19. Saksi

4.6K 370 6
                                    

"Lyaaan!" teriak sang putri. Tapi seseorang berbaju hitam panjang membekap putri. Dengan pedang terhunus, orang itu menusuk punggung sang putri dengan perlahan. Putri terbelalak dan menjerit tertahan.

Lya yang menjadi saksi memejamkan matanya. Saat yang bersamaan ia juga merasakan nyeri dipungunggunya, seperti tusukan pedang. Lalu pedang itu ditarik dengan kasar. Lya menangis. Sangat sakit.

Orang itu tetap membekap putri hingga sang putri tak menunjukkan perlawanan. Tubuh sang putri lemah, dan orang itu meletakkannya ditanah begitu saja. Kemudian mereka semua pergi meninggalkan istana Crystallion, bersama saudara Lyan.

Ayah ibunya menangis menghampiri sang putri yang tak berdaya. Putri sedang sekarat. Tapi putri Lya kuat, ia tak sedih, ia tersenyum, ia tak mau terlihat lemah disaat-saat terakhirnya.

"Aku akan pergi, ayah, ibu. Akan pergi entah sampai kapan nanti. Tapi, kepergianku juga untuk kembali. Aku yakin, kita akan bertemu lagi dengan Lya yang baru. Selepas ini, ayah dan ibu harus kuat menanti Lya datang kembali." ucap putri Lya lirih.

"Putriku, kau kebanggaan ayah ibumu. Kau tak hanya sebagai seorang anak tapi, seorang putri Crystallion. Kalian berdua harapan besar kami, dan kami akan lakukan apapun demi kalian" ucap Ibu menangis.

"Takdir berkuasa, ibu. Putrimu yakin, kepergianku adalah awal untukku kembali. Lya pamit ayah, ibu. Jaga diri kalian baik-baik" ucap putri terakhir kalinya. Matanya terpejam, namun bibirnya terukir senyum.

Lya menyaksikan semuanya dengan menahan pilu. Ia merasakan apa yang putri Lya rasakan. Ia masih merasa punggungnya sakit, ditambah sesak menahan pilu dihatinya. Lya berjalan tertatih kearah jasad putri terbaring ditanah. Lya memandangi kedua orangtuanya yang menangis penuh duka dan luka ditubuhnya. Lalu Lya ikut berbaring disamping jasad putri Lya.

"Adar Rhei, bawa aku kembali"

***
Akademi para indigo dilanda hujan deras. Alam seolah ingin mencurahkan sebuah hasrat yang tak tersampaikan. Lebatnya hujan membuat master Steva dikelilingi berbagai bayang-bayang.

Master Steva's pov

"Master Steva, sudah hampir seminggu putri Lya meninggalkan akademi" keluh master Hyla. Tangannya masih bersinar hijau-- tandanya baru saja selesai proses mengobati pasien.

"Aku tahu master Hyla, aku juga rindu putri Lya. Tapi kalau ini takdir, kita tak bisa apa-apa" jawab master Steva murung.

"Aku baru tahu kalau hujan lebat ini seperti membawa pertanda, Steva" ucap master Hyla, matanya tak lepas memandang hujan.

"Aku mendapatkan sesuatu..." ucap master Steva, tangannya meraih percikan hujan. Lalu mengubahnya menjadi butiran-butiran putih lalu menghilang.

"Apa itu kemampuan membuat kesimpulan?" tanya master Hyla takjub.

"Bukan. Aku hanya mencoba mengambil informasi dari butiran hujan. Lihatlah" jawab master Steva kemudian mengambil butiran hujan seperti tadi. "Apa yang kau lihat?"

"Aku melihat seperti kesedihan" jawab Hyla, air mukanya berubah murung. "Kesedihan yang sangat"

"Benar..." ucap master Steva kemudian memecahkan hasil kemampuannya tadi. Kemudian kembali memandang hujan.

"Alam menangis diatas tangis seorang putri...."

***
"Adar Rhei... " ucap Lya pelan. Tubuhnya terbaring disebuah lapisan yang lembut. Kepalanya diganjal seperti menggunakan bantal bulu. Tapi entah apa itu, Lya tak terlalu memperhatikannya.

Lapisan lembut itu mengurangi sedikit rasa sakit dipunggungnya. Masih terasa jelas seperti tengah ditusuk benda tajam. Lya meringis, jantungnya berdebar hebat. Memori itu perlahan kembali menguasai pikirannya, perasaan pilu perlahan mulai merasuki hatinya. Sungguh tak karuan.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang