2. The Letter (Revisi)

10.1K 676 7
                                    

Surat itu, akankah menjadi awal yang baru untuknya? Dikala semua anak mencari sekolah yang diimpikannya. Lya tidak ingin bersekolah. Ya, tidak ingin.

Tapi surat itu, entah mengapa Lya sangat tertarik dengan sekolah itu. Sekolah yang bernama Indigo Academy. Dari namanya saja ia tahu, kalau sekolah ini tidak biasa.

"Hei anak aneh!" Teriak seseorang yang membangunkannya dari lamunan. Lya sontak mereflek teriakan itu, "apa!" Jawabnya kasar.

Lelaki itu tersenyum sinis, "oh... Anak aneh ini sudah lulus, ya. Sekolah dimana lagi kamu? Mendingan pergi yang jauh, deh. Katanya, anak seperti kamu itu pembawa sial!"

Lya langsung berdiri dan menahan marah, "apa hakmu mengatakan diriku adalah pembawa sial? Jika kau tidak menyukai seseorang, setidaknya jangan menghakiminya!" Teriaknya tak mau kalah.

Lya sudah muak dengan semua yang ia alami selama ini. Ia hanya ingin satu hal, mengakhiri hidup atau setidaknya pergi jauh dari manusia-manusia yang selalu menganggapnya aneh. Tapi, dimana ia bisa pergi? Dan jika ada, tempat seperti apa yang bisa ia datangi?

Pikirannya kembali tertuju pada surat itu. Satu-satunya hal yang mencuri perhatiannya. Tapi, Lya tak tahu bagaimana bisa sampai kesana. Lya pun tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk sampai kesana. Ia hanya bisa termenung disini, untuk saat ini.

Tiba-tiba angin kencang menerpa dirinya. Angin itu terasa dingin menusuk tulang. Lya memeluk dirinya sendiri untuk menahan rasa dingin yang mendadak. Lya mendongak kelangit, matahari siang masih bersinar dengan terik. Bagaimana bisa?.

"Sesuai janjiku, Kau akan datang kemari hari ini juga, Lya" ucap suara tanpa wujud. Lya menoleh kekanan dan kekiri, tapi tak ada sosok yang sedang berbicara dengannya. Jika memang ada sosok, seharusnya Lya bisa melihatnya.

"Segeralah pulang dan kemasi barang-barangmu. Akan ada yang menjemputmu nanti"

Lya sejenak terdiam, ia berpikir kalau surat itu benar-benar tidak berbohong. Maka Lya memantapkan diri, untuk mengubah hidupnya yang stagnan ini. Lya segera bangkit dan berlari pulang.

Karena ia terlalu bersemangat, Lya tak menyadari ada sebuah mobil berkecepatan tinggi mengarah padanya, dan Lya benar-benar terlambat menyadarinya.

Brakkk!

Untung saja, Lya tidak mengenai ujung mobil itu, tetapi terserempet yang membuatnya terseret sebentar. Kejadian itu cukup membuatnya terluka.

"Maafkan aku, Lya. Kau harus melalui cara yang seperti ini untuk menuju kesana." Ucap seorang gadis pengendara mobil itu setelah melihat melalui kaca spion mobilnya. Lalu dengan cepat ia pergi.

Lya terbaring di trotoar, keningnya berdarah, lengan dan kakinya terluka. Semua tubuhnya terasa sakit. Lya menoleh kekanan dan kekiri, tapi tak ada seorangpun disekitarnya. Biasanya, jalan ini ramai oleh pengguna jalan. Entah mengapa, saat ini sangat sepi.

Lya berusaha bangkit dengan sekuat tenaga. Dalam hatinya, ia tak boleh berakhir disini. Ia yakin cerita hidupnya masih panjang. Dengan tertatih-tatih dan penglihatannya yang berkunang-kunang ia melangkah menuju rumahnya

Sepanjang jalan, Lya melihat banyak sekali kawan-kawan gaibnya yang melihatnya dengan iba. Tapi ia tak peduli. Beberapa dari mereka mengikuti Lya dibelakang, tapi Lya juga tak peduli.

Dengan penuh perjuangan ia sampai kerumah. Lya sempat ambruk didepan rumahnya karena merasa tak kuat lagi menopang tubuhnya. Tangannya meraih gagang pintu hingga terbuka. Ia menyeret tubuhnya perlahan. Tangannya menyeka rambut panjangnya yang menutupi penglihatannya.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang