23. Penjara

4.7K 329 4
                                    

Adar Rhei's POV

Aku telah berjanji pada Riami-adikku untuk memenuhi panggilan Ayah. Tapi yang membuatku heran adalah, mengapa ayah mendadak memanggilku seperti ini? Aku sedang dalam masa berkelana saat ini, dan memanggil seseorang yang sedang berkelana kekerajaan bukanlah ide bagus-menurutku. Apa dayalah aku, aku masih terikat dan harus tetap patuh pada kerajaanku sendiri.

Perjalanan menuju kerajaan dari tempatku sekarang cukup jauh, aku masih beruntung ada Raser, kuda putihku yang selalu setia menemaniku berkelana. Ia selalu setia menungguku dimulut gua. Kalian tahu apa kelebihan Raser? Ia kuda yang menurutku paling tampan dari kuda lain yang pernah juga kupunya. Raser juga sangat cepat ketika berlari, kesayangan pokonya.

"Raser!" panggilku. Aku masih duduk disebuah batu dalam gua sambil membenarkan sepatu kulitku.

Uniknya, begitu tahu tuannya memanggil, Raser langsung menghentakkan kaki kanan depannya dua kali sambil meringkik.

"Oke, ayo ngebut Raser!"

***

Tidak terjadi apapun!

Lya melirik Nelia. Dasar! Ia malah senyum-senyum gak jelas gitu. Maksudnya apa sih? Tunggu, sekarang tangan kanannya masih mati rasa. Ia tak bisa merasakan tangannya sendiri. Oh tidakk!

"Tenanglah putri, itu masih sebagian kecil" ucap Nelia menenangkan. What? Sebagian kecil?

"Maksudmu, nanti ada yang lebih besar gitu?" tanya Lya meyakinkan. Dijawab anggukan oleh Nelia.

Tiba-tiba, dinding dihadapannya retak. Lya dan Nelia refleks mundur beberapa langkah menjauhi dinding. Namun, retakannya tak langsung hancur, melainkan seperti tertahan. Lya masih menunggu reaksi dari dinding tersebut. Lya maju beberapa langkah.

"mau kemana Lya?" tanya Nelia.

Lya manatap dinding retak itu, lalu menyentuhnya. Dinding itu hancur. Lya melihat ruangan lain yang berbeda dari ruangan yang ia tempati sekarang ini. Ia ganti menatap Nelia.

"Nelia, kau yakin?" tanya Lya.

"Bukankah kau ingin menguak misteri ini? Masuklah" jawab Nelia meyakinkan.

Tapi Lya masih kelihatan ragu-ragu, entah apa yang terasa masih mengganjal dihatinya saat ini. Lya pun tak tahu pasti mengapa ia ragu. Nelia yang menunggu Lya maju pun heran. "Kau takut?" tanyanya.

"Eh, tidak kok. Ayo masuk!" ucap Lya akhirnya memilih untuk masuk. Ia memilih untuk mengabaikan keraguan dihatinya. Karena ia tahu, keraguan itulah yang menghambat diri kita untuk maju.

Lya dan Nelia akhirnya memasuki ruangan tersembunyi itu. Setelah masuk, Lya menoleh kebelakang. Tembok yang retak dan runtuh tadi tidak menutup. Ia mengkhawatirkan sesuatu.

"Nelia, bagaimana nanti kalau Vion bangun dan liat tembok ini?" cemas Lya.

Nelia berfikir, mencari sesuatu yang bisa membuat tembok itu tak terlihat oleh Vion nantinya.

Tunggu...

Tak terlihat?

"Itu dia!!!" teriak Nelia mendadak.

"Itu apa?" tanya Lya heran.

"Lya, kamu sudah menguasai semua kemampuan dalam bunga kristalmu itu, kan?" tanya Nelia. Lalu dibalas anggukan sedikit ragu oleh Lya. "Mungkin..."

"Nah, kau bawa tongkat itu-maksudku tangkai bunganya?" pertanyaan Nelia membuat Lya teringat akan tangkai bunga yang ia dapat. "Tentu! Aku selalu membawanya"

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang