15. Bulu itu adalah...

4.9K 378 14
                                    

Semoga saja...

Matanya menangkap sebuah cahaya putih berpendar yang menyilaukan. Cahaya itu besar dan melebar. Lya sampai harus menyipitkan mata untuk dapat melihatnya.

Dalam hatinya tak ada sama sekali rasa takut, hanya ada rasa penasaran. Siapa tahu itu adalah jawaban untuknya?

Lya perlahan mendekati cahaya itu. Tapi cahaya itu malah melompat terbang menjauh. Menyisakan sehelai bulu lagi untuknya.

Lya mengernyit. Apa cahaya itu? Bagaimana mungkin kalau itu merak putih yang bercahaya? Apa benar dia hewan?

Dia memungut sehelai bulu itu. Kali ini lebih besar dari sebelumnya. Mau tidak mau, sekarang ia harus menguak cahaya itu.

Kakinya melangkah lagi, kali ini lebih cepat. Ia merasa cahaya itu belum terlalu jauh. Mata nilanya semakin tajam menyusuri diantara banyaknya pohon.

Saking asyiknya menyusuri, ia lupa kalau ia telah menembus sesuatu...

Tapi dia masih asyik kali ini...

"Crik, crik, cres, crik"

Bunyi itu mengecohkan Lya. Seperti suara yang mengikutinya setiap ia melangkah. Mata nilanya memilih menoleh kebelakang. Tak ada seseorangpun.

Ia berhenti melangkah, suara tadi ikut menghilang.

Setelah beberapa saat memastikan. Ia melanjutkan langkahnya lagi.

"Crik, crik, cres, crik, crik"

Ia mendengarnya lagi. Kali ini dia setengah berlari. Suara itu semakin cepat. Seolah seirama dengan langkah kakinya.

Ia hanya tak menyadari perubahannya...

"Huahhh... Apa sih itu?" tanyanya dengan nafas tersengal segal. Ia sampai membungkuk-bungkuk karena tak karuan.

Ia mendapati aliran sungai yang jernih didepannya. Kebetulan ia sedang haus.

"Apaaaa!" teriaknya.

Ia sekarang berbeda, dan ia sangat terkejut dengan perubahannya.

Semula ia berseragam berganti gaun yang berat. Ia tak menyadari hal itu...

Rambutnya dibiarkan tergerai, bertambah tiara kristal nila emas kali ini. Ia tak menyadari hal itu...

"Ini... Aku kah?" tanyanya kemudian beranjak mundur.

"Crik, crik ,crik"

Ia memandangi tubuhnya, kemudian menghentakkan kakinya. "Crik, crik"

"Hahaha... Ternyata kakiku!" tawanya konyol. Entah kapan terpasang gelang kaki disana. Kemudian tiba-tiba terdiam. Ia dimana?

***
"Kau bertemu Lya?" tanya Steva.

"Aku tidak melihatnya sepanjang pagi ini" jawab Anantia. Dia sendiri malah tak bertemu Lya sejak ia bangun di ruang UKA (Unit Kesehatan Akademi).

"Begitupun denganku, master" jawab Erita juga.

Entah apa yang dirasakan oleh master Steva. Ia merasakan sahabatnya tengah jauh darinya. Ia tak bisa tenang. Sangat tidak bisa.

***
"Ih... Beneran ini! Aku dimana!" teriak Lya panik.

Hari semakin gelap, perlahan arus sungai semakin deras. Burung-burung malam mulai berkicauan. Sedangkan Lya masih bingung dia ada dimana.

Di tengah kegelapan, justru Lya yang paling bercahaya. Tubuhnya dikelilingi aura nila terang.

"Walaupun begitu, aku takut sendirian" ucapnya.

***
"Apa! Lya hilang!"

"Benar master Vion, aku sudah mencarinya kepenjuru akademi. Tapi aku tak menemukannya" ucap master Steva lelah.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang