"Doctor, how is she?" Alkan dengan panik bertanya pada Dokter di sana.
"She has hypothermia. We have provided proper care for her. Please wait for her to wake up."
Setelah mendapat penjelasan Dokter, Alkan begitu lega karena Hani sudah mendapatkan perawatan yang sergap. Jika tidak, ia pasti akan mengalami masalah kesehatan yang cukup serius.
"Hani kena hipotermia."
"Pantes aja, dia gak pake sarung tangan sama syal. Aku gak tau kalau Hani gak ada tadi, aku di kereta lain," ucap salah satu karyawan Alkan.
Rama merasa cemas dengan keadaan Hani saat itu. Ia pun begitu khawatir karena Hani belum kunjung membuka matanya. Rama juga kesal pada dirinya karena ia tak langsung mencari Hani, melainkan hanya bermain dengan karyawan lain.
"Hani bangun Han, Hani gue minta maaf Han," ucap Rama cemas. Semua orang ikut merasa cemas.
Hani kemudian siuman dengan membuka matanya perlahan.
"Saya di mana?"
"Hani, lo sadar. Lo pingsan karena kedinginan."
Alkan menatap sendu Rama yang begitu perhatian pada Hani. Syila menatap Alkan yang matanya sedikit berkaca. Bahkan setelah ia sampai saat menggendong Hani ketika sampai ke penginapan. Wajah Alkan membiru dengan udara dingin.
"Akhirnya kakak sadar. Maafin aku ya kak karena gak ikut kakak tadi. Ini, air hangat buat kakak." Resa menyodorkan air hangat untuk Hani.
"Siapa yang bawa aku ke sini?"
"Pak Alkan Kak, dia menggendong kakak sampe sini."
Rama tertegun diam mendengar jawaban Resa. Sungguh, Rama merasa menyesal karena itu.
"Alkan, makasih."
"Bukan apa-apa. Lain kali kamu jangan sembarangan pergi kalau gak tau jalan, hubungi orang kalau kamu mau pergi."
Alkan langsung pergi meninggalkan mereka semua.
***
Malam hari tiba. Alkan diam-diam ingin memberikan mantel untuk Hani di penginapannya. Namun semua terlambat karena di sana sudah ada Rama tengah memakaikan mantel untuk Hani. Alkan menahan sesak hatinya lagi, ia membuang kekesalan karena ia tak bisa menjaga Hani ketika gadis itu tengah sakit. Alkan hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Merasa hatinya sangat jengkel, Alkan mengepalkan tangannya dengan begitu emosi.
Syila tengah termenung di ruang perapian. Ia berpikir dan merasa bahwa di antara mereka ada sesuatu. Lalu Nino menghampiri Syila.
"Pak Nino?"
"Nona Syila sedang apa di sini?" tanya Nino.
"Aku cuma lagi pengin angetin tangan aja."
Nino sebenarnya begitu canggung untuk membicarakan hal privat dengan Syila. Namun, ia penasaran dengan apa yang Syila rasakan ketika melihat Alkan menolong Hani.
"Gimana perasaan kamu ke Alkan?"
Syila menoleh kaget Nino. Ia tertunduk lagi sambil menampilkan senyumnya yang dipaksa.
"Aku? Aku ... aku gak tau."
"Kalian kan sebentar lagi menikah."
"Entah kenapa aku merasa, Alkan gak pernah ada di depan aku."
"Alkan itu orang aneh, saya aja gak pernah tau sifat sebenarnya dia itu kayak apa. Dia labil, susah ditebak."
"Beneran?" tanya Syila.
"Iya."
"Dia itu keras kepala, pemarah dan egois. Kamu yakin bisa hidup sama dia?"
Ucapan Nino membuat Syila mengerutkan dahinya heran. Sementara Nino memencarkan matanya dengan canggung. Jujur saja ia tak ingin menjelekkan Alkan. Hanya saja, ia ingin sekali membantu Alkan untuk lepas dari gadis itu walau itu tindakan yang jahat.
"Pak Nino ini kenapa sih? Kok bos sendiri dijelek-jelekin gini. Terus, apa sifat baik yang ada di Alkan? Pak Nino bisa kasih tau saya gak?"
"Kalau gue kasih tau nanti dia tambah cinta lagi sama Alkan." Nino membatin bingung.
"Emmm apa ya? Saya bingung bilangnya."
"Bingung? Dia terlalu baik ya sampe Pak Nino bingung."
Ucapan Syila membuat Nino kebingungan untuk menimpali perkataannya.
"Aku tau Pak Nino. Alkan saat ini emang belum jatuh cinta sama aku. Tapi bagaimana pun, kita bakal menikah kan?"
Nino tertegun diam. Ia bahkan merasa bahwa Syila memang benar-benar mecintai Alkan. Ia pun begitu iba melihat Alkan harus terlibat dalam drama yang membuat hatinya sakit terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONLIGHT (Love in Business)
Novela JuvenilKetika sebuah bisnis mencampuri kehidupan percintaan antara Alkan dan Hani. Alkan Adiputra, anak pengusaha tajir yang hidupnya mulai bermasalah ketika ia berpisah dengan cinta pertamanya karena sebuah bisnis sang Ayah. Mereka memutuskan untuk berpis...