4. Mendapat Banyak Kawan Baru

7.7K 455 10
                                    

Mendadak terdengar suara bel berbunyi yang begitu nyaring. Kami berdua terkejut. Kekuatan gadis itu langsung terhenti. Lya langsung memandangnya, “Sekarang aku ingat, kau adalah Stevany. Teman gaibku dari aku kecil sampai sebesar ini.” Ucap Lya sambil tersenyum.

Steva mengangguk, “Benar,” jawab Steva lalu memeluk Lya dengan erat. “Kau tahu? Inilah momen yang paling kutunggu bersamamu. Hari ini momen itu telah terwujud.” Sambungnya senang. Lya mengangguk, “Itu juga berkat dirimu, sahabatku.” Jawab Lya ikut senang.

Lya dan Steva melepas pelukannya, “Tapi aku belum tahu mengapa kau harus mendampingiku di bumi. Apa tujuanku sebenarnya?” tanya Lya penasaran. Namun Steva menggeleng, “Aku juga tidak tahu. Ada sebuah surat perintah dari langit yang sampai di kepala akademi dan mengutusku untuk mendampingimu.” Jawab Steva jujur.

Lya mengangguk walau dirinya belum sepenuhnya mengerti. Steva segera menggandeng tangan Lya, “Ayo, waktu makan siang hampir selesai. Kita harus cepat.” Ajak Steva. Lya mengikuti langkahnya.

Begitu sampai di kantin akademi yang begitu besar, Lya langsung terkagum-kagum melihatnya. Ruangan ini sangat luas dipenuhi meja kursi yang jumlahnya sulit dihitung dengan jari. Para murid akademi sudah tinggal separuhnya saja. Mungkin jika semuanya ikut makan serentak tempat seluas ini akan sangat penuh.

Steva menepuk bahu Lya yang sedang melamun, “Kau cari tempat duduk dulu, aku akan mengambilkan makanan untuk kita berdua.” Tawar Steva pengertian. Lya mengiyakan saja. Setelah Steva pergi, Lya berjalan mencari tempat kosong.

Tidak, lebih baik aku menunggu Steva saja. Batin Lya. Ia malas jika nanti harus menunggu Steva mencarinya. Jadi ia memilih untuk menunggunya saja.

Tak lama kemudian, Steva datang membawa dua nampan berisi sepiring sandwich. Lya melihatnya dan tersenyum senang, “Kau bahkan tahu makanan kesukaanku?” tanya Lya tak percaya. Steva mengangguk, “Tentu saja, bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu?” jawab Steva balik bertanya. Lya membalasnya dengan senyuman kecil.

Kemudian mereka berdua berjalan beriringan untuk mencari tempat kosong. Di tengah perjalanan, ada seseorang yang memanggil Steva. “Steva!” panggilnya.

Lya dan Steva menoleh bersamaan. Rupanya yang memanggil Steva adalah seorang gadis yang duduk bersama teman-temannya yang lain. Steva tersenyum lebar dan melambaikan tangannya tanda merespon panggilan gadis itu. Steva langsung menggandeng Lya untuk ikut bersamanya menuju tempat mereka.

Tapi Lya menahan tubuhnya untuk tidak ikut bergerak. Steva mengernyit, “Ada apa, Lya?” tanyanya heran. Lya menggeleng, “Tidak ada apa-apa, hanya saja aku belum mengenal mereka semua. Dan lihat...,” tunjuk Lya dengan gerakan wajahnya, “Ada beberapa orang laki-laki diantara mereka. Jadi lebih baik kita cari tempat lain saja.” Pinta Lya enggan.

Steva tersenyum melihat Lya, “Rupanya kau masih sama seperti di bumi, kau masih pemalu dan penyendiri. Tapi Lya, disini kita semua sama. Semua orang memiliki bakat dan kemampuan yang sama sepertimu. Hanya saja jenisnya berbeda. Maka dari itu kau jangan samakan ini seperti di duniamu dulu, ya?” jelas Steva menasihati. Lya mengangguk saja.

Steva langsung menarik Lya menuju teman-temannya. Saat sampai di sana, mereka langsung bergeser untuk memberi tempat duduk bagi Lya dan Steva. Lya ikut duduk dengan perasaan sedikit gugup. Steva dan mereka tampak sudah sangat akrab satu sama lain.

Setelah semua sudah merasa nyaman, kami semua makan bersama. Lya memandangi mereka yang penuh canda dan tawa ketika makan. Tapi Lya memilih untuk menyimak saja, ia terlalu gugup untuk nimbrung dengan mereka.

“Steva, siapa teman barumu ini? Kami baru melihatnya hari ini.” Tanya seorang gadis yang memanggil Steva tadi. Steva langsung melirik Lya yang sedang menunduk sambil tersenyum malu, “Namanya Lya, dia sahabatku di dua dunia.” Jawab Steva terus terang. Lya sedikit tersentuh mendengarnya.

“Hai Lya, namaku Olivia. Senang bisa berteman denganmu,” jawab gadis yang bertanya tadi. Lya mengangguk, “Sama-sama, Olivia.” Jawab Lya tersenyum.

Olivia menengok ke arah teman-temannya yang lain. Ada seorang pria yang duduk di sebelahnya, “Ini Tize, dia memiliki kemampuan mengendalikan waktu,” ucap Olivi memperkenalkan Tize. Tize mengangguk dan terseyum ke arah Lya. Lya membalasnya dengan cara yang sama.

Lya sempat berpikir, “Kau mempunyaI kemampuan mengendalikan waktu, itu sungguh luar biasa. Waktu adalah segalanya, waktu juga bisa mengubah segalanya. Tize, aku benar kan?” tanya Lya memastikan. Namun Tize menggeleng, “Tidak juga, kemampuanku terbatas. Aku hanya bisa menggunakannya dengan cepat dan singkat. Dalam hal ini aku tidak berkuasa dalam mengubah apapun dengan waktu. Penguasa langitlah yang mempunyai kuasa sepenuhnya.” Jawab Tize menjelaskan. Lya mengangguk paham.

Olivia tersenyum melihat interaksi Lya dan Tize, kemudian ia mengenalkan teman-temannya yang lain kepada Lya. Ada beberapa orang yang Lya akan ingiat namanya. Hanya teman-teman Steva saja. Termasuk Hyla, “Kau masih ingat denganku, bukan?” tanyanya. Lya mengangguk, “Tentu saja, kau yang mengobatiku dan menyembuhkan lukaku saat aku tiba di sini. Bagaimana aku bisa lupa hal itu?” jawab Lya senang.

Hyla mengangguk, “Lya, kau sekamar dengan siapa?” tanya Hyla ingin tahu. Lya menoleh ke arah Steva, “Kebetulan aku bisa sekamar dengannya,” jawab Lya senang. Steva ikut tersenyum.

Hyla membelalak, “Benarkah? Hal ini tidak akan terlalu baik bagimu, Lya.” Ujar Hyla yang langsung membuat Lya mengernyit, “Mengapa begitu, Hyla? Steva adalah sahabat terbaik yang pernah kupunya di dua dunia.” Tanya Lya penasaran.

Hyla mengangguk, “Itu benar, tapi kau belum tahu kemampuan Steva. Dia memiliki kemampuan pikiran. Segala sesuatu yang terkait dengan pikiran, dia mampu mengetahui dan bisa mengendalikannya.” Jelas Hyla. Lya terkejut dan dengan takjub melihat ke arah Steva, “Benarkah?” tanya Lya hampir tak percaya. Steva mengangguk membenarkan.

“Oleh karena itu, kau tidak akan bisa menyembunyikan apapun darinya.” Tambah Hyla menakut-nakuti. Tapi Lya malah tersenyum, “Sahabat itu harus saling percaya. Aku malah senang mengetahui hal ini. Kita bisa saling terbuka, bahkan sebelum sahabatnya ini bicara.” Ucap Lya.

Hyla tersenyum melihat Lya. Ia akui, Lya sudah lebih dewasa dalam hal berpikir. Hyla merasa, suatu saat Lya akan menjadi orang yang hebat dengan kisahnya sendiri. “Untuk hal yang lainnya, kau akan mengetahui seiring dengan kehidupan barumu di akademi ini.” Ucap Hyla, Lya mengangguk.

Mendadak bel berbunyi untuk kedua kalinya. Mereka semua sudah selesai makan dan beranjak dari tempat duduknya masing-masing. Mereka mengajak Steva ikut bersamanya. Lya ditinggal sendirian.

“Tunggu! Kalian mau pergi kemana? Kenapa kalian tidak mengajakku?” seru Lya heran. Steva langsung berbalik, “Astaga, aku lupa. Kau ikutlah dengan rombongan murid itu. Mereka semua akan menuju ke aula. Kami harus bertugas.” Jawab Steva mengarahkan.

Lya mengagguk saja dan mereka langsung meninggalkan Lya ke arah yang berbeda. Mau tidak mau, sekarang ia harus bergabung dengan banyak murid yang lain. Tapi Lya juga bertanya-tanya, mengapa mereka sedikit berbeda? Mengapa mereka tidak ikut dengan murid yang lain juga?

Lya berjalan mengikuti arus para murid yang berjalan bersamaan. Walaupun mereka semua berjalan di lantai yang sama, tapi Lya tidak punya teman bicara. Ia hanya asik mengagumi keindahan gedung akademi yang megah. Saat ini, lorong yang dihiasi banyak kristal berkilauan menarik perhatian Lya.

Tak dirasa, Lya sudah sampai di sebuah ruangan yang sangat luas. Banyak pilar-pilar besar yang menyangga atap ruangan ini. Hiasannya juga begitu mewah, banyak kristal berwarna-warni di dinding aula.

Beberapa saat kemudian, teman-teman Lya yang tadi makan bersama itu naik di lantai yang agak tinggi seperti sebuah panggung. Steva, Hyla dan Tize juga ikut di sana. Mereka memakai pakaian yang berbeda daripada kami yang berada di bawah panggung. Mereka siapa dan sedang apa di atas sana?

“Selamat datang, para Master Akademi Indigo,” seru semuanya serentak memberi salam. Lya langsung terkejut setengah mati.

“Mereka yang makan bersamaku tadi, semua adalah seorang master?!”

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang