Doi lo bilang "I can't life without you?" Bohong! Human can't life without oxygen~•~
Alvea dan Keisha tengah memutari mall untuk mencari keana. "Kei gue haus pengen beli minum, mau ikut gak?" Ucap alvea lalu bertanya pada Keisha. Keisha menggeleng, gadis itu sibuk dengan ponselnya. "Engga, beliin aja,"
"Mana sini duit lo?"
"Beliin pake uang lo."
"Gak."
"Pelit najis gak berkah lo." Cibir keisha. Alvea tertawa kecil dan berjalan pergi membeli minum. Keisha hanya mengangguk, ia masih memainkan ponselnya dan tidak tahu kalau ada dylan yang sudah berada di sampingnya.
Alvea berjalan sembari bersenandung, merapihkan rambutnya dan juga memasukkan kedua tangannya di katung celana. Alvea berhenti saat sampai, memesan minuman yang ia inginkan. "Mba, rasa green tea nya satu ya," alvea memesan. Mba-mba tukang jualan hanya mengangguk sambil tersenyum.
Alvea menunggu sebentar, ia menyapu pandangannya dan mendapati Alvaro berdiri di sampingnya. "Dih siluman, ngagetin aja," kata alvea yang terkejut. Alvaro tersenyum jahil dan tertawa, "dih rengginang, ngapain sia disini?" Tanya Alvaro.
Alvea tidak segera menjawab karena pesanannya sudah selesai di buat, "ini mba," kata si penjual sembari menyodorkan minuman milik alvea yang tadi ia pesan. Alvea menerimanya lalu merogoh kantung celana untuk mengambil uang. Alvea merogoh kantung kirinya namun tidak ada, gadis itu panik lalu tersenyum ke mba-mbanya, ia merogoh kantung kanan, memeriksa tas dan kantung di baju namun nihil, alvea tidak menemukan uangnya.
Duh mampus
Alvaro yang sadar kalau alvea tidak membawa uang lebih langsung membayar minuman milik alvea, "nih mba, jadi satu aja sama punya saya. Saya pesen Thai tea satu," ucap alvaro.
Alvea mengangguk, "nah iya mba, makasih ro!"
Setelah membeli minum, alvea mengajak alvaro untuk mencari keana bersamanya. Mereka berdua berjalan memutari mall, sesekali alvea bersenandung. Akhir-akhir ini alvea suka sekali bernyanyi, "nyanyi mulu, berisik," tegur alvaro. Tidak biasanya pemuda berbicara seperti itu. Alvea yang bingung lantas menghentikan langkahnya sambil memperhatikan alvaro lekat. "Tumben, biasanya congor lo udah kedengeran sampe luar mall," kata alvea.
Alvaro tersenyum sampai matanya menjadi sipit, "masa? Emang toa aing segede itu? Hilih palingan sia ngibul kan kaya tukang papeda depan sekolah," ucap alvaro.
"Lo berisik kaya tukang terompet!"
"Lo... Apa ya?" Alvaro kebingungan sendiri. Alvea hanya terkekeh dan mendorong bahu alvaro pelan, pemuda itu menampakkan cengiran khasanya sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.
"Keano tuh suka kenapa sih?" Tanya alvea. Alvaro menggeleng sambil mengedikkan bahu acuh, "kurang asupan otak, toh otak dia gak ada setengahnya sendok nyam-nyam," jawab alvaro dengan muka polos.
Alvea tersenyum, "sama dong kaya lo," ledek alvea. Alvaro memasang wajah kaget, tetapi ia tidak benar-benar kaget. "Apa? Aing gak denger," alvaro menarik kupingnya pelan dan menyodorkannya ke alvea.
Alvea melihat alvaro, gadis itu mendorong kepala alvaro karena terlalu dekat. "Jangan malu-maluin," alvea mengingatkan alvaro. Pemuda itu tidak menjawab melainkan melangkah pergi saat melihat dio dan juga sheren. Alvea mengedikkan bahu acuh, berjalan pergi menuju alvaro. Gadis itu menepuk bahu alvaro saat alvaro berhenti. "Kenapa?" Tanya alvea bingung. Alvaro tidak menjawab, pemuda itu menunjuk ke arah dio dan juga sheren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...