Part 3 (s)

360 7 0
                                    

Ekstra Kurikuler

"Berbeda bukan berarti tidak berjodoh, tapi mungkin emangbeneran bukan jodoh."

Trey sudah bersiap dengan pakaian futsalnya, dengan rambut dikuncir kuda dan poni rata di atas alisnya, membuat dia terlihat seperti anak kecil. Pelatih sedang mengarahkan untuk latihan kali ini, semua menyimaknya dengan baik. Setelah itu, mereka berdoa dan memulai permainan.

Sebenarnya dia tidak jago dalam olahraga manapun, mengikuti ekskul futsal ini hanya sekedar olahraga kebugaran saja, bukan berati dia ahli. Namun, dengan terus berlatih akhirnya dia menjadi terbiasa dan bisa.

Lima menit dilakukan untuk pemanasan, dan brifing sisanya mereka langsung bermain. Peluh keringat di area wajahnya membuat Trey tidak nyaman, perempuan itu mengusapnya. Tidak terasa hampir 2 kali putaran bermain, terkadang dia jatuh karena bertabrakan, lalu dia tertawa sambil melompat karena berhasil memasukan bola, semua itu membuat dia letih.

Dia hendak menendang bola yang ada datang padanya, tapi tertahan. Ternyata itu adalah bola basket, Trey segera melihat ke arah jam yang ada di tangannya. Ini belum waktunya, mengapa mereka sudah datang. Itulah yang dia pikirkannya. Satu tangan dia arahkan ke atas tanda memberhentikan pertandingan kali ini.

"Maaf Trey, aku mengganggu acara latihan kalian," ucap salah satu dari grombolan anak basket, yang dia tau bahwa yang sedang berbicara dengannya itu adalah ketua basket sekolah mereka.

"Oh ok, tapi ada apa memang? Ini masih jam kami," ucap Trey meminta penjelasan.
"Jadi begini, Pak Roy ingin anak SMP latihan gabungan sama anak sekolah kita, katanya sih mereka akan mengikuti lomba, itung-itung melatih skil."
"Ya baiklah, kalau begitu tunggu 5 menit lagi, kita selesai," ucap Trey sambil melemparkan bola basket itu dan dia berputar melanjutkan permainan, sampai dia tidak melihat jika yang menangkap bola basket itu adalah Vano. Lelaki itu tersenyum, memperhatika. Trey bermain. Sangat tidak jago sama sekali.

Bermain futsal dengan basket itu sangat berbeda, setidaknya bermain futsal hanya butuh lari dan memasukan bola dengan tendangan. Tetapi jika bermain basket tidak hanya butuh tenaga untuk lari, pemain juga harus punya tenaga untuk menompat dan memainkan tangannya, jadi secara otomatis tidak hanya kaki dan pikiran yang berjalan tapi semua anggota tubuh harus bergerak dan itu sangat melelahkan, setidaknya itulah yang dipikirkan di otak kecil Trey.

Dia berada di jajaran kedua kursi di pinggir lapangan dengan sebotol air mineral dan benda pipih di tangannya, dia membuka kunci handphonenya. Dengan menekan bebrapa huruf. dia ternyata memiliki beberapa pesan yang berada di apk WhatsApp-nya. Beberapa grup sedang ramai membicarakan gosip terbaru, dia hanya melihat, tetapi tidak ada niat bergabung, hanya karena gosip artis, mereka ramai berdebat.

Tiing

Ada pesan masuk, dia segera membukanya.

0897XXXXXXX
Arah jam 3

Bola matanya segera bergerak, dan di sana ternyata ada Vano, sedang tersenyum ke arahnya. Dia segera kembali melihat ke handphonenya dan memasukan ke dalam tas dan bergegas pergi. Seakan akan dia tidak melihat apapun. Padahal jantungnya berdetak lumayan kencang. Mungkin ini hanya efek bermain futsal tadi, ucapnya.
Satu tenggak lagi air mineralnya akan habis, dia membuka botol itu dan hendak meminumnya.

Sret

Air itu terminum, tapi bukan oleh Trey, Tetapi oleh lelaki yang tadi tersenyum di arah jam 3. Trey tentu saja kaget bukan main. Dia tidak mempermasalkan air putih itu, tapi sungguh dia sedang tidak ingin bertemu dengan anak SMP ini.

"Terima kasih," ucap Vano sambil tersenyum, memperlihatkan giginya yang rapih.
"Gak pernah ngerasa ngasih," ucap trey ketus.
"Iya, enak airnya, Manis."
"Gak jelas banget," ucap Trey malas.
"Balik ke lapangan lagi yuk," ajak Vano.
"Mau pulang, udah sore."
"Tenang, nanti pulangnya aku anterin,"
"Masih banyak urusan," ucapnya mencari alasan.
"Nanti urusannya aku bantu."
"Gak bisa, ini urusan perempuan."
"Yaudah, hati-hati, jangan lupa istirahat."
"Jangan so care." Tolong. Siapapun jahit saja mulut perempuan jutek ini.
"Gak apa-apa dong, sama sahabat sendiri ini." sambil mengacak acak rambut Trey.
"Terserah," ucap Trey. Lalu segera pergi, namun serabut merah di pipinya ridak ikut hilang juga. Senyum yang ia tahan sedari tadi, akhirnya melebar dan membuat dia mengarahkan badannya ke belakang.

Jangan lupa follow+vote+comen yaa
Dengan begitu, membuat aku semakin semangat.

Terima kasih
Salam kenal
Dari aku yang suka keripik kentang yang pedas.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang