"Kalo benar itu gue, gimana?"
Keana dan Yuan sedang berjalan menuju tempat parkir. Hari ini pulang lebih cepat karena guru sedang rapat. Setelah kejadian tadi persoalan menebak-nebak siapa yang menjadi dalang masalah dirinya dan Keano, Leika beropini bahwa Yuan-lah menjadi dalangnya. Pas sekali dengan datangnya dirinya. Yuan datang ke kelas Keana karena ingin meminjam pulpen. Kebetulan yang bisa di bilang, luar biasa.
"Apanya?"
"Yang tadi lo omongin sama Leika,"
"Hah? Gak usah ngaco,"
Yuan menertawakan dirinya dalam hati.
Jujur, gue takut bilang kalau semua itu adalah ulah gue. Cuma lo, cuma lo yang mau dukung gue buat bangkit kembali.
"Na, jangan pergi,"
Awalnya Keana menghiraukan kata-kata Yuan, namun kali ini dengan nada suara yang memohon, Keana menghentikan langkahnya.
"Stay, be my painkiller, forever,"
Keana menghentikan langkah, memegang kedua lengan Yuan dan berdiri di depannya. Keana meletakkan punggung tangannya pada dahi Yuan. "Are you okay?"
"I'm not okay if you leave me,"
"I won't. Lo kenapa sih?"
"Say it, promise to me you'll never leave me,"
Keana terdiam. Menjauhkan tangannya dari dahi Yuan. Mama pernah bilang, jangan berjanji suatu hal yang belum tentu kamu bisa menepatinya. Keana tidak menjawabnya, ia menghela nafas. Sepertinya Yuan sedang kumat.
"A-ayo pulang, lo kerja mulai jam Lima kan? Ke rumah dulu, ya? Mama mau ketemu sama lo,"
"Promise,"
"Yuan—"
"Na, lo pernah merasakan penyesalan yang amat besar? Hidup lo penuh dengan hal itu, hati lo bahkan berubah menghitam karna penyesalan itu. Lo pernah putus asa dibuatnya?"
"Yuan,"
"Tell me what should i do?"
"Lo apaan sih?"
"Let me know, bagaimana caranya pantas untuk dimaafkan seseorang? Apa yang harus dilakuin? Apa perlu memohon dengan—"
"YUAN LIAM!"
Yuan dibuat bungkam dengan teriakan Keana. Teriakan gadis itu menghentikan aktivitas di sekitar mereka. Keana menunduk, menahan tangis sebisa mungkin. Keana tau, sekali lagi Keana tau. Bukan, bukan tau siapa dalang dalam permainan itu, tapi Keana tau apa yang Yuan rasakan.
"Yuan please, please. Stop thinking all about that fucking regret,"
"You don't know how that feel, Keana!"
"I AM!" Keana meninggikan suaranya, merasa frustasi karena Yuan selalu saja mengatakan itu. "Lo udah minum obat lo?"
"Are you kidding me?"
"Yuan-!"
"Obat itu, cuma buat gue mati perlahan, obat itu terlalu keras,"
Lagi dan lagi, Keana menghela nafas. Helaan nafas frustasi kesekiannya. "Alright, sekarang mau lo apa?"
"Kalo gue orang yang selama ini buat permainan itu, gimana?"
"Fine, I'll try my best to accept everything that had happened. Gak akan ada yang bisa dirubah juga kalo gue gak menerimanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...