Part36

737 23 0
                                    

disekolah, Reza seolah tak diberi semangat hidup. lelah,lesu,letih. para gerombolannya pun entah kemana perginya. Reza duduk sendiri ditaman belakang sekolah. memikirkan kejadian kemarin. seandainya saja ia tidak menabrak Angel. pasti Febi tidak akan semarah ini padanya.

"hey.." seorang gadis menepuk pundak Reza dari belakang.

"ehh Angel." kata Reza.

"lo kenapa?" tanya Angel lalu duduk disamping Reza.

"gak papa."

"za, gue tau lo lagi ada masalah. ayo cerita aja ke gue."

"Febi marah sama gue." kata Reza. sepertinya Reza sudah benar benar percaya kepada Angel

"kenapa?" Angel semakin kepo

"karena kemarin gue gak nganterin dia pulang. padahal gue udah janji. ini salah gue."

"hahh? cuma gak dianterin pulang dia marah? ko gitu. gak pengertian banget. harusnya dia ngertiin lo. bukan egois kayak gini." Angel semakin mengolok-olok

"hmm.. entahlah. btw, gimana kaki lo? udah baikan?" Reza malas membahas topik itu. ia takut omongan Angel akan membuat dia membenci Febi

" udah agak sembuh ko. makasih ya,za. lo udah nganter gue ke rumah sakit kemarin."

"iya sama-sama. ehh gue ke aula duluan yak. mau bareng?" tawar Reza

"gak usah. gue masih ada urusan." tolak Angel so jual mahal.

"oke. bye,"

"bye!"

"ini belum apa apa,feb. lo masih nekad deketin Reza, gue bakal bikin Reza jijik sama lo." umpat Angel dalam hati.

misi Angel kali ini adalah menemui Febi di perpustakaan sesuai info dari murid murid yang melihat Febi masuk kesana.

suasana didalam perpus yang sepi. jadi, Angel bisa dengan lelausa menghabisi Febi.

Febi yang sedang duduk sambil membaca, terkejut dengan kehadiran Angel di hadapannya.

"selamat pagi, febi." sapaan licik Angel

"pagi."  Febi masih fokus membaca. dan Angel langsung menarik buku yang dibaca Febi.

"gimana kemarin enak gak pulang sendiri? kasian yaa Reza gak bisa jemput " ledek Angel. Febi masih diam tak mau melawan.

"denger yaa,febi. ini belum apa apa. sekarang lo masih enak, karena Reza ninggalin lo disekolah. besok besok kalo lu masih nekad deketin Reza, gue bakal buat Reza ninggalin lo ditengah hutan. itu akan terjadi cepat atau lambat." ancamnya dengan sorot mata seolah hendak menelan Febi.

"masa?" kata Febi simple. ia beranjak dari tempat duduknya.

"kemarin Reza jalan sama gue." teriak Angel setelah Febi hendak keluar perpustakaan dan baru sampai didepan pintu. dan Febi menghentikan langkah kakinya. tiba-tiba dadanya langsung terasa sesak. matanya memanas, seolah akan keluar sesuatu dari dalam sana.

"dia ninggalin lo karena jalan sama gue " lanjut Angel. kaki febi terasa lemas. tenaganya tiba-tiba hilang. dengan berani, Febi berbalik arah dan menghampiri Angel.

"makasih atas informasinya. tapi gue gak butuh semua itu. dan gue gak peduli. lo mau jalan sama Reza ke. mau ngesot bareng ke. ngepet bareng ke. gue sama sekali gak peduli." Febi benar benar mengatakan hal itu.

"bagus kalo lu gak peduli. jadi mulai sekarang lo harus jauhin Reza."

"dengan senang hati." jawab Febi dengan sedikit senyuman.

tapi tiba-tiba Angel menjatuhkan dirinya sendiri.

"ehh lo kenapa? ketiup angin."

"iya,feb. gue bakal jauhin Reza. tapi lo jangan sakitin gue. gue mohon." kata Angel dengan suara agak keras disertai isakan buaya. Febi kebingungan. ada apa dengan anak ini. setan mana yang merasukinya.

"Febi.." teriak Reza dari arah pintu. dengan tatapan kebenciannya yang berkobar.

sekarang Febi mengerti, Angel menjatuhkan dirinya karena dia lebih dulu menyadari kehadiran Reza & Gilang disini. benar benar drama yang cantik,Angel.

Reza langsung menolong Angel yang tersungkur. suara isakan itu benar benar menggoda hati Febi untuk menampar gadis dihadapannya.

"lo apa apaan sih,feb. kenapa lo dorong Angel? Angel salah apa sama lo?" bentak Reza kepada Febi.

Febi tak bisa mennawyab, mulutnya terasa kaku. bibirnya bergetar. Reza membentaknya? hanya karena sebuah fitnah murahan ini?

"Angel lo gak papa kan?" tanya Reza. ia benar benar khawatir kepada Angel.

"gak papa. tapi kaki gue makin sakit." lirihnya.

"za, gue gak ngapa-ngapain Angel. dia jatuh sendiri." Febi berusaha membela dirinya sendiri. namun, Reza sudah terlanjur benci.

"udahlah,feb. sekarang gue tau siapa lo. selama ini gue salah nilai lo. gue kira lo cewek baik baik. tapi nyatanya.. lo jauh lebih kejam dari seorang pembunuh. ayo,njel kita ke UKS. kita periksa kaki lo lagi." Reza pergi bersama Angel.

"feb, lo yang sabar. gue percaya ko sama lo. lo gak kayak gitu orangnya. gue yakin Reza pasti cuma salah paham. gue duluan yak." kata Gilang lalu menyusul Reza.

Febi tak menghiraukan perkataan Gilang. kaki Febi bergetar, ia sangat lemas. ia tak percaya Reza bisa berkata seperti itu. Reza membencinya? Febi tak kuasa menahan tangisnya. akhirnya dia meluapkan semua rasa sakitnya dengan tangisan. dadanya terasa sesak. sangat sakit! Reza membencinya. padahal jelas Febi disini korban.  tak lama, datang Melissa yang diberitahu Gilang bahwa Febi di perpustakaan sendirian.
Melissa melihat Febi sudah dalam keadaan tersungkur, menangis, dan tak berdaya. matanya lebam, sekujur tubuhnya pun dingin. dan Febi benar benar gak bertenaga.

"febi, lo kenapa?" tanya Melissa. kedatangan Melissa bagaikan lilin menyala disaat mati lampu. Febi langsung memeluknya, menangis di pelukannya. Melissa terkejut, ia belum pernah mendapati Febi seterpuruk ini. Melissa ikut larut dalam kesedihan. Ia ikut menangis. ia berniat akan makan siang nanti, karena puasanya sudah batal.

"Febi,, siapa yang bikin lo kayak gini..?"
pertanyaan Melissa benar benar dianggap angin lewat oleh Febi. ia terus menangis sebisanya. Melissa berusaha menenangkannya.

"tenangin diri lo,feb." kata Melissa sambil terus mengelus-elus punggung sahabatnya itu.

perlahan tangisan Febi mulai mereda. tinggal tersisa isakan kecil.

"gue ada disini buat lo. gue bakal selalu ada buat lo. lo jangan sedih," kata Melissa sambil menghapus air mata Febi. Febi masih belum bisa tersenyum meskipun Melissa terus tersenyum kepadanya. bibirnya semakin bergetar dikala mengingat kejadian beberapa menit lalu. air mata yang tersisa masih saja leluasa mengalir. Melissa cukup lelah menghapusinya.

"Febi,, please jangan nangis lagi. gue gak bisa liat lo kayak gini. gue merasa gue ini sahabat gak berguna karena gak bisa jagain lo. sampe sampe lo nangis kayak gini."

Febi menghentikan tangisan dan isakannya. untuk sekarang Febi belum bisa cerita. Melissa meminta izin kepada guru untuk pulang terlebih dahulu bersama Febi. guru mengizinkan karena tak tega melihat keadaan Febi yang benar benar tak bergairah hidup.

Keselek Cinta Gadis IPS (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang