17. Suara Misterius

4.7K 373 4
                                    

Angin semilir menembus jendela kamar Steva. Merasuk dalam jiwa yang sepi. Menanti kedatangan seseorang yang selalu ada disampingnya.

"Dimana kau sekarang, Lya? Rindukah kau denganku? Aku merindukanmu. Rindu sekamar denganmu. Gara-gara kamu, aku tak bisa tidur sendiri lagi" ucap Steva memandang tempat tidur kosong disebelahnya. "Cepatlah pulang, Lya"

Di gedung Akademi...

"Aku lama tak melihat Lya, Erita" ucap Anant.

"Aku juga, aku masih ingat kejadian saat aku dikendalikan pikiran olehnya" ucap Erita.

"Benar, tapi Lya lebih dari itu" ucap Anantia lirih. "Hhh... Aku mencemaskannya"

Erita tak menjawab. Ia juga merasa sama dengan perasaan Anantia. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Namun mereka diam dengan kekalutannya masing-masing.

Di kantor Headmaster..

"Semua sudah berkumpul?" tanya ketua, master Vion.

"Sudah, ketua!" ucap delapan master serempak.

Master Vion diam sejenak. Baginya tetap saja ada yang belum berkumpul disini. Baginya tetap kurang Lya.

Master Steva mengetahui isi pikiran Master Vion. Ia turut gelisah. Bagaimanapun kegiatan mengajar harus berlanjut. Ia memberanikan diri berbicara. "Master Vion, sudah waktunya untuk mengajar"

Master Vion tersadar dari lamunannya. Ia sedikit terkejut lalu menatap master Steva. Master Steva tersenyum. Lalu Vion sadar, master Steva telah mrmbaca pikirannya.

"Baiklah, para master silahkan memulai kegiatan mengajar. Semoga sukses!" ucap master Vion dengan semangat.

"Siap Master!" ucap kedelapam master serempak.

***
Wanita itu?

Lya menghampiri wanita berambut cokelat panjang bergelombang itu. Ada rasa berbeda ketika dekat dengannya. Rasa nyaman, itu yang Lya rasakan sekarang.

"Oh, nyaman sekali bersamamu. Siapa sebenarnya engkau? Juga, siapa putri yang kau gandeng itu?" ucap Lya. Tapi wanita itu tetap diam, tak menanggapi perkataannya barusan.

Perhatian Lya teralih ke anak perempuan itu. Matanya berwarna nila, menatap tajam kearahnya. Lya mendekatinya.

"Hai, kau bisa melihatku?" tanya Lya ke anak itu. Tapi anak itu tetap diam. Pandangannya tak lepas dari Lya.

"Oke, aku anggap kau bisa melihatku tapi kau enggan berbicara padaku" Lya mengambil kesimpulan.

Anak itu berjalan bersama ibunya. Lya mengikutinya dari belakang. Terkadang anak itu juga sesekali menoleh kebelakang. Lya tersenyum, ia ta ingin membuat anak itu takut.

Mereka berdua masuk kesebuah ruangan yang dijaga ketat. Lya teringat sesuatu. Ruangan itu hampir mirip dengan salah satu ruangan di IA, tapi Lya lupa nama ruangan itu.

Pintunya tertutup, prajurit menunggu diluar ruangan. Mau tak mau Lya harus masuk. Ia penasaran. Akhirnya, ia menembus kedalam ruangan itu.

"Whoa, rasanya aneh ternyata jadi makhluk gaib. Bisa menembus pintu seperti ini!" gumam Lya.

Didalam ruangan terdapat pangeran, putri, ratu dan raja. Mereka nampak berdiskusi hal yang serius. Lya bersiap untuk menguping.

Whuss! Set!

Lya terpental kebelakang, ada sesuatu yang tiba-tiba menghalangi aksinya. Saking kerasnya Lya sampai terpental hingga keluar ruangan.

"Aduuh, apa ini? Kenapa aku dihalangi?" tanya Lya heran, lengannya lecet. Beberapa garis lecet itu mengeluarkan darah. Entah mengapa, Lya teringat Hyla.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang