33. Awal Perjuangan

3.9K 250 26
                                    

Tubuh Lya menggeliat, matanya terbuka pelan. Pandangannya masih kabur, kepalanya terasa sangat berat. Ia melihat Rhei sedang tertidur disamping tempat tidurnya dalam keadaan duduk.

"Adar Rhei?" Gumam Lya pelan, Rhei tampak tertidur pulas. Lya merasa sangat bersalah melihat Rhei seperti ini. Matanya mengarah pada lengan kiri Rhei, terlihat kain bajunya masih berwarna merah darah.

"Apakah Master Hyla tak membebat lukanya?" Tanya Lya sendiri. Ia lalu membuka selimutnya dan memakaikannya dipunggung Rhei. Tak disangka Rhei langsung terbangun dan mencekal tangan kanan Lya. Lya yang terkejut tak melawan tindakan spontan Rhei.

Rhei juga terkejut, ia terjaga dari tidurnya. Lebih mengejutkan lagi ia sedang mencekal tangan kanan Lya. "Ehm, maafkan aku. Aku ketiduran" ucap Rhei lalu melepaskan genggamannya. Lya tersenyum, "kemampuan refleksmu sangat baik Rhei, bahkan dalam keadaan tidur kau bisa sewaspada itu." Puji Lya kagum. Rhei hanya tersenyum menanggapi. "Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Rhei kemudian. Lya menjawab dengan anggukan, "sudah lebih baik, terimakasih Rhei." Balas Lya tersenyum lembut.

Lya bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke lemari tempat obat-obatan berada. Lya mencari obat untuk luka, tak lama ia menemukannya.

"Uh! Tinggi sekali!" Keluh Lya sambil melompat-lompat untuk meraih kotak obat yang berada diatas lemari. Ia sejenak berhenti lalu memandang sekitar, siapatahu ada barang yang bisa dijadikan pijakan.

Rhei memandangi Lya, melihat apa yang sedang dilakukannya. Ia bertanya-tanya apa yang sedang dicarinya.

Yang benar saja, tak ada pijakan sama sekali! Batin Lya. Ia berpikir akan menggunakan kemampuannya untuk mengambil obat itu, tapi seseorang buru-buru mengambilnya.

"Rhei?" Beo Lya sambil berbalik, Rhei sudah ada dibelakangnya dan mengambilkan kotak obat untuknya. "Kau tak seharusnya menggunakan kemampuanmu untuk hal-hal kecil, apalagi kau baru saja sembuh. Isrtirahatlah, ini kotak obatmu." Ucap Rhei menghimbau. Lya hanya tersenyum kecil dan menerima kotak obat dari Rhei.

"Rhei!" Panggil Lya.

Rhei menoleh bersamaan Lya sedang mengulurkan tinjunya. Namun dengan kemampuan Rhei ia dapat menangkap kepalan tangan Lya sebelum mengenai wajahnya. Lya tak habis akal, saat Rhei membuang kepalan tangannya ia menangkap tangan kanan Rhei lalu menekuknya dan mendudukan tubuh Rhei dipinggir tempat tidur. Rhei terperangah.

"Lya?"

Lya tersenyum menang, "kotak obat ini untukmu Rhei. Sekali lagi, kemampuan refleksmu itu luar biasa. Kau harus mengajariku!" Ucap Lya bersemangat. Rhei hanya bisa mengangguk, "Tapi lepaskan aku dulu!" Pinta Rhei.

"Baiklah, setelah aku selesai mengobati lengan kirimu" jawab Lya lalu tertawa menang. Lalu Rhei juga ikut tertawa.

Sebenarnya, Rhei bisa menangani jurus Lya barusan. Tapi ia memilih mengalah. Toh, Lya baru saja sembuh dan kalau itu bisa membuatnya senang. Mengapa tidak? Batin Rhei lalu tersenyum kecil.

***

Didepan kelas, Master Steva terlihat terburu-buru. Ia kelihatan cemas, langkahnya yang cepat menuju arah barat akademi. Para murid yang memberi salam hanya dibalasnya dengan anggukan cepat. Sampai ia tak menyadari ada seseorang dihadapannya.

"Bruk!"

Mereka bersenggolan. Untung tak ada yang terjatuh. Master Steva mendongak dan mendapati Master Vion dihadapannya.

"Ma.. maafkan aku, ketua! Aku tak sengaja!" Ucap Master Steva panik, ia tak menyangka akan menabrak Master Vion. Ini semua salahnya yang tidak hati-hati.

Master Vion mengernyit, "tak masalah Master Steva. Ada apa? Mengapa kau terburu-buru?" Tanyanya heran. Master Steva membeku, ia tak ingin memberitahu Ketua kalau Lya terluka. "Ehm, ada sesuatu yang harus aku selidiki. Maaf"
Ucapnya lalu pergi berlalu meninggalkan Master Vion. Sementara itu, Master Vion merasa aneh.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang