Ada dua tipe orang,1. Dia yang disakiti tapi siap untuk memaafkan dan mengulang kembali lalu memperbaiki (walaupun tau kalau berakhir menyakitkan)
2. Atau dia yang disakiti dan lebih memilih pergi dari pada mengulang dan merasakan sakit untuk kedua kalinya (dengan orang yang sama dan luka yang sama).
~•~
Alvea memejamkan matanya. Untuk saat ini, tidur lebih baik daripada mendengarkan ocehan tidak jelas marthin Dan Alvaro. Benar saja, kedua pemuda itu mengajak alvea ke lapangan hanya untuk bilang siapa yang paling ganteng kalau terkena sinar matahari.
Gobloknya murni udah sampe kedarah. Tadinya hemogoblin eh jadi hemoGOBLOGin. Kenapa ya?
Kalau diperbolehkan, alvea ingin menjambak marthin Dan Alvaro sampai botak sekalian. "Jadi, gue bersinar bagai rembulankan?" Tanya Alvaro sambil menampakan deretan gigi rapihnya. Alvea menggeleng kepala tidak mengerti. Apa faedahnya bertanya seperti itu?
Marthin menggeleng kuat, "najis bohlam!" Marthin menjitak Alvaro. "Hm hm hm... Tidak semudah itu ferguso," Alvaro menggeleng juga lalu menjitak balik marthin.
"Dasar sukijah!" Sinis marthin.
"Apaan sukijah?! Dasar sia sukri! Belegug!" Balas Alvaro tak terima.
"Jurig! Maneh teh jurig!"
"Naon sih ih?! Hayang modol!"
"Naberan anjir, jorok lo, ro,"
"Hhhhhh berisik! Aing mau modol, bye Ferguso!" Alvaro menginjak kaki marthin lalu berlari menuju toilet terdekat. Sejak diajak gelano makan ayam geprek, alvaro jadi gak tahan, hawanya mau buang air besar terus. Lagian gayaan mesen level Lima.
Alvea menggelengkan kepalanya, "gobloknya murni, suka gue,"
Lantas marthin tertawa, "lo suka gue? Jangan deh gue udah ada," sengaja atau tidak, marthin menambah dengan tawanya yang khas. Alvea terdiam, ia meyakini apa yang ia dengar benar atau salah. "Maksud lo?" Tanya alvea ingin memastikan.
Marthin terkekeh, lalu mengedikan bahu. "Gak tau, gak ada pengulangan,"
Woiii maksud dia tadi apaan?!
"Apaan gak?!" Alvea maju selangkah, memperhatikan wajah marthin yang berubah jadi serius. "Ada yang baru," jawab marthin.
"Apanya?"
"Oreo!"
"Hah?"
"Bolot!" Marthin mendorong kepala alvea pelan menggunakan pulpen. "Sejak kapan bawa pulpen?" Tanya alvea.
Marthin mengedikan bahu lagi, "sejak avatar numbuh rambut,"
"Rambut?" Seperti beo, alvea mengulang kembali ucapan marthin. Alvea tidak fokus, ia masih memikirkan ucapan marthin tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...