Alkan terlihat fokus menekan keyboard satu persatu untuk membuat sebuah kalimat. Keringat sudah mengucur dari pelipisnya walaupun di sana ada AC yang siap menyejukkannya. Saking fokusnya, Alkan tak sadar kalau Nino datang menatapinya dengan heran.
"Pak Alkan!" Teguran Nino mengejutkan Alkan. Ia bergidig kaget karena suara Nino yang tiba-tiba.
"Ngagetin aja! Kenapa gak ketuk pintu saya?"
"Saya sudah mengetuk, tapi Pak Alkan kelihatan sangat fokus ke monitor. Saya minta maaf Pak."
"Gak apa-apa. Saya akan lanjutkan nanti. Sekarang, apa yang mau kamu bahas?"
Alkan mengancingkan jasnya dan duduk di sofa sambil menikmati kopi yang tersedia. Dan Nino pun akhirnya ikut duduk bersama Alkan.
"Maaf pak Alkan, saya melihat pak Alkan beberapa hari ini sibuk dengan pekerjaan. Kata ibu Fika, saya harus terus melihat perkembangan kesehatan bapak."
"Ibu bilang kayak gitu?"
"Iya pak."
"Bilang sama ibu, saya baik-baik aja kok. Saya sehat."
"Baik pak. Pak, boleh saya bilang sesuatu?"
"Apa itu?"
"Gini Pak. Karyawan pada ngeluh sama saya Pak. Katanya mereka pada stres karena pekerjaan yang emang harus dikerjain tepat waktu dan juga jadwal lembur mereka memang ditambah Pak. Mereka mengeluh ke saya supaya mengusulkan ke Bapak untuk mengadakan gathering lagi Pak."
Alkan mendengarkan baik usulan Nino. Keluhan para karyawan memang dibenarkan oleh Alkan. Demi mengejar target perusahaan, mereka bahkan rela untuk meluangkan waktu lebih lama untuk bekerja. Hal itu membuat Alkan memang telah menjadi bos yang tidak pengertian pada kesejahteraan, kenyamanan, juga motivasi karyawannya.
"Bagus juga sih usulan Pak Nino ini. Bilang sama semuanya, kalau kita akan melakukan gathering akhir pekan ini."
"Kalau gitu, akan saya kabarkan segera Pak. Terima kasih banyak Pak. Saya permisi dulu."
Alkan tersenyum sendiri setelah ia memikirkan bagaimana nanti gathering mereka berjalan. Dan, lagi ... pikiran Alkan bukanlah pada sebuah gathering yang akan mengasyikan. Tapi, pada siapa yang akan ikut gathering nanti.
"Hani pasti bakalan ikut kalau semua manager resto cabang gue usulin buat ikut gathering. Gue harus telepon Nino nih."
Para karyawan begitu girang ketika Nino memberikan pengumuman pada mereka. Dan setiap manager restoran cabang pun Nino sudah undang satu persatu. Namun, kali ini Nino meluncur langsung ke Moonlight Resto atas perintah Alkan sendiri. Ia bertujuan untuk mengundang Hani secara langsung. Karena Nino tahu, Hani adalah keluarga baru FoodyKing.
"Selamat siang Bu Hani."
"Siang. Pak Nino? Silakan duduk Pak."
Setelah mereka terduduk di salah satu kursi, Hani menyurang heran atas kehadiran Nino tanpa Alkan tersebut.
"Pak Nino, mau ambil laporan? Bukannya untuk bulan depan ya? Kan saya yang akan kirim langsung ke Alkan."
"Bukan Bu Hani. Saya ke sini untuk mengundang Bu Hani untuk ikut gathering perusahaan cabang kita. Seluruh karyawan akan hadir untuk menjalin silaturahmi."
"Oh gathering. Kapan Pak acaranya?"
"Akhir pekan ini bu. Sepertinya saya hanya akan memberitahukan soal ini. Kalau begitu, saya permisi dulu bu."
"Pak Nino gak mau minum atau makan?"
"Terima kasih bu. Lain kali saya akan makan."
Alkan beserta para karyawannya sudah terlihat bersiap di depan perusahaan. Banyak dari mereka yang antusias untuk melakukan gathering bersama. Terlihat Alkan yang mengenakan baju kasual mengejutkan pada karyawannya. Hal itu membuat Alkan heran menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONLIGHT (Love in Business)
Novela JuvenilKetika sebuah bisnis mencampuri kehidupan percintaan antara Alkan dan Hani. Alkan Adiputra, anak pengusaha tajir yang hidupnya mulai bermasalah ketika ia berpisah dengan cinta pertamanya karena sebuah bisnis sang Ayah. Mereka memutuskan untuk berpis...