21. Penyamaran

4.7K 367 3
                                    

Aku bingung memilih jadi siapa. Membuat lebih sulit dari meniru, dan aku harus membuat penyamaranku sempurna. Tapi aku harus menjadi siapa? Dibumi aku sedikit teman.

Entahlah, aku berdiri didepan cermin, dan membayangkan jadi apa diriku ini.

Sejenak terlintas dalam pikiranku untuk terlihat lebih feminim dan terkesan lebih modis-mungkin. Tapi... Dengan kesan yang berbeda pula.

Rambutku aku buat panjang (karena aku suka rambut panjang) kemudian warnanya aku ganti ungu (karena aku teringat Vion pernah menyebutku gadis ungu) lalu sedikit pembeda dan taraaa.

Aku terkejut dengan aku sendiri.

Rambutku panjang terurai berwarna ungu, wajahku tetaplah Lya, namun kutambah memakai kacamata, tapi yang mengganjalku adalah...

Warna mataku tak mau berubah di penyamaranku ini!

Warna iris mataku sekarang adalah.... Silver-kemampuan pengubah.

Kalian mau tahu kenapa ada mata silver padaku?

Aku teringat dengan kata Steva kalau aku bisa memunculkan kemampuan baru dengan mencampurkan beberapa kemampuan. Terdiri dari putih (pengendali pikiran) dan mungkin abu-abu yang sepertinya penghancur. Jadi pengendali+penghancur kalau aku tak hati-hati,controlling silver ini akan menjadi penghancur.

Tapi, selama penyamaranku ini mataku tak mau berubah. Ia akan tetap berwarna silver sampai aku kembali menjadi Lya. Lya yang bermata coklat. Ini... Aku tak akan memberi nama.

Ngomong-ngomong, Steva tak ada dikamar. Aku akan menggaibkan diri saja, mungkin dengan cara ini, kemungkinan besar hanya Steva dan Ghia yang tahu. Itupun berkat kemampuan mereka.

Aku mulai menggaibkan diriku-posisiku masih menghadap cermin. Dan aku mulai kesal karena mata kananku yang tadinya silver berubah menjadi nila.

"Ooh, jadi mata nila untuk hal yang gaib" simpulku. Lalu mata kiriku masih berwarna silver-tandanya kemampuan pengubah masih aktif.

Kemudian mataku tak sengaja menangkap sebuah bayangan yang memantul didepan cermin. Bayangan itu terlihat mulai menjelas dibelakangku. Sesosok perempuan. Rambutnya hitam panjang dan berkulit khas mereka yang pucat. Tapi aku langsung mengenalinya kalau itu adalah-

"Nelia Norchal!" teriakku terkejut. Aku berbalik kebelakang dan menghampirinya.

Nelia terpekik senang, mungkin ia senang aku masih mengingatnya. Ia menghambur dan memelukku.

"Kemana saja kau putri? Aku kira kau menghilang" tanyanya masih memelukku.

"Hehe, bisa dibilang begitu" jawabku. "Mengapa kau bisa menyentuhku?" tanyaku karena ia bisa memelukku, padahal ia adalah makhluk gaib.

"Kau sedang menggaibkan dirimu bukan?" tanya Nelia balik. "Terlihat jelas dari warna matamu yang keren itu"

Aku berpikir, keren apanya? Mata ini aneh!

"Jangan bilang pada siapapun kalau aku sudah ada di akademi" pesanku pada Nelia. Ia mengangguk paham. "Walaupun ada yang bisa melihat hal gaib, ia akan sulit mengenaliku dalam penyamaran ini." ucapku yakin.

"Sampai kapan kau mau menyamar?" tanya Nelia. Aku terdiam, berpikir. Mungkin tak akan lama.

"Sampai aku puas mencari informasi tentang diriku dan akademi" senyumku penuh arti.

"Ayo kita mulai!"

-----
Aku memilih untuk kekantin akademi, mengingat jam makan siang sudah berlangsung. Aku ingin tahu, bagaimana reaksi teman-temanku padaku.

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang