Setelah satu bulan berlalu dan rencana untuk proyek restoran itu sudah matang, Alkan pergi moonlight resto untuk membicarakan bisnisnya pada Hani. Alkan sempat bimbang karena ia tahu sulit sekali untuk bersikap asing pada Hani. Ia pun tidak tahu, apa yang ia lakukan itu benar atau tidak. Namun, mereka sudah terlanjur berencana jauh pada restoran tersebut. Alhasil, Alkan akan terus memperjuangkan restoran itu demi kesepakatan mereka.
"Ada apa tuh? Kenapa ribut-ribut gitu?" Mata Alkan memicing setelah ia turun dari mobilnya.
Hani di resto sedang berdebat dengan pak Bayu, karena kerjasama yang mereka lakukan tidak berjalan dengan baik. Pak Bayu melanggar aturan perjanjiannya dengan Hani, karena Hani telah sepakat menyetorkan uangnya selama 5 bulan sekali pada pak Bayu. Namun yang Pak Bayu lakukan malah melanggar peraturan kerja sama mereka.
Alkan perlahan menghampiri sambil menatapi kegaduhan itu.
"Ada apa ini?"
Pak Bayu melirik Alkan, mereka pun sempat berhenti sejenak dalam berdebat.
"Aduh, kenapa Alkan ke sini sih? Gue harus apa ini di depan Pak Bayu?" Hani membatin bingung.
"Maaf, saya lagi ada urusan. Jadi, kamu bisa tunggu di sana," tukas Hani pada Alkan. Ia pun kembali lagi ke hadapan Pak Bayu.
"Siapa dia?" tanya Pak Bayu ada Hani. Matanya melirik Alkan dengan heran.
"Nanti biar aku jelasin."
"Dari cara berpakaiannya, dia kayaknya orang penting. Bisnis apalagi yang kamu lakukan sekarang?" tanya Pak Bayu membuat Hani malah cemas.
"Nggak Pak Bayu. Dia bukan siapa-siapa kok, Pak Bayu, bisa gak kita bicarain lagi nanti?"
"Apa? Nanti? Saya butuh uangnya sekarang. Saya masih harus menutupi hutang saya juga pada bank. Kamu ini, kamu kira saya bangun ini gak pakai uang?"
"Tapi Pak. Kita kan udah bikin kesepakatan soal setoran itu."
"Iya saya tahu Hani. Tapi kami setor itu pun dengan jumlah yang tidak kami sepakati."
"Restoran lagi sepi Pak."
"Saya gak mau tau. Pokoknya kamu harus setor hari ini juga."
"Hani, ada apa ini?"
Alkan begitu penasaran karena Pak Bayu begitu kesal pada Hani yang ia lihat. Dan hal itu tentu membuatnya tak betah untuk berdiam diri walaupun itu bukan urusannya.
"Maaf pak, saya bikin keributan di sini, anda rekan bisnisnya juga kan? Apa dia kerjasama dengan baik? Dia sudah tidak adil menyetor uang resto pada saya," ucap Bayu.
"Maksud anda apa ya?" Alkan heran sendiri.
"Hani, cepat bayar. Saya hanya minta lima juta hari ini. Kalau tidak, saya akan menutup resto ini." Pak Bayu memberi peringatan pada Hani.
Alkan tiba-tiba memberikan kartu namanya pada pak Bayu.
"Ini kartu nama saya. Urusan resto ini biar saya yang pegang. Jika anda mau membicarakan sesuatu pada saya, silakan hubungi saya. Saya akan mengirim uang yang anda inginkan."
"Hah? Apa ini Hani? Kamu punya client baik seperti dia tapi gak bilang sama saya. Ya sudah, kalau gitu ... terima kasih bapak berdasi hitam. Terima kasih juga Hani. Saya akan kembali sesuai kesepakatan. Lain kali kamu bisa bayar sepenuhnya ya."
"Tunggu, nggak Alkan. Kamu gak usah kasih dia kartu nama kamu."
"Hani udah lah, ada yang ingin aku omongin sama kamu soal bisnis ini."
"Tapi ... tapi ... Pak Bayu. Pak, dengerin saya dulu Pak. Dia bukan siapa-siapa Pak. Jangan terima uang dari siapapun Pak. Pak Bayu, urusan Bapak itu ada sama saya bukan orang lain Pak." Hani berusaha menghentikan Pak Bayu. Namun pria tua itu langsung masuk ke mobil menghiraukan ucapan Hani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONLIGHT (Love in Business)
Подростковая литератураKetika sebuah bisnis mencampuri kehidupan percintaan antara Alkan dan Hani. Alkan Adiputra, anak pengusaha tajir yang hidupnya mulai bermasalah ketika ia berpisah dengan cinta pertamanya karena sebuah bisnis sang Ayah. Mereka memutuskan untuk berpis...