Dingin, itu yang pertama kali keana rasakan saat terjebak di supermarket karena hujan. Supermarket yang kebetulan sepi membuat keana bosan, di tambah hujan yang semakin deras tidak memungkinkan keana menerobosnya. "Gue terobos, auto diomelin mama deh, haduh," Keana memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.
Seorang berjaket hitam dari luar sana memberhentikan motornya di halaman supermarket itu, turun dengan segera lalu berteduh.
Wah asu, kak dio lagi.
"Kak dio?" Keana tersentak kaget karena melihat keana berdiri disampingnya.
Bodo amat, sok kaget.
"Eh?" Dio menyisir rambutnya kebelakang, jaketnya sedikit basah entah kenapa tidak semuanya, padahal hujan sangat deras. "Ngapain lo?" Tanya dio.
"Menurut lo aja gimana? Nih gue ada plastik belanjaan, masih mau nanya ngapain?"
Buset, gue ngegas amat ya.
"Lagi bad mood ya? Oke maaf,"
"Tau darimana lo?"
"Ketawan sih dari cara lo ngomong, karna kalo lo lagi pms pasti lebih galak dari ini,"
"Bangsul." Keana memukul lengan dio kencang hingga dio meringis kesakitan. "Eh, eh, sakit!"
"Peduli gitu gue? Kaga!" Keana semakin memukul dio, dio hanya tertawa karena pukulannya mereda. "Kenapa gak perduli?" Tanya dio iseng.
"Pengen banget sih gue peduliin, lagian lo ngapain sih pake neduh? Lemah banget gak mau kena ujan," Cibir keana. "Gue mah lagi sakit, gak mungkin nerobos, gue bukan lemah ya, awas aja lo!" Lanjut keana.
Dio melepas jaketnya lalu meruhnya di pegangan bangku yang sudah rapuh. "Sakit hati?" Dio memiringkan kepalanya.
WOE SI BANGSAT, NAPA SOK IMUT GITU HAH? BELOM AJA GUE GAMPAR.
"Apa sih? Sok imut lo."
"Masa?"
YEU ANYING.
"Iya! Udah napa bacot banget lo," Ucap keana. Hening, keana memeluk dirinya karena merasa semakin dingin.
"Dingin ya? Haha mampus," Ledek dio.
"Bacot."
Hening lagi, tiba-tiba saja dio menarik keana kedalam dekapannya. Keana kaget dan berusaha lolosin diri namun apa daya, tenaga dio lebih besar darinya. "Heh anju! Ngapain lo?" Tanya keana.
"Menurut lo? Udah diem, jaket gue basah dan ga mungkin gue pinjemin ke lo, lo bau."
"Bangsat." Keana menyerah, dio semakin ngeratin pelukannya. "Sumpah ka, gak enak diliatin orang! Lagian juga gak ngebantu lo asu!"
"Bodo."
"Kak dio!"
"Diem,"
"Lepas,"
"Kagak mau gue,"
"Lepas anjeng,"
"Kagak."
"Dih, tubir aja yo!"
"Diem dulu," Keana diam, dio melepas pelukannya lalu membisikan sesuatu. "I like you, I guess?"
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...