Anantia's POV
"Perpustakaan Akademi!!" ucapku dan Erita bersamaan.
Perpustakaan kami sangatlah besar. Cukup jauh dari asrama akademi. Kami jadi teringat sesuatu, seandainya ada murid atau master yang bisa teleportasi. Pasti tak akan merasakan berjalan kaki.
"Ayo masuk Er" ajakku pada Erita yang kaku didepan pintu kaca perpustakaan.
"Ayo nant" balasnya.
"Permisi..." ucapku kepada ruangan yang sepi. Berharap ada petugas atau siapa yang datang.
"Sepertinya tak ada penjaga, Nant" ucap Erita yang sepertinya berpikiran sepertiku. Dalam benakku sekarang adalah, harus bagaimana ini?
"Kepada ananda Anantia Rielth, ada panggilan ke ruang headmaster" ucap suara yang memggema diruang perpustakaan sepi itu. Entah siapa yang bicara.
"Erita... Benarkah aku yang dipanggil?" tanyaku setengah percaya.
"Iya... Ananda Anantia Rielth... Sudah dengar?" ucap Erita.
"Yee aku kan memastikan doang. Siapa tau bukan aku, hehe" ucapku nyengir. "Aku ke ruang headmaster dulu, ya"
"Kau yakin sendirian?" teriak Erita ketika aku sudah berlari agak jauh darinya. Aku berbalik, membayangkan yang tidak-tidak.
"Ayo kuy... " ajakku nyengir lagi.
Lya's POV
Pikiranku tak karuan. Aku berjalan menyusuri lorong san koridor asrama. Lalu ke akademi. Dimana Anant? Menghilang kemana saja, huh?
Sepi sekali, kemana murid akademi ya? Mungkin mereka sedang dikelas belajar dan dipantau monitor langsung dari headmaster. Sayangnya disana sedang ada pembukaan rahasia. Kalau murid-murid tau, entah mereka akan gaduh atau keluar kelas.
Tap... Tap... Tap!
Suara langkah kaki mendekatiku, semakin mendekat. Aku merasakannya. Tak asing.
Tapi... Aku tak melihat ada yang datang. Suaranya sudah semakin mendekat. Aku harus waspada, siapa tau dia penyusup yang balas dendam.
Mungkin mengaktifkan kemampuan adalah hal yang tepat. Baiklah, kemampuan melihat yang tak terlihat.
Yang aku lihat adalah dua anak berseragam akademi. Sepertinya tak asing. Tapi, kenapa mereka tak kasat mata. Mereka semakin dekat saja, hampir menabrakku sekarang.
Brukk!
Aku terjatuh, mereka berdua menindihku.
"Ugh, berat tau! Kalian siapa! Aku bisa melihat kalian!" bentakku.
"Ah! Maaf putri!" ucap gadis berambut panjang. Sebelahnya gadis berambut panjang ikal. Kebingungan.
"Putri, apa maksudmu?" tanyaku sedikit menjauh dari mereka. Mukanya tak begitu jelas. Aku hanya bisa melihat model rambutnya saja. Sebenarnya tak asing. Hanya saja aku was-was.
Perlahan-lahan mereka berdua mulai menampakkan diri yang senormalnya. Setelah utuh aku bisa melihat dengan sangat jelas yang satu bermuka merasa sangat bersalah dan satunya lagi terlihat bingung hendak berkata apa.
"Anantia! Erita! Kalian?" ucapku tak percaya.
"Maafkan saya tuan putri" ucap Anantia merasa bersalah.
Author's POV
Lya tak peduli apa yang dikatakan Anantia. Lagipula ia tak peduli. Ia melirik ke Erita.
"Mata kamu? Kenapa bisa? Berwarna Nila pudar begitu?" tanya Erita sedikit gagap. "Lalu, kau seperti yang diceritakan Anant padaku"
Lya kembali menoleh ke Anantia. Gadis itu terus menunduk. Hanya kata maaf yang terucap. Siapa tuan putri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Academy (Proses Revisi)
Fiksi RemajaSedang dalam proses revisi! Lya's POV Aku datang di dunia yang asing bagiku. Aku melihat, semua orang yang ada di sini saling menunjukkan kemampuan luar biasa mereka. Mereka semua sama sepertiku, dalam label seorang anak indigo. Kita adalah anak-ana...