29. Hati yang Gundah

3.8K 276 8
                                    

"Pangeran Lyan!" Teriak seorang laki-laki dengan seringai menyeramkannya. Ia adalah seorang Darzie, pemimpin kerajaan klan hitam. Pangeran Lyan dengan tubuh lemah mencoba bangkit, walaupun ia sudah kehabisan tenaga kali ini. Lyan tak boleh terlihat lemah, demi saudarinya.

"Kudengar saudarimu cukup kuat, ia menemukan bunga kristal peninggalan sang indigo kristal terakhir. Ia hampir menguasai seluruh kemampuan bunga kristal itu" ucap Darzie dari luar jeruji besi yang didalamnya terdapat Lyan. Lyan hanya bisa tersenyum tipis, harapannya semakin hari semakin tumbuh. Ia sangat berharap pada Lya. Ia sangat merindukannya.

"Memang sudah menjadi takdirnya untuk mengalahkanmu, Darzie!" Ucap Lyan tertahan, tubuhnya terasa sakit untuk digerakkan, walaupun itu gerakan kecil sekalipun.

Darzie hanya tertawa lepas, seolah ancaman Lyan hanyalah lelucon belaka. "Selalu ada hal yang mungkin, Lyan. Bahkan walaupun ia memliki semuanya, ia belum tentu bisa mengalahkanku. Karena aku Darzie, pemilik indigo kristal terkuat didunia ini!" Ucapnya bangga.

Lyan memalingkan mukanya, hatinya dongkol. Ia sangat membenci Darzie, apapun yang berasal darinya pasti tak akan baik. "Keluarkan semua kesombonganmu, Darzie. Diatas langit masih ada langit!" Telak Lyan.
Matanya berkilat marah, untuk kali ini saja ia ingin membuat Darzie merasakan perlawanannya. Manik matanya berubah menjadi ungu tua, gelap dan dingin. Lyan menatap pedang yang dipegang prajurit penjaga jerujinya. Pedang itu terlepas dari tangan prajurit dan mengarah ke Darzie. Darzie menangkisnya, namun sabetan itu sedikit melukai lengannya. Lyan tersenyum penuh arti. Namun Darzie langsung mengepalkan tangannya.

"Akhhh" teriak Lyan kesakitan. Ia tak berani menyentuh lengannya sendiri. Tanda luka bekas tempelan logam panas berbentuk D bersinar merah dan memanas. Sangat sakit, Lyan hanya memejamkan matanya dan menahannya. Darzie tertawa.

"Jangan kau pikir bisa menyerangku, pangeran Lyan. Dan seranganmu sangat payah. Terima itu!" Ucap Darzie langsung melangkah pergi.

Tinggallah Lyan sendiri. Rasanya ia ingin mati saja. Untuk apa hidup dibawah penderitaan yang tak kunjung berakhir? Kini harapannya bergantung pada saudarinya. Tak ada yang lain selain itu.

****
"Aakhh" teriak Lya mendadak kesakitan. Ia memegang lengan kirinya. Nelia yang saat itu ada disamping Lya langsung panik, entah apa yang terjadi pada tuannya kali ini.

"Ada apa, Putri Lya? Kenapa kesakitan begitu?" Tanya Nelia cemas. Lya hanya menggeleng, rasa sakitnya begitu datang tiba-tiba dan langsung menghilang begitu saja. Lya curiga sekaligus khawatir, apakah ada hubungannya dengan seseorang. Lalu mengapa sesakit ini?

Melihat Lya berekspresi cemas Nelia ikut khawatir, namun ia tak bisa berbuat apapun saat ini. "Apa perlu kupanggilkan Master Hyla?" Tawar Nelia. Lya menggeleng, kemudian memegang pundak Nelia.

"Aku harus menemui seseorang" ucap Lya lalu berlari pergi keluar kamar. Nelia yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. Entah apa yang terjadi pada Lya.

Lya berlari tergesa-gesa. Ia berpikir hanya satu orang yang serba tahu tentang apa-apa dalam dirinya. Mungkin dengan menemuinya hal aneh ini bisa terpecahkan.

Lya hampir saja menabrak punggung seorang lelaki kalau saja ia tak mengerem mendadak, walaupun ia harus jatuh karena kehilangan keseimbangan. Orang yang hampir ditabraknya itu menoleh, mengernyit heran. Jubah putih bulunya tersibak ketika ia berbalik kearah Lya.

"Ah, maafkan aku pangeran Rhei" ucap Lya merasa bersalah. Memang salahnya karena ia berlari namun tidak fokus kedepan, pikirannya entah melayang kemana sejak berlari tadi.

"Kenapa berlari tergesa-gesa seperti itu?" Tanya Rhei. Lya tak langsung menjawab, namun ia kembali berdiri dan membersihkan gaunnya. Warna dominan putih dan pink itu sedikit kotor oleh debu tanah.

"Apa ada masalah?" Tanya Rhei mulai curiga. Lya menggeleng cepat, "ti.. tidak Rhei. Aku hanya ingin menemuimu" jawab Lya gugup. Rhei berfikir, tak biasanya Lya datang menemuinya apalagi dengan berlarian seperti ini.

Rhei memejamkan matanya. Lya langsung paham dengan apa yang dilakukan Rhei, jantungnya berdetak cepat. Celaka! Batinnya gelisah. Rhei pasti akan tahu kenapa ia menemuinya.

"Kenapa dengan lengan kirimu?" Ucap Rhei mendadak. Mata Lya membulat, ia reflek memegang lengan kirinya. "Ehm, aku mendadak merasakan sakit dan panas bersamaan. Tapi hanya sesaat, kemudian rasa sakit itu hilang" ucap Lya menjelaskan.

Rhei mengernyit, ia merasakan ada yang janggal pada Lya, "lalu pada saat itu apa yang kaurasakan dihatimu?" Tanya Rhei mendesak. Ia tak mau kalau Lya terkena sesuatu yang tidak dikehendakinya.

Lya berpikir, pada saat itu memang ia langsung merasa khawatir. "Aku merasa khawatir, Rhei." Kemudian Rhei mengangguk, ia mulai paham dengan apa yang sedang dialami Lya.

"Kau harus segera berangkat menyelamatkan saudaramu, Lya. Kemampuanmu dengan kemampuannya sudah hampir terhubung sempurna. Kalian harus segera bersatu kembali untuk mengukuhkan posisi kalian dan kemampuan asli indigo kristal." jelas Rhei. Lya menahan nafas, dadanya terasa sesak. "Apakah mereka menyiksa saudaraku, pangeran Lyan?"tanya Lya khawatir. Kini ia mulai mengerti mengapa ia merasakan hal itu.

Rhei terdiam, kemudian ia mengangguk pelan. "Benar, mereka menahan pangeran Lyan dan memanfaatkan kemampuannya untuk kelangsungan kerajaan Darzie." Ucap Rhei pelan. Lya mendengarnya, air matanya tumpah. Rhei melihatnya, ia melihat bagaimana air mata itu menetes. Lya menahan diri untuk tidak menangis.

Rhei mendekati Lya, memutus jarak antara keduanya. Rhei merengkuh tubuh Lya, ia memeluk tubuh rapuh wanita itu. "Menangislah, Lya. Ingat kataku dulu, sekuat-kuatnya dirimu kau juga seorang wanita."

***

Master Hyla telah selesai menyampaikan laporan tentang murid-murid akademi yang sakit pada sebulan terakhir. Namun yang ia herankan adalah, sikap Vion yang tak seperti biasanya. Vion terlihat gundah. Sebenarnya, Hyla ingin sekali menanyakan hal itu padanya.

"Ketua, apa yang mengganggu pikiran ketua?" Tanya Hyla. Ia tak tega melihat pimpinan nomor satu diakademi ini gundah.
Namun, ia tak bisa berbuat apapun kali ini. Ia mencoba mencari-cari sebab perubahan Vion.

Vion menghela nafas berat, bebannya bertambah berat akhir-akhir ini. "Aku baik-baik saja. Tak perlu khawatir" jawab Vion. Tapi belum bisa menenangkan hati Hyla. Bagaimanapun, seorang headmaster akademi harus tetap stabil segalanya. Itu menurut Hyla.

Apa karena putri Lya? Pikir Hyla.

Hyla pamit undur diri dari ruangan. Meninggalkan Vion seorang diruangan itu. Vion menghela nafas kasar, ia frustasi. Mengapa ia merasa begitu bodoh?

"Bagaimana caraku meminta maaf padanya?"

"Mengapa aku merasa sangat bersalah?"

"Mengapa aku harus peduli kalau aku atau dia yang terlalu tegas dan salah?"

"Apa ini... Tandaku menyukainya?"

.
.
.
.
.

Haloo!😁

Semangat mengerjakan UTS bagi kalian yang sedang bersekolah!📕📖

Vion galauuu manteman, gimana nih harusnya?? *Kacian dia😥

Mongngomong... Author punya satu pertanyaan buat kalian... Boleh kan minta pendapatnya?😇

IA mau dibuat E-book yang isinya sangat beda dari versi wattpad. Bagaimana menurut kalian?

Tapi tenang, IA bakal masih terus Up insyaallah sampai akhir.

Terimakasih yaa... Tetap Vote dan Komentarnyaaa😇😇😇

Salam

Ika F💎

Indigo Academy (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang