Ini seperti sebuah mimpi, karna bagiku kamu terlalu sempurna untuk jadi nyata. Sesempurna itu sampai kamu mampu menghancurkan hatiku juga dengan sempurna.~•~
19.06 p.m
Sheren sudah berada di rumahnya, lebih tepat berada di kamar. Kamar sheren dihiasi dengan berbagai pajangan super hero, ada juga poster Shawn mendes karna sheren fans berat Shawn, juga beberapa bingkai foto dirinya dengan keluarga juga dengan teman-temannya.
Sheren menatap langit-langit kamarnya. Kedua tangan sheren dibuka lebar, ada ponsel yang ia geletakan begitu saja di dekat tangan kirinya. Sheren berandai-andai, kalau dia jadi bat man pasti akan memusnahkan berbagai populasi manusia alay di bumi. Parah emang.
Drttt... Drttt... Drttt...
"Berisik," sheren berdecak kesal, gadis itu mengambil ponselnya dan memposisikan di depan wajahnya persis.
Dio alveiro is calling you...
"Wow is magic," sheren langsung bangun. Gadis itu berdeham untuk memastikan suaranya tidak serak. Halah. Sheren mengangkat telfon dari dio. "Yo, halo kak kenapa?" Ahay.
"Chat gue gak lo bales. Jadi gue telfon, gue cuma mau nanya sama minta pendapat,"
"Apaan tuh kak?"
"Gue mau nanya lo mau tampilin apa buat hut sekolah? Alex juga belum bales, makanya gue tanya lo,"
"Oh itu, mau nyanyi lagu it girl it boy. Mau lo data?"
"Iya sher,"
"Oh begitu. Terus, mau minta pendapat apa kak?" Sheren bertanya penasaran. Gadis itu tersenyum nipis lalu merebahkan badannya di kasur.
"Soal lagu sama suara gue,"
"Lo mau nyanyi?! Anjayyy," sheren memekik senang.
Dari sana, dio terkekeh pelan. "Rencananya mau pake lagu little things yang one direction, gue juga main gitar. Mau denger?"
Njir bisa melayang-layang gue hehehheehhehe.
"Boleh kak, mana gue mau denger," ucap sheren antusias. Gadis itu langsung bangun dan tersenyum senang.
"Oke bentar," disana, dio meletakkan ponselnya di meja yang disenderkan pada botol minum. Lalu ia menyiapkan gitarnya. "Gue mulai ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...