I'm Fine

1.2K 32 9
                                    

"Gue keluar bentar, kalian tunggu disini."

Febi beranjak meninggalkan setumpuk tugas-tugasnya, itu tidak penting dibanding kehadiran Melissa dikelasnya.

Diambang pintu kelas Febi celingukan, tapi tetap saja ia tak menemukan Melissa diluar kelas. Yang ia dapati malah pemandangan Irham yang sedang tersenyum kepadanya. Jarak Irham ke Febi hanya sekitar 10 meter.
Irham mengeratkan pegangan ranselnya, berjalan mendekati Febi.

"Selamat pagi, putri keraton." Irham terus mengembangkan senyumnya. Tidak peduli dengan ekspresi Febi yang nampak tidak suka dengan kehadirannya.

Hari ini adalah hari pertama Irham masuk sekolah, liburan yang terlalu singkat membuat Irham menambah jadwal liburannya sendiri. Begitu juga dengan Harris, sampai hari ini anak itu belum niat untuk belajar disekolahnya.

Febi memutar bola matanya kesal, ia sedang tidak semangat meladeni siapapun sekarang. "Masuk kelas gihh, bentar lagi pak Budi masuk."

Febi beranjak namun Irham menahannya, "lo sendiri mau kemana? Gak masuk kelas?"

"Toilet."

"Ikut."

Irham mengikuti kemana arah kaki Febi melangkah. Ia tahu Febi tidak pergi ke toilet, arahnya beda.

"Ngapain ngikutin sih? Gue ada urusan."

"Galak amat, Feb."

Febi merutuki nada bicaranya yang sedikit kasar, "yaudah maaf. Lu jangan ngikutin gue lagi. Gue mau-- Reza!"

Omongan Febi terpotong setelah ia melihat Reza. Orang yang dipanggilnya pun langsung menghampiri.

"Kenapa, Feb?" Tanya Reza, matanya sama sekali tak mau melihat ataupun menyapa Irham. Karena seperti apa kata Melissa, Irham juga menyukai Febi. Dalam kesempatan ini Reza tidak ingin membuang-buang waktu, ia ingin menunjukan kepada Irham bahwa Febi miliknya, Febi mencintainya. Padahal belum tentu.

Febi belum menjawab karena masih ada Irham disini, kenapa makhluk ini tidak ada rasa pekanya sendiri? Kenapa dia tidak pergi padahal jelas-jelas dia tahu Febi punya urusan dengan Reza. Mau tidak mau Febi harus mengusirnya, dengan lembut.

"Irham, sorry. Gue mau ngomong sebentar sama Reza."

"Yaudah ngomong aja."

Irham begitu keras, ia tidak mau beranjak membuat Febi geram sendiri.
Tapi, "ngomong empat mata, bukan enam mata," jelas Reza. Baru lah Irham mengangguk paham dengan senyum meremehkan.

"Oohh jadi maksudnya gue diusir?"

"Iya, emang diusir. Harusnya lo peka dong, Febi juga punya kehidupan lain yang semuanya gak harus lo tahu."

Febi merasa hawa disini mulai tidak enak, ia menarik lengan Reza untuk pergi. Terlalu lama berdebat hanya akan memperkeruh keadaan.

Dipikiran Irham, Reza sepertinya mulai mengibarkan bendera perang. Reza benar-benar menuntut Irham untuk lebih gerak cepat lagi. Tidak ada waktu lagi, Irham harus segera membuat Febi jatuh cinta kepadanya, sebelum Reza melakukannya.

•••

"Kenapa si, Feb?"

"Gue mau nanya serius!"

"Apa? Tenang aja gue masih jomblo kok."

"Bukan itu," Febi geram sendiri. Kenapa semua orang tidak ada yang serius. Padahal ini masalah penting, tentang Melissa.

Reza malah terkekeh kecil melihat ekspresi kesal Febi. Kenapa setiap hal yang dilakukan Febi selalu nampak sempurna dimata Reza, dasar bucin!

"Lu tahu kalo Melissa gak masuk?"

Reza menggelengkan kepalanya cepat, "Gilang gak ada cerita ke gue kalo Melissa gak masuk."

"Hp nya gak bisa dihubungin. Gue takut Melissa kenapa-kenapa."

"Ahh Melissa, pasti dia cuma butuh waktu sendiri gara-gara kejadian kemarin, dia pasti sangat shock. Lo gak usah khawatir, Melissa gak mungkin nekat." Reza menepuk pelan pundak Febi, meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Febi merasa lega, setidaknya sudah ada kepastian tentang Melissa.

"Pulang sekolah nanti kita kerumah Melissa ya, gue tunggu lo diparkiran."

Febi terdiam, ia masih mencerna baik-baik tawaran Reza.

"Gak usah banyak mikir, tinggal bilang iya aja. Lu emang gak kangen sama gue?"

"Ihh, kepedean banget lo. Gue cuma takut kalo disuruh nunggu lagi, nanti kejadiannya kaya kemarin."

Febi mengingat kejadian beberapa Minggu lalu. Dimana ia dibuat menunggu sebegitu lamanya, sedangkan Reza malah asyik mengantar Angel. Febi menundukan kepalanya, dadanya kembali terasa sesak jika mengingat kejadian itu, sangat menyakitkan.

Reza menghela napasnya berat, "gue tunggu lo didepan kelas lo ya. Gue yang bakal nunggu lo, bukan lo yang nunggu gue. Gue bener-bener gak mau ngecewain lo untuk kesekian kalinya."

Febi mengangkat kepalanya perlahan, tersenyum kepada pria imut didepannya.

"Ok. Gue kekelas dulu kalo gitu, sampai jumpa nanti."

•••

"Woyy Gilang sueeeek." Teriak Reza dari ambang pintu kelas.

Jam pelajaran kosong membuat seluruh siswa bebas melakukan apa saja. Beberapa siswi sibuk selfie, sisanya sibuk review skincare terbaru. Disudut lain nampak Gilang, Rio dan Andra yang tengah bermain Ludo online.

"Ehh usus kambing, sini lo ikutan main." Teriakan Andra tak kalah menggelegar.

"Haram woy haram, ogah gue main begituan."

"So suci lo, tepung bakwan."

Reza tidak menghiraukan kicauan teman-temannya. Ia berjalan menuju bangkunya, niatnya mau tidur, namun kelas yang berisik sangat idak memungkinkan untuknya terlelap.

Reza menatap kearah papan tulis, pandangannya kosong. Ia hanya memikirkan apakah bisa Febi menjadi miliknya? Sementara Irham yang nampak sudah pasang ancang-ancang. Tidak, Reza tidak boleh kalah. Ia harus bisa mendapatkan Febi.

Bersambung...

Keselek Cinta Gadis IPS (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang