Setelah berganti posisi, Lya segera memimpin mereka memasuki daerah misterius itu. Kabut terasa semakin tebal, penglihatan pun mulai berkurang.
Berjalan pelan tapi pasti dan tetap waspada kesegala arah. Mereka tak tahu siapa yang sedang mengintai di balik tebalnya kabut petang. Untk keamanan, Rhei berjaga paling belakang.
Srek-Srek!
Lya dan Rhei pertama membalikkan badan karena mendengar suara dedaunan kering yang terinjak. Semua semakin waspada dan was-was. Sejauh ini, Lya belum melihat keganjalan yang terjadi.
Karena tak tahu usul suara itu, mereka tetap melanjutkan langkah memasuki daerah tersebut. Lya melihat adanya patung hitam yang berbentuk seperti manusia namun dengan lidah terjulur panjang. Matanya membelalak lebar. Lya mengamatinya dengan teliti sampai ia hampir tertinggal oleh rombongan kecilnya.
Lya mulai merasakan ada sesuatu yang mulai merasuk dalam kepalanya. Karena "dipaksa" masuk kedalam pikirannya, Lya menolak untuk mengikuti fokus yang "memaksanya" untuk mengikuti sesuatu yang merasuki pikirannya itu.
Rhei yang berada dipaling belakang menemui keganjalan, ia tak melihat Lya berada disamping Master Steva. "Berhenti!" Teriak Rhei, ketiga wanita didepannya langsung berhenti ketika mendengar suara Rhei. Rhei menoleh kekanan dan kekiri, tapi tak melihat Lya berada disekitarnya. "Kalian tunggu disini, jangan ada yang bergerak kemana-mana. Ingat!" Himbau Rhei lalu berjalan cepat kembali.
Rhei mulai merasa kesal karena kabut menutupi penglihatannya dalam mencari Lya. Ia mengangkat jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya didepan wajahnya lalu menggoreskannya ke udara didepannya membentuk simbol tertentu yang hanya diketahui olehnya. Seketika cahaya biru muda terang muncul dari hasil goresan tangannya diudara. Setelah selesai Rhei menghempaskan simbol itu dengan tangan kanannya dan simbol itu melesat menembus kabut bermeter-meter jauhnya.
Setelah dirasa cukup untuk melihat, Rhei mulai mencari Lya kembali. Tak diduga Lya masih berdiri mematung di salah satu sudut jalan. Namun Rhei melihat hal yang aneh, Lya memegangi kepalannya dengan mata terpejam. Yang paling mengejutkan Rhei adalah aura hitam pekat menyerupai asap mengelilingi Lya.
Buru-buru Rhei menghampiri Lya dan mengenggam lengan kanannya, "Lya, Lya!" Seru Rhei panik. Namun melihat Lya tak meresponnya membuat ia harus bertindak. Rhei menggerakkan jari tangan kanannya sehingga terbentuk cahaya berwarna putih dan mengarahkannya di pelipis Lya. Beberapa saat aura hitam pekat itu mulai mereda.
Lya merasa sesuatu yang terang mulai mendominasi fokusnya dari bayangan hitam tadi. Setelah semua dirasa jernih, Lya membuka matanya. Ia terkejut melihat Rhei sudah berada didekatnya.
"Rhei" panggilnya. Rhei akhirnya menghentikan usahanya karena melihat Lya sudah sadar. "Kau baik-baik saja?" Tanya Rhei cemas sambil memegangi kedua pundak Lya agar ia lebih leluasa untuk memeriksa. Lya tersenyum melihat kecemasan Rhei yang menurutnya berlebihan, "aku tak apa, aku baik-baik saja" ucap Lya menenangkan.
"Syukurlah" ucap Rhei merasa lega, "kau tau betapa paniknya aku karena tak melihatmu bersama teman-temanmu. Ternyata kau disini. Apa yang kau lakukan?" Tanya Rhei. Lya tak menjawab pertanyaan Rhei, ia malah kelihatan bingung. "Dia, dia...." Ucap Lya sambil menunjuk patung yang berada didekatnya.
Rhei melihat patung yang ditunjuk Lya. Hanya sekilas lalu ia menarik Lya menjauh dari patung itu. "Lya, dengarkan aku. Kau harus lebih fokus pada perjalananmu, jangan mudah teralihkan seperti ini. Banyak dari mereka sedang mengincarmu. Jangan lengah" himbau Rhei, "untung saja aku datang tepat waktu, jika aku terlambat sedikit saja. Entah apa yang akan terjadi denganmu." Lanjut Rhei sambil memandang Lya lekat. Lya hanya bisa menunduk dan mengangguk, ia tahu ia sudah membuat Rhei cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Academy (Proses Revisi)
Teen FictionSedang dalam proses revisi! Lya's POV Aku datang di dunia yang asing bagiku. Aku melihat, semua orang yang ada di sini saling menunjukkan kemampuan luar biasa mereka. Mereka semua sama sepertiku, dalam label seorang anak indigo. Kita adalah anak-ana...