part 11

144 5 2
                                    

Meroko?

Setelah sampai di rumah Trey, Vano mampir sebentar. Trey sedang menaruh tasnya di kamar, sekalian mengganti pakaiannya. Menjadi pakaian rumahan yang lebih santai.

"Trey aus," ucap Vano, saat melihat Trey keluar dari kamar.

"Biasanya juga ngambil sendiri." 

"Pengen diambilin," ucap Vano sambil memainkan hpnya. Trey yang greget melihat tingkah Vano itu, menjulurkan lidahnya sambil mengejek.

"Trey, bikinin makanan dong."
Baru saja Trey akan pergi ke ruang tengah.  Vano sudah ada di dekatnya. Sehingga tubuh mereka saling bertabrakan. Namun ada yang aneh, indra penciuman Trey seketika menajam.

"Kamu ngerokok?" Tanyanya setelah memastikan  apa yang diciumnya itu.

"Enggak," ucap Vano santai.

"Ko ini bau rokok, perasaan gak lagi flu, pasti gak salah."

"Oh... ini Andrew yang ngerokok, tadi pas dia lagi ngerokok, aku ada di situ." Vano menjelaskan dengan santai, kemudian mengambil gelas yang ada di tangan Trey.

"Bohongggg,"  ucap Trey masih tak percaya.

"Yaudah kalau ga percaya mah, ini aku telepon Andrew sekarang juga," ucap Vano, kemudian mengeluarkan handphone dari saku.

"Jangan. Ok percaya."  Trey yang melihat Vano dengan muka watadosnya. Membuat dia tambah kesal.

"Trey!" Panggil lelaki itu, ketika mereka sedang asik menonton kartun kesukaan Trey.

"Apaan?" Jawabnya tanpa menoleh.

"Laper,"

"Masak sendiri!"

"Nanti kalau kebakaran, jangan salahin aku ya," lelaki itu mulai dengan mode mengancamnya.

"Bawel banget sih No, udah duduk sana di kursi makan, aku bikinin," ucap Trey, kemudian bangkit dan bersiap untuk masak. Dia  tidak enak hati, sekaligus kasihan pada Vano. Dia tidak tega, melihat badan vano yang hanya tulang dan kulit itu pingsan di rumahnya.

Dia membuat kan telur dadar keju. Tidak sampai 10 menit makanan itu sudah jadi.

"Ayo makan No!" Perintah Trey saat melihat Vano yang masih  memainkan handphonenya.

"Eh iya ayo, eh ko cuma telur dadar sih," ucap Vano tidak yakin dengan masakan Trey.

Tanpa banyak bicara, perempuan itu, membawa Piring yang berisi nasi dan telur tersebut.

"Eh mau dinawa kemana?" Tanya Vano yang tidak dihiraukan olehnya.

"Dibuang." Vano segera mengambil piring itu.

"Maaf deh, aku becanda kok  Trey, jangan cemberut gitu deh, bikin tambah sayang," ucap Vano sambil mencubit kedua pipi bakpau milik Trey.

"Sayang-sayang, gorengan jatuh lima menit aja dibilang sayang. Gak usah umbar kata sayang."

"Haha." Vano hanya tertawa sambil memakan masakan Trey. Rasanya enak karena rasa telur ya gitu-gitu aja kan ya.

"Kenapa cewe selalu larang cowo nya ngerokok?"
"Kenapa cowo selalu harus ngerokok?" Dia balik bertanya.

"Ya kasian dong kalau gak dibeli, nanti karyawannya gak digaji."

"Karena cewe itu gak mau cowonya kenapa-kenapa. Tapi kalau dia milih buat kenapa-kenapa ya sebodo amat gak urus," ucap Trey santai. Dia malas berdebat.

"Nih yah, lagian mau dia ngeroko atau engga toh sama sama bakal mati juga."

"Tapi setidaknya gak sakit-sakitan."

"Kalau cewe itu setia,.pasti mau dong nemenin cowo itu dalam keadaan apapun."

"Tapi gak dengan penyakit yang dibuat sendiri juga kan No."

"Tetep aja berarti cewenya gak setia." 

"Terserah deh,  males aku debat sama kamu mah, semerdeka aja deh" Trey bangkit dari meja makan.

"Cewe selalu ngambek kalau kalah debat. Akhirnya gue sebagai cowo harus minta maaf deh apes-apes" ucap Vano, saat melihat Trey pergi dari hadapannya. 

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang