PROLOG

20.2K 824 12
                                    



Seorang gadis belia sedang duduk dibangku taman dengan tatapan kosong. Menatap teman-teman sebayanya atau mungkin lebih kecil usianya darinya, bermain dengan riangnya ditaman dengan permainan yang ada disana. Sempat terlintas dibenaknya, apakah aku bisa bergabung dan bermain bersama mereka?. Buru-buru gadis itu menarik pikirannya, lalu berkesimpulan bahwa ia tak bisa. Ia terlalu takut kalau untuk bermain bersama mereka. Setidaknya beberapa kali dia pernah mencoba untuk menepis pikirannya itu.

Lalu, apa tujuan hidupku?

Angin berhembus dan menerbangkan anak-anak rambutnya yang panjang, tak dipungkiri kalau ia merasa kesepian. Sendiri sepi tak berteman, itu hal yang biasa baginya. Namun kenyataannya, teman-temannya menjauhi karena ia sedikit berbeda.

Tak lama, ia merasakan sesuatu yang mendekat padanya. Lya mengangkat wajahnya, mendapati sahabatnya sudah duduk disampingnya. Muka Lya mendadak cerah, begitu pula disenyuman sahabatnya itu.

"Apa yang membuatmu sedih, sahabatku?" ucap sosok wanita yang tampak seumuran dengan Lya. Lya menatap lurus, kearah anak-anak yang sedang bermain tadi. Ekspresinya kembali muram, sosok wanita itu langsung paham apa yang terjadi.

"Jangan murung begitu, semua orang sudah punya kebahagiaan masing-masing, Lya. Kaupun akan menemukan kebahagiaanmu ketika saatnya nanti telah tiba." . Hibur sosok wanita itu. Lya menoleh kekanan, tempat sosok wanita itu berada, "Kapan itu, Nelia? Aku ingin seperti mereka, bermain tanpa beban dan tanpa dianggap aneh. Aku tak suka jadi diriku" ucap Lya sambil menggeleng, matanya berkaca-kaca. Lya hampir saja menangis kalau Nelia-sahabat gaibnya itu tak menenangkannya.

"Kalau kau sendiri tak suka dengan dirimu, bagaimana orang lain akan menyukaimu?" ucap Nelia tenang, wajahnya yang putih pucat itu memandang Lya iba. "Tak perlu ingin jadi seperti mereka, jadilah dirimu sendiri. Bahagialah dengan dirimu sendiri. Maka kau akan menemukan apa yang kauinginkan selama ini"

Lya mengangguk, ia sudah lebih tenang sekarang. "Terimakasih, sahabatku. Kau adalah sahabat terbaaaiik yang aku punya. Walaupun mereka tak bisa melihatmu." Ucapnya tersenyum. Nelia akhirnya bisa lega karena sahabat manusianya sudah lebih terhibur saat ini.

Tiba-tiba, sebongkah kerikil kecil mengarah pada Lya. Rupanya, teman-temannya yang sedang bermain ditaman tadi mengawasinya ketika ia berinteraksi dengan Nelia. Lya refleks berdiri, mukanya garang.

"Hei! Anak aneh itu bicara sendiri" ucap anak pertama.

"Kau sudah gila ya, Lya! Bicara dengan siapa kamu?" tambah anak kedua.

"Jangan-jangan sama hantu lagi, hii takuut" timpal anak ketiga, ia perempuan sambil meringkuk ketakutan. "Pergi sana! Nanti kita jadi ikut-ikutan ketemu hantu lagi" tambah mereka lalu tertawa mengejek.

Telinga Lya memerah, ucapan teman-temannya itu mulai menyulut emosinya. Nelia masih ada disampingnya pun ikut geram, ia tak terima sahabat manusianya dihina seperti ini. "Lya, kau pulanglah saja. Biar aku yang akan mengurus mereka" ucap Nelia sambil memandang anak-anak kurang ajar itu.

"Tapi Nelia, aku tak terima mereka mengejekku seperti itu!" ucap Lya menahan amarah. Nelia menggeleng cepat, "Pulanglah sekarang, atau mereka akan semakin mengejekmu" pintanya. Lya hanya pasrah, ia harus sabar kali ini. Dengan langkah berat ia berbalik dan berjalan pulang. Nelia yang ada dibelakangnya hanya bisa tersenyum penuh arti.

"Suatu saat kau akan mengerti tujuanmu, putri. Lalu kau akan menemukan kebahagiaanmu, dengan menjadi dirimu yang sebenarnya dan seutuhnya" ucap Nelia pelan, lalu menghilang.

Tak lama kemudian, Lya sampai dirumah. Matanya berkaca-kaca, tak kuasa dirinya menahan tangis yang akan tumpah. Ia meringkuk dsamping tempat tidurnya, mendekap kakinya dan terisak.

Aku lemah...

Aku lemah sekali...

Apa sebenarnya aku ini...?

Adakah yang bisa membimbingku, menuntunku agar aku bisa menghadapi diriku yang berbeda ini?

Aku ingin punya teman, teman yang sama seperti diriku.

Sayup sayup Lya mendengar suara laki-laki. Lya menoleh kekanan dan kekiri, tetapi ia tak mendapati siapapun dikamarnya saat ini. Hanya dirinya seorang yang ada dirumah ini.

"Aku juga ingin berteman denganmu, Lya"

Lya terkejut, tubuhnya merinding. Siapa yang sedang berbicara dengannya? Ia memberanikan diri untuk bicara, "Siapa kau? Tunjukkan wujudmu!" ucap Lya tak gentar.

"Kita akan bertemu besok"

Lya mengernyit, hal yang baru saja ia dengar membuatnya curiga. Jangan-jangan ada yang berniat buruk padanya. "Kenapa harus besok? Siapa kau sebenarnya? Kau jin atau apa?" tanyanya.

"Kita akan bertemu esok. Sekarang bangunlah dan bersiap"

Lya mendadak terbangun dari tempat tidurnya, ia berkeringat dingin. Jantungnya berdebar keras, seolah sehabis bermimpi buruk.

Lya meraba meja didekat tempat tidurnya, lalu mendapati sebuah amplop berwarna ungu bergaris emas, sangat menawan. Lya membukanya.

Untuk Indigo Lya

Anda diundang dalam akademi pengembangan bakat anak-anak indigo. Anda terpilih untuk masuk kedalam akademi ini. Kami harap kedatangan anda besok pada tempat yang sudah dilampirkan berikut.

Tempat ini...

Ini ... Bukan mimpi ...


Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang