Basket?
Trey sedang menonton Vano yang sedang latihan basket. Gerakan yang lincah dan aksi-aksinya memasukan bola ke ring, membuat perempuan-perempuan berdebar dan berdecak kagum melihatnya. Tak sedikit yang meneriakan dan memanggil namanya, memang hal yang lumrah sih. Dari zaman ek zaman juga begitu, lelaki yang bisa bermain basket dan main gitar sepertinya mempunyai daya tarik luar biasa, apalagi ditunjang dengan wajah diatas rata-rata.
Trey melihat arlojinya, sekitar 5 menit lagi, kemungkinan akan selesai latihannya. Karena sudah hampir satu jam. Mungin inilah yang disebut latihan berasa tanding. Karena sedari tadi, koin nampak terus saling kejar mengejar, dan mereka juga beradu skil. Layaknya sedang beradu dengan lawan.
"Hai Kak," sapa seorang anak yang berseragam SMP, terlihat ramah dan sopan. Dari pakaiannya juga seperti bukan berandalan.
"Iya," jawabnya Trey ramah, dia tidak ingin disebut sombong. Apalagi dia kemari bersama Vano.
"Lagi nunggu siapa?" Tanya bocah SMP tersebut.
"Vano." Singkat padat jelas. Dia tidak berniat bohong, pada lelaki berkacamata minus ini.
"Bener kata orang, cewe itu selain meleleh kalau dinyanyiin, dia juga bahagia liat cowonya bisa main basket. Kakak sampe serius banget liatnya. Sayang banget saya gak bisa main basket." Dalam hati, Trey terkekeh mendengarnya. Namun, segera dia tepis. Dia tidak mau terlihat aneh.
"Biasa aja kok, lebih keren lagi kalau bisa ngaji, iya Kan?" Tanya Trey. Anak SMP itu mengangguk setuju. Sayangnya dia juga belum bisa ngaji.
"Ouh iya, kenalin saya Ezaz Nuwarta, kalau susah panggil aja Z atau pengen yang lebih gampang, panggil aja sayang. Aku ketua osis di sini."
Tepat sekali pemikiran Trey, tentang dia. Yang anak baik-baik.
"Eh, haha. Ok, Aku Trey."
"Ok Kak Trey, Aku pulang duluan ya, semoga bisa ketemu lagi di lain waktu."
"Ah iya, hati-hati."
Aneh, lelaki itu misterius sekali. Trey kira, dia akan meminta nomornya. Ternyata tidak. Apa mungkin anaknya memang baik kepada semua orang, entahlah.
Dia menatap kepergian Ezaz, sampai tak sadar Vano sudah ada di sampingnya.
"Udah kenalannnya?" Tegur Vano, terdengar sangat dingin, dan berhasil membuat merinding.
"Eh, eum apaan sih, kamu sudah selesai?" Trey salah tingkah, dia mencoba untuk mengalihkan perhatian Vano, kenapa seperti pacar yang ketahuan sedang selingkuh saja. Ucap Trey dalam hati.
Vano mengambil minuman di tangan Trey. Dia meneguknya sampai tandas. Kemudian berjalan meninggalkan Trey. Tentu saja, Trey menyusul Vano. Walaupun sedikit kesal. Dia yang ngajak dia yang nyuekin.
"Vano tunggu ish," ucap Trey sambil menghentakan kakinya. Dia kesal karena tidak bisa menyusul langkah kaki Vano yang lebar. Karena lelaki itu lebih tinggi.
"Pulang!" ucap Vano, singkat padat jelas. Yang sudah berada di sampingnya, lalu menggenggam tangannya.
Trey hanya mengangguk saja, menuruti ucapan lelaki itu yang terlihat sedang menahan kesal.
Mereka naik mobil, di perjalanan pun Vano diam saja, dia hanya fokus pada jalanan. Dalam hati, Trey bersumpah tidak akan mau ikut menemani lelaki itu latihan lagi.
"No," ucap Trey yang masih tidak enak hati.
"Hmm," jawabnya."Kenapa?"
"Gak apa-apa."
Krik krik seperti tepung ko*e(maaf ga diendors) mereka saling diam, sampai rumah Trey. Mamah dan babanya Trey belum pulang. Karena baru jam 4.
"Mau mampir dulu?" plisss jangan aku cuma basa basi *ucap trey dalam doa.
"Yaudah" ternyata doa Trey belum dikabul, padahal dia inginnya Vano menjawab dengan, enggak.
"Huaaa, akhirnya bisa istirahat juga!" teriak Trey lelah, dia merebahkan diri di sofa.
"Aku mau solat ashar dulu ya," pamit Vano, yang baru saja kelaur dari kamar mandi. Oh, ternyata lelaki itu mampir untuk sholat.
"Ok," ucap Trey, sambil tersenyum. Jujur saja dia sangat menyukai sikap Vano yang tidak meninggalkan ibadahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Jatuh Cinta
Teen FictionFollow dulu, biar bacanya tenang. "Cinta itu bukan surat yang harus selalu ada balasannya" @ayufitriani656