"Putri Lya ... Mau kemana?" Tanya Nelia melihat Lya berkemas. Semenjak tadi malam ia melihatnya tak bisa tidur nyenyak. Nelia sudah menduganya, ia harus siap dengan segala keputusan yang diambil Lya.
Lya sejenak menghentikan aktivitasnya, "aku akan berangkat menyelamatkan saudaraku" jawab Lya santai , tapi begitu mengejutkan dihati Nelia. "Jadi, Putri akan pergi lagi? Kapan itu?" Tanya Nelia penasaran.
Lya tersenyum melihat barang-barangnya sudah tertata rapi dalam tas kecil yang terlihat ramping, berat? Tidak, Lya memakai kemampuan ungunya (telekinesis) untuk meringankan apa yang ia mau. "Secepatnya" jawab Lya singkat.
Nelia menunduk, ia ingin menanyakan sesuatu. Namun ia merasa takut kalau Lya akan menolaknya. "Putri ... Apakah aku boleh ikut denganmu?" Tawar Nelia sopan, ia hanya berharap kalau Lya tak akan menolaknya.
"Tidak!" Jawab Lya cepat. "Kau harus tetap disini dan menjaga akademi. Bantulah para master" tambah Lya tak terbantahkan. Mendengar itu Nelia langsung jatuh berlutut, "putri... Tolong izinkan aku, banyak bahaya diluar sana yang akan mengancam putri. Setidaknya berikan hamba kesempatan untuk memberikan pengabdian ini walau dengan nyawa sekalipun!" Ucap Nelia bersungguh-sungguh.
Lya terhenyak ... Dalam hatinya ia sangat mengagumi kesungguhan sahabatnya itu, sekaligus ia terharu. Seseorang yang begitu peduli pada hidupnya, padahal Lya merasa dirinya sangatlah tidak sebanding dengan itu. Lya menatap Nelia, mencari kesungguhan dalam kedua matanya yang bulat. Memang benar, Lya tak menemukan keraguan didalamnya.
"Baiklah ... Temani aku dalam misiku ini, Nelia. Aku sangat kagum padamu, mengapa kau bekorban sebegitu besarnya demi aku?" Tanya Lya pada Nelia yang sedang berlutut. Lya dapat dengan jelas melihat senyum terukir tulus diwajah Nelia baru saja. "Ketika budi baik telah dimunculkan, maka budi baik yang lain pula jangan disembunyikan" ucap Nelia tenang.
Sementara Lya mengernyitkan alisnya, ia mencoba mencerna kata-kata bijak itu. "Artinya?" Tanya Lya memiringkan kepalanya. Nelia tersenyum mendengar putri menanyakan maksudnya. "Putri telah berbuat baik padaku dizaman dahulu kala. Mungkin tanpa putri aku tak akan hidup, maka dari itulah. Aku merasa berhutang budi pada putri" jawab Nelia.
Lya mengangguk, kemudian berbalik dan menggendong tasnya. "Aku akan berangkat hari ini. Aku tunggu kau bersiap sementara aku akan menemui seseorang" ucap Lya. Nelia mengangguk, "baiklah".
***
Suara seruling terdengar begitu merdu ditaman belakang akademi. Lya melangkah setengah berlari lalu mendadak berhenti. Ia merasa tertarik dengan bunyi merdu dan lembut itu. Dengan rasa penasaran ia bersembunyi dibalik semak-semak berbunga yang ada ditaman akademi.
Mata Lya membulat ketika mendapati orang yang sedang memainkan seruling tersebut. Orang yang sangat dikenalnya, ialah Adar Rhei. Sang pangeran kerajaan merak putih.
Tiba-tiba alunan musik itu berhenti, Lya yang sedang melamun ketika mendengarkannya pun heran karena sosok yang sedang diamatinya menghilang. Ia menoleh kekanan dan kekiri mencari Adar Rhei.
"Mencariku?"
Lya terhenyak dan refleks tangannya ingin memukul Rhei. Namun Rhei segera menangkapnya lalu terkekeh. "Kenapa kau bersembunyi seperti itu?"
Lya mendengkus, "kenapa kau tau aku sedang mengawasimu?" Tanya Lya menatap Rhei garang, "kenapa kau selalu tahu segalanya tentangku?"
Rhei terdiam, kemudian tersenyum penuh arti. "Mungkin ... Takdir memang harus seperti itu. Juga mungkin kita memang punya ikatan" jawab Rhei santai. Lya mengernyit. Ikatan apa?
"Kau hendak pergi mencari pangeran Lyan, bukan?" Tanya Rhei mengalihkan pembicaraan. Lya menoleh, "sekarang pun kau tahu sebelum aku memberitahumu" jawab Lya tanpa ekspresi. Rhei terkekeh, "itu mudah, Lya"
Lya menatap lurus, tangannya mengendalikan beberapa kerikil didepannya sehingga manik matanya berwarna ungu pertanda kemampuan telekinesisnya aktif. "Bagaimana kau bisa tahu semuanya?" Tanyanya. Rhei menghela nafas, "aku tahu, dari semua pikiranmu tentangku. Ketika kau sedang memikirkan sesuatu, lalu pikiranmu selalu berakhir dan terarah padaku. Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui semua itu?"
Lya mendelik, ia tak bisa berkata-kata. Tangannya ia arahkan kearah Rhei sehingga batu kerikil yang ia kendalikan tadi terlempar kearahnya. Rhei sigap menghindar sehingga satupun kerikil tak ada yang mengenainya. "Jangan sok tahu!"
Rhei terkekeh. Kemudian terdiam melihat sekeliling, begitupun dengan Lya. Keduanya larut dalam keheningan sampai Rhei membuka suara. "Perjalanan kita akan panjang dan penuh rintangan. Aku tak tahu jika nanti kau tertangkap, terluka, bahkan terbunuh. Begitu pula denganku." Ucap Rhei sambil memandang lurus. "Aku tak tahu rahasia takdir, Lya. Hanya saja jika kemungkinan itu terjadi, jangan sampai aku tahu. Karena aku tak tahan dengan itu" tambah Rhei. Lya menoleh menatap wajah Rhei, ekspresinya yang dalam.
"Jangan khawatir padaku, Rhei" ucap Lya memandang lurus. "Semenjak aku dilahirkan kembali menjadi Lya yang baru, aku sadar kalau aku akan menghadapi dunia. Aku tak akan takut dengan semua itu, dan aku siap untuk semua itu" tambahnya. Rhei menoleh kepada Lya dengan ekspresi cemas. Namun tak begitu terlihat karena wajah Rhei yang biasa berekspresi datar.
"Aku akan berangkat Rhei" ucap Lya lalu beranjak dari tempat duduknya. Namun tangan Rhei menahan tangan Lya. "Aku akan mendampingimu, karena aku bertanggung jawab terhadapmu." Ucap Rhei.
Lya memandang lurus, kemudian melangkah menuju kantor pusat akademi.
***
"Kau akan pergi?" Ucap Steva tak percaya, Lya baru saja datang dan akan pergi lagi. Kenapa secepat itu?.
Lya mengangguk, "aku harus membebaskan saudaraku, Steva. Dengan begitu aku bisa mengembalikan semua kedamaian dinegeri Crystallion. Begitupula dengan akademi ini." Jawab Lya tenang.
"Aku akan mendampingimu" ucap Steva cemas. "Bagaimanapun akademi indigo ini ada ditanganmu. Kalau ada sesuatu yang menimpamu, akademi ini akan hancur tanpamu"
Ucapan Steva membuat Lya tertegun, namun dalan hatinya tak ada rasa takut sedikitpun. Dia sama sekali tak gentar walaupun harus mati demi semua tujuannya. "Ada aku ataupun tidak, akademi ini harus terus berdiri. Aku akan berjuang untuk akademi ini juga, Steva."
"Tapi bagaimanapun juga aku ingin ikut denganmu" ucap Steva mendesak. Lya tak punya pilihan lain, ia harus mempertimbangkan semuanya dengan tepat jika ia tak mau ada hal yang tidak diinginkan nantinya.
Tiba-tiba sehelai kain berkilauan mengelilingi Lya namun tidak membelitnya. Lya yang kebingungan pun berputar mengikuti arah kain itu. Rambutnya yang panjang diikat lepas dan tergerai indah. Saat kain itu habis ia telah menghadap kebelakang, tepat dihadapan Vion dengan jubahnya yang panjang dan berkobar. Jubah itu adalah jubah kebesaran headmaster Indigo Akademi. Kemudian Vion berlutut dihadapan Lya.
Dengan kepala menunduk dalam Vion menarik nafas, mencoba melepaskan semua hasrat yang ia ingin utarakan selama ini. "Putri Lya, aku tahu kau akan pergi. Tapi engkau adalah seorang putri pewaris Akademi ini. Aku hanyalah seorang headmaster disini, maka aku bertanggung jawab akan keselamatanmu."
Lya maju beberapa langkah mendekati Vion yang sedang berlutut. Kemudian memengang bahu Vion dan membantunya berdiri. "Kau amat berjasa bagi akademi ini, Vion. Aku akan patuh dengan keputusanmu"
Vion terkejut dengan ucapan Lya, tapi dengan begitu ia punya kesempatan untuk bersama dengan Lya lagi. "Izinkan kami para master mengikutimu" ucap Vion mantap.
Lya mengernyit, "jika semua master mengikutiku, siapa yang menjaga akademi?" Ucap Lya berpikir. "Begini saja, aku akan memilih beberapa orang untuk ikut denganku dan sisanya menjaga akademi selama aku pergi"
"Dan yang aku pilih adalah, Master Steva dan Master Hyla."
.
.
.
.
.Vote dan komentarnya😄
Salam
Ika Febri💎
![](https://img.wattpad.com/cover/128928560-288-k492608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Academy (Proses Revisi)
Fiksi RemajaSedang dalam proses revisi! Lya's POV Aku datang di dunia yang asing bagiku. Aku melihat, semua orang yang ada di sini saling menunjukkan kemampuan luar biasa mereka. Mereka semua sama sepertiku, dalam label seorang anak indigo. Kita adalah anak-ana...