah hari pertama Gilang bertemu dengan Ghea setelah beberapa hari menghindar dari gadis itu. Gilang memang jahat, Ghea bahkan tak tahu apa kesalahannya tapi Gilang tega meninggalkan.

"Gak. Gue mau pulang sama temen-temen gue, pake mobil gue," jawab Melissa.

"Ya udah. Hati-hati." Gilang berlalu meninggalkan. Ia dapat merasakan Ghea yang menatapnya sejak tadi. Gadis itu, argh.. ayolah Gilang, coba berfikir jernih. Lupakan Ghea dan jalani harimu dengan baik.

***

Melissa menyalakan mesin mobil miliknya, ponselnya bergetar satu kali menampilkan nama sayang di layar. Pesan masuk dari Tomi, kekasihnya itu mengatakan bahwa hari ini ia ada laithan basket dan tak bisa menemaninya nonton film. Tak berniat membalas pesan sialan itu, Melissa lanjut menarik seatbelt dan melaju dengan mobilnya. Melissa dapat memaklumi, menjadi salah satu anggota tim basket sekolah memang cukup sibuk. Wajar saja, akhir-akhir ini Tomi jarang meluangkan waktu untuknya.

"Are you ready for shopping, girls?" seru Caren penuh semangat!

Keselek Cinta Gadis IPS (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang