[Completed]
People will go, but feelings, they stay.
Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini dia pasangan fenomenal yang nyaingin kak lucinta dengan pacarnya, Sheren dan Alex," Keisha sudah memanggil keduanya. Setelah penyambutan terlambat dari kepala sekolah karena terkena diare, giliran Sheren dan Alex yang tampil.
"Yow dream!"
Alvea dan Keisha turun dari panggung. Duduk di tempat yang sudah di sediakan lalu meminum sebotol air mineral. Sheren dan Alex sudah berada di atas panggung, keduanya sama-sama membawa guitar.
Alex mulai memetik gitarnya, menciptakan suasana hening.
You don't know babe When you hold me And kiss me slowly It's the sweetest thing And it don't change If I had it my way You would know that you are
Sheren mulai bernyanyi, ia mulai mengiringi lantunan gitar Alex. Keduanya tersenyum. Sorakkan meriah datang, sebisa mungkin Sheren berfokus dan menghiraukan ledekan Arul.
You're the coffee that I need in the morning You're my sunshine in the rain when it's pouring Won't you give yourself to me Give it all, oh
Kini keduanya bernyanyi bersama.
I just wanna see I just wanna see how beautiful you are You know that I see it I know you're a star Where you go I'll follow No matter how far If life is a movie Oh you're the best part, oh You're the best part, oh Best part
[Alex] It's this sunrise And those brown eyes, yes You're the one that I desire When we wake up And then we make love It makes me feel so nice
You're my water when I'm stuck in the desert You're the Tylenol I take when my head hurts You're the sunshine on my life
Alex menatap Sheren dalam, Sheren belum menyadari tatapan Alex sampai ia mendengar teriakan dari Keana. Emang kampret, Sheren hampir membuyarkan konsentrasinya.
Keduanya sailing menatap, kini bukan sekedar tatapan biasa. Yah, jauh disana ada seorang pria yang setidaknya menepis rasa cemburunya jauh-jauh. Farrel melihat itu, selepas drama yang memusingkan kepalanya, ia segera menemui sobatnya yang sedikit lagi akan dilantik menjadi bagian dari kerajaan cemet.
"I've already tell you,"
Dio menoleh, menatap Farrel bingung. Ia masih mengenakan pakaian dramanya karena kata Farrel, ia terlihat seratus kali lipat lebih tampan.
"Apa?"
"You're like her, aren't you?"
Dio mengalihkan pandangannya, diam mengabaikan pertanyaan Farrel. Berakting seperti barusan Farrel tidak mengatakan apa-apa, padahal perkataan Farrel menggema di pikirannya.