56. Kedinginan

239 7 0
                                    

Semua orang sudah berkumpul di penginapan masing-masing. Alkan ingin sekali menemui Hani, tapi selalu ada Syila yang membuntutinya. Jujur, Alkan bahkan sudah membayangkan kalau ia akan menghabiskan waktu liburan bersama Hani. Namun nyatanya nihil.

Mereka pun berkumpul untuk makan bersama.

"Selamat makan semuanya!"

"Ayo kita makan!"

Di depan Hani ada sepiring lobster yang besar. Alkan tidak tinggal diam dan memindahkan lobster tersebut ke hadapannya. Hani merasa risih dengan sikap Alkan padanya.

"Seorang yang punya alergi terhadap udang, gak boleh ada piring udang di depannya," ujar Alkan tanpa segan.

Resa bingung melihat peristiwa itu. Dan juga Syila yang merasa aneh. Rama memutus canggung dengan langsung memotongkan daging untuk Hani.

"Hani, lo gak usah makan lobster itu. Lo makan ini aja." Rama tersenyum ramah.

Alkan merasa jengkel dan langsung melahap lobster di depannya. Hani terdiam tanpa kata. Ia hanya mengucap kata terima kasih pada Rama. Syila sedikit cemburu karena Alkan lebih perhatian dengan Hani yang ia tau adalah teman baik SMAnya.

Setelah selesai, Hani duduk di sebuah kursi yang di depannya terdapat kolam ikan.

"Dingin begini, ikan hidup aja lagi. Eh tapi kok di sini hangat ya, apa suhu ruangannya udah diatur?!" gumam Hani.

Syila langsung menghampiri Hani dan membuat Hani kaget. Ia tersenyum menyambut Syila.

"Syila, belum tidur?"

"Belum, kamu sendiri?"

"Aku cuma liatin ikan aja di sini, he."

"Pasti kamu akrab banget sama Alkan dulu."

Hani terkejut mendengar perkataan Syila.

"Itu karena dia kan temen aku SMA, kita juga sering main bareng kok, dia cuma temen akrab aku aja." Hani sedikit gugup.

"Kayaknya Alkan tau banget kamu, sampe kamu alergi aja dia tau." Syila senyum menjelaskan soal jamuan makan tadi.

"Oh itu cuma kebetulan kok, aku kan sama dia udah lama sahabatan, jadi mungkin kebetulan aja dia inget." Hani canggung.

"Kalau kamu temen baik Alkan, pasti kamu tau dong makanan kesukaan Alkan? Kasih tau dong Han?" tanya Syila merengek pada Hani.

Hani bergeming bingung. Namun, ia terpaksa memberitahu semua tentang Alkan pada Syila yang ia ketahui.

"Alkan itu paling suka sama rendang ayam, roti bakar, juga baso ikan."

"Oh gitu  lokal banget yah selera Alkan, hehe."

"Dia orang yang pemarah, salah dikit pasti dia marah. Kadang jutek, kadang juga jadi lembut," ucap Hani dengan melamun.

Syila menatap Hani yang begitu meresapi saat ia membicarakan tentang Alkan. Hani kemudian tersadar.

"Em maksud aku, dia itu orangnya pemarah, kamu jangan sampe buat dia marah. Aku takut kamu malah kena imbasnya Alkan, hehe."

Syila begitu meresapi setiap kalimat Hani yang mendeksripsikan tentang Alkan. Ia pun hanya menjawab dengan senyuman.

***

Pagi kembali, sekitar jam sepuluh pagi mereka sudah siap untuk menaiki kereta gantung. Sebelum itu, Hani pergi melihat lihat toko cendramata yang menarik minatnya. Kereta gantung sebentar lagi akan berjalan.bHani belum juga datang. Rama mencari dan menelponnya, tapi tidak diangkat mungkin karena ponselnya di silent.

MOONLIGHT (Love in Business)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang