Part 5

1.2K 51 0
                                    

Gadis dengan seragam putih abu-abu itu berjalan tak semangat menuju kantin, matanya turut mengikuti ke mana kakinya melangkah. Semua terasa hampa, tidak ada lagi alasan untuknya semangat bersekolah sekarang. Melissa mendongak, mendapati siluet seorang pria yang berdiri di ujung lorong. Tomi, dengan segenap asa ia menghampiri Melissa. Gadis itu memutar arah, menghindari Tomi yang berlari mengejarnya.

"Tunggu." Tomi berhasil meraih tangan lemah itu, membuat sang empu berhenti namun enggan menatapnya.

"Maaf." Satu kata beribu makna, hanya itu yang bisa Tomi katakan. Percuma menjelaskan panjang lebar pun Melissa pasti tak akan mempercayainya.
"Ini semua gak seperti yang lu pikir. Gue ikhlas kita putus, tapi gue janji suatu hari nanti gue bakal buktiin cuma lu satu-satunya wanita yang ada di hati gue."

Dengan tegas Melissa menepis tangan itu. Matanya berkaca-kaca. "Gue gak butuh bukti apa pun!" tukasnya mendorong Tomi sekeras tenaga membuat pria itu mundur beberapa langkah. Melissa berlari meninggalkan lorong kelas IPS yang cukup sepi. Mengingat perkataan Gilang malam itu, membuat Tomi enggan mengejarnya. Biarlah Melissa pergi, dia pantas berbahagia tanpa Tomi. Melissa harus bahagia tanpa Tomi. Menatap punggung yang perlahan hilang dari pandangannya, Tomi mulai menyadari kejahatannya. Menyakiti wanita yang tulus mencintainya tanpa memandang apa pun. Bukan maksud hati mengkhianati, namun baktinya kepada sang ayah lebih utama dari apa pun.

***

Melissa menghela nafasnya berat, meninggalkan mobilnya di jembatan itu adalah hal terbodoh yang pernah dia lakukan. Lantas sekarang kepada siapa ia akan menumpang untuk pulang? Seperti biasa Melissa menunggu di depan gerbang, siapa tahu ada hamba Tuhan yang berbaik hati dan memberikannya tumpangan.

"Mel," teriak Ghea dari dalam sekolah. Gadis dengan rambut terurai rapi itu baru saja selesai menyelesaikan piketnya. Ia berlari ke arah Melissa.

"Febi sama Caren mana?" tanya Ghea.

"Lu amnesia ya? Mereka berdua kan lagi dihukum gara-gara mecahin akuariumnya Bu Susan di lab."

Mendengar penjelasan itu Ghea manggut-manggut mengerti. Gadis manis itu lanjut mengajaknya pulang bersamanya.

"Gue lagi nunggu anak IPA keluar. Mau pulang bareng Abang gue," jelas Melissa.

"Gilang?" tanya Ghea memastikan.

"Ya iya atuh siapa lagi."

Lagi-lagi Ghea hanya mengangguk. Gilang, pria yang pernah mengisi hari-harinya menjadi lebih berwarna, kini hanya tinggal kenangan. Setiap namanya disebut kenapa Ghea merasa ada yang aneh di dadanya. Hatinya seolah tak ikhlas melepas Gilang pergi, namun apa boleh buat Ghea tidak mungkin memaksa seseorang untuk terus bersamanya.

Tiid.. Tiid...

Sebuah mobil mercy berwarna hitam berhenti di depan mereka. Sang pemilik membuka kaca mobilnya. "Ngapain lu di sini?" tanya Gilang kepada siapa saja. Jelas Ghea langsung mengalihkan pandangannya. Hatinya terlalu berbunga-bunga untuk sekedar menatap wajah tampan itu.
"Gue ikut pulang." Melissa langsung memasuki mobil mewah itu dan duduk di sebelah Gilang.

"Lu pulang sama siapa?" tanya Gilang.
Ghea yang menyadari hal itu, langsung kelabakan dibuatnya.

"Mmm... Anu, nanti Ghea dijemput sama supir," jawabnya gugup.

"Ok, hati-hati."

"Bye, Ghea," ujar Melissa melambaikan tangan ke arah sahabatnya itu.
Sedangkan Gilang, ia cepat-cepat menutup kaca mobilnya. Kejadian beberapa detik itu benar-benar membuat jantungnya kewalahan memompa darah.
Wajah Loly itu masih terlihat manis sama seperti pertama mereka jadian. Suara khas seperti anak kecil membuat Gilang rindu ketika gadis itu merengek minta dibelikan boneka minion favoritnya.

Keselek Cinta Gadis IPS (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang