Part 6

1.1K 44 3
                                    

"Tunggu dulu, nama lo siapa?" tanya Reza menepis keheningan.

"Gigi Hadid," jawab Febi kasar. Ia langsung menaiki motor Reza tanpa disuruh.

"Gue gak akan jalan sebelum tau nama lo," ancam Reza. Namun gadis di belakangnya sama sekali tak peduli. Mau sepuluh tahun di sini pun ia sanggup asal ada makanan dan WiFi. Tapi, Reza tidak main-main dengan ucapannya. Ia malah bersiul guna menarik perhatian burung di pepohonan. Entah burung atau demit yang akan menghampirinya nanti.

Febi menghela nafasnya berat, ia berdoa semoga tidak dipertemukan dengan anak sialan ini lagi. "Nama gue Febi, ayo cepetan jalan," ujarnya menepuk pundak Reza kasar.

"Nah gitu dong, bukanya dari kemaren." jawab Reza penuh kemenangan. Ia pun melaju dengan kecepatan sedang.

"Nama gue Reza."

"Gak ada yg nanya," cetus Febi.

"Hmm... Gak papa. Gue si jaga jaga aja takut lo nanya." Febi berterimakasih kepada Reza dalam hati karena telah membantunya untuk tidak repot-repot bertanya siapa namanya! Febi menggerutu kesal, ingin rasanya ia getok helm yang berisi kepala Reza itu.

"Feb, lu duduknya agak munduran napa, jangan terlalu nempel. Nanti kalo burung gue bangun gimana? Lo mau tanggung jawab?"

Dan akhirnya, tingkat kesabaran Febi sudah mencapai batasnya. Ia memukul-mukul pundak Reza beberapa sambil mengutuknya kasar. Hingga Reza kehilangan kendali dan...

Brukk....

Tepat di depan salah satu warung makan, keduanya terjatuh. Beberapa orang mengerumuni untuk membantu atau sekedar ingin tahu saja. Febi meringis kesakitan merasakan kakinya yang seperti copot dari sendi-sendinya.

***

"Kalo sampe kaki gue patah. Ini semua gara gara lo. Dapat SIM modal nembak aja bangga," celoteh Febi ketika dokter membungkus kakinya dengan perban. Reza yang menunggunya di depan pintu ruangan hanya menggeleng pelan. Kaki Febi hanya lecet, bahkan kulitnya pun masih menempel di sana. Lantas atas dasar apa dia mengatakan kakinya akan patah? Reza tak menggubris, ia kehabisan tenaga menahan rasa nyeri di lengannya.

"Tenang, kakimu tidak apa-apa hanya sedikit memar. Akan segera membaik setelah beberapa hari," ucap sang dokter setelah usai membalut kaki Febi. "Kalian boleh pulang sekarang."

"Ok, Dok."
Resa pun meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan Febi yang menatapnya penuh dendam. Reza yang membuatnya seperti ini, tapi pria bodoh itu malah meninggalkannya.

"Tak usah khawatir, dia pasti akan kembali. Tidak ada pria yang meninggalkan wanitanya dalam keadaan seperti ini," jelas sang dokter.

"Ada, dan dia orangnya."

"Ya sudah, saya tinggal dulu. Ada pasien lain yang harus saya urus."

"Ok, makasih ya dok."

Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa, Febi berusaha turun dari ranjangnya dan berjalan perlahan. Dinding menjadi tumpuannya sekarang. Berkat kegigihannya gadis itu tiba di pintu menuju lorong rumah sakit. Setelah menghela nafas berat, Febi kembali melanjutkan langkah lemahnya. Namun, luka yang belum kering terus menyebabkan nyeri yang membuat gadis itu ingin menangis saat ini juga. Febi kehilangan keseimbangannya dan ia pun terjatuh di lorong,

Keselek Cinta Gadis IPS (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang