1. Bulan

4.4K 100 5
                                    

Semilir angin di SMA Tunas Bangsa begitu terasa di indra perasa seorang Alkan. Ia belari dengan mata memencar. Di ujung sana, terlihat seorang gadis. Alkan melambaikan tangannya pada gadis itu dengan sumringah. Ia terengah berlari menghampiri gadis berambut panjang yang tengah tersenyum.

"Han, aku mau ngomong sama kamu."

"Ngomong apa?" Matanya yang bulat terlihat heran menatapi Alkan.

"Coba deketan sini."

Gadis itu mendekat pada Alkan yang berdiri. Dan seketika, coretan spidol pun Alkan ukir di wajah gadis itu membuatnya kaget bersambung jengkel. Kedua anak SMA itu saling bercanda dengan girang. Terlihat jelas bahwa masa-masa SMA itu benar-benar sungguh menyenangkan. Menyenangkan para hati remaja yang tengah berbunga-bunga dalam memburu cinta.

Alkan Adiputra. Laki-laki tampan yang terlihat sederhana. Ia bukan laki-laki yang bersinar di sekolah. Baju sekolahnya terlihat ia keluarkan. Dan terlihat sebuah plester yang menempel pada celananya. Entah lah, kenapa banyak anak SMA yang menempelkan plester luka pada celananya. Padahal, selain dari sobek, celana mereka tak terluka. Alkan termasuk most wanted karena ia memang memiliki wajah tampan. Kata teman-temannya, Alkan memiliki wajah layaknya aktor Korea. Tapi Alkan berharap bahwa ia memiliki wajah mirip Leonardo D'Caprio, aktor idolanya. Dan gadis cantik itu bernama Hani. Sungguh namanya yang hangat, cocok dengan wajah Hani yang memang sungguh feminim terlihat. Wajahnya semanis madu, rambutnya panjang terurai lurus, dan juga tubuhnya yang body goals mampu membuat iri para teman-temannya. Hani adalah salah satu gadis yang mampu memikat Hani Alkan sejak kelas dua SMA. Dan hubungan mereka tak bisa dipertanyakan lagi kedekatannya hingga saat ini. Bisa dibilang, mereka telah berpacaran.

Beberapa waktu berlalu, mereka telah menamatkan SMA dan meneruskan pendidikannya di universitas yang sama yaitu Universitas Tunas Bangsa.

Alkan bukanlah cowok yang sembarangan. Ayahnya bernama Pak Deni, seorang pemilik perusahaan yang berjalan di bidang produksi makanan dan sudah banyak memiliki cabang restoran. Maka dari itu, ia sudah menjadi orang tajir sejak dirinya lahir. Alkan begitu bahagia kalau Ayah Hani telah mengabdi pada perusahaan Ayahnya sejak lama. Dan keluarga mereka masing-masing telah tahu hubungan Alkan dan Hani yang memang telah berpacaran. Karenanya, hubungan Pak Deni maupun Pak Gani, ayah dari Hani itu selalu harmonis. Bukan hanya karena hubungan anak mereka, tapi bisnis yang mereka jalankan sungguh sangat lancar.

Di kampus, Alkan menatapi sebuah gift yang rencananya akan diberikan pada Hani hari senin itu. Ia terus berjalan mencari keberadaan kekasihnya itu di sekitaran kampus.

"Heh Mila, lo liat Hani ga?"

"Mila liat dia tadi lagi makan di kantin."

"Oke. Thanks."

"Hmmmm, kalian semakin hari semakin harmonis."

Terduduk gadis cantik di sebuah kantin. Ia terlihat melahap makanannya dengan serius.

"Hey!"

"Kamu, ya ampun. Sendok aku hampir aja ketelan gara-gara kamu."

"Hehe, kenapa kamu makan banyak banget sih?"

"Emangnya kenapa? Gak boleh, apa kamu takut aku gendut?"

"Habisin dulu makanan di mulut kamu! Jorok banget."

"Udah. Kenapa kamu ke sini?"

"Aku mau kasih sesuatu buat kamu."

"Apa? Uang bukan?"

"Pikirannya cuma duit aja. Bukan aku Han?"

"Aku cuma bercanda kok, hehe."

"Han, kamu mau gak nyimpan ini?" tanya Alkan sambil menyodorkan sebuah gift pada Hani.

"Kalung? Liontinnya batu?"

"Ini bukan sembarang batu. Ini Luminous Stone. Bisa nyala kalau malam. Kamu bisa pakai, kamu bisa simpan."

Hani menatapinya dengan begitu indah.

"Ini pasti mahal? Kamu kenapa sih boros-boros duit mulu?"

"Aku cuma mau kasih kamu hadiah Han, emang salah? Dengerin aku Han. Aku tau kamu suka banget sama bulan, apalagi purnama. Kamu inget gak, pertama kali kita ketemu waktu malam minggu itu, di bulan purnama juga. Aku mau kamu inget aku terus kalau nyimpan ini."

Wajah putih berseri Hani lantas blushing. Entahlah, sebagian orang menyebutnya itu adalah gombalan yang sungguh menjijikan. Namun untuknya, ketika Alkan sudah berbicara, layaknya orang puitis, Hani tak bisa menyebut itu kata "Gombal" lagi.

"Receh banget."

"Tapi kamu suka kan?"

Bahkan senyuman Alkan pun mampu membuat Hani terlihat sangat bahagia tanpa terkecuali.

"Wait. Kamu ini lucu banget sih, haha kita kan setiap hari ketemu, tegur sapa juga. Omongan kamu kayak orang yang mau pergi perang aja."

"Ya gak apa-apa. Kalungnya kan bisa kamu pake terus. Nah, kalau gitu kan aku gak bisa jauh dari kamu Han."

"Dasar lebay."

Sejak saat itu pelukan Alkan mampu menghangatkan Hani di setiap hari, selama mereka menjalin hubungan saling mencintai.

Cerita Pertama. Mohon mangap, Eh mohon maaf atas ketidakjelasannya.

Bahasanya masih berantakan, mohon di maklumi.

MOONLIGHT (Love in Business)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang