Kamu itu seperti awan, terlalu tinggi untuk di gapai. Kalaupun bisa itu hanya delusi semata.~•~
Keisha berjalan memutari daerah sekitar hotel, malam ini tidak terlihat adanya bintang juga bulan. Keisha merasa langit saat ini mewakili perasaannya, terlihat gelap berawan, lebih kelabu seperti hatinya. Kelabu, tidak secerah dahulu.
Dylan mengajak keisha berjalan-jalan, suasana dalam perjalan terasa canggung, dylan juga merasa keisha tidak menganggapnya ada. Dylan tahu itu salahnya, membiarkan matahari dihidupnya padam. Dylan memasukkan kedua tangannya di kantung hoodie berwarna abu-abu miliknya.
Hawa malam ini terasa dingin, angin-angin mulai menerpa kulit lembut keisha. Gadis itu menyesal tidak memakai jaket. Keisha merasa kedinginan, cuaca malam ini sangat mendukung suasana hatinya. "Dingin?" Tanya dylan pada keisha. Keisha tidak menjawab, alih-alih menunggu jawaban dari keisha, dylan melepas hoodie nya dan memaikannya pada keisha.
Keisha menggeser langkahnya menjauhi dylan, ia ingin memakai hoodie itu sendiri. "Engga ada bintang, langitnya jadi sedih," ucap dylan. Keisha mengedikkan bahu acuh. "Engga ada lo, gue jadi sedih," dylan berucap lagi.
Keisha membuang muka, ada segaris senyum di wajah gadis itu. Keisha merasakan gejolak aneh yang ia rasakan sekarang. "Kali ini langitnya kurang beruntung,"
Pada akhirnya tembok pertahan keisha runtuh dengan rasa penasaran. "Kenapa?"
"Karena gue mencuri bintangnya," dylan menunjuk keisha, "lo."
Senyum di wajah keisha merekah, gadis itu menyembunyikan senyumnya dengan menunduk. "Kalau di malam hari, lo itu bintang. Tapi kalau di siang hari, lo itu matahari," dylan menatap langit dan tersenyum. "Saat malam lo menghiasi hati gue, saat siang lo menyinari hati gue."
Runtuh total tembok pertahan keisha, gadis itu tersenyum lebar. "Tumben bahasa lo bener, biasanya kacau,"
"Iya, lagi puitis akhir-akhir ini,"
"Kenapa? Pr dari bu sudarmi ya? Nyuruh bikin puisi kan doi?" Tebak keisha.
Dylan mengangguk, "iya, kampret tuh, kata nya dua hari di bali abis study tour itu penyegaran sebelom unbk, tapi masih aja di kasih pr. Belom aja gue keluarin jurus sasaeng,"
"Kok sasaeng?"
"Nanti gue ikutin dia ke rumah, gue terror pake bantal bekas ilernya alvaro yang ilernya bentuk tulisan saya mengawasi ibu....,"
"Terus?"
"Abis itu gue dandan jadi valak." Dylan menepuk dadanya bangga.
"Hahaha bego, kan bu sudarmi jantungan. Dosa lo nanti hidup lo nambah kaga berkah,"
"Berkah, hidup lo aja yang kaga berkah, cuih,"
"Berkah dong."
"Kaga."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction[Completed] People will go, but feelings, they stay. Awalnya ini hanyalah rasa yang sederhana sampai takdir mulai membuat permainan hati. Aku tak pernah bisa memilih ingin menyukai siapa, aku tak pernah bisa menolak takdir meski aku ingin sekali m...