Part 25 (s)

111 5 0
                                    

Menjilat ludah sendiri?

Setelah hampir satu bulan Trey dan Vano bersama. Trey hampir saja merasa luluh dan kalah dengan hatinya sendiri. Bagaimana dia bertahan untuk tidak jatuh cinta pada Vano, jika Vano sendiri selalu membuatnya sesak nafas, dengan kelakuan ajaib lelaki itu. 

Mulai dari setiap hari, Trey akan berangkat dan pulang bersama Vano. Mereka lebih banyak waktu bersama, terkadang saling membantu jika ada masalah pekerjaan ruma yang diberikan oleh guru, seperti menggambar organ tubuh, Trey akan meminta bantua Vano untuk menggambarkannya. Begitu sebaliknya, jika soal membuat puisi, maka Vano akan meminta Trey membuatkan puisi tersebut.

Vano berubah menjadi romantis dengan setiap pagi, siang, sore, dan  malam tidak pernah absen untuk mengucapkan selamat pagi, siang, sore, dan malam. Dia  juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan Trey makan dan banyak kejutan yang dibaut oleh Vano untuk Trey. Ini membuat hidup  Trey sangat berwarna.  Terkadang Trey merasa risih, dia tidak ingin terbawa suasana, biasanya Trey akan menanyakan pada Vano, kenapa Vano  baik padanya seperti saat ini .

"Makasih No, gelangnya bagus, Aku suka."

"Iya dong, Vanoooo," ujarnya dengan bangga.

"Kamu kenapa baik banget sama aku No? Padahal sayang uangnya, mending ditabung buat beli sepatu basket yang kamu incar itu," ucap Trey, setelah merasa ini tidak terlalu penting.

"Karenaa kamuuuu ituuuu adalahhhh sahabat aku Treyyy, kamu senang aku senang." sambil mencubit pipi Trey, lalu merangkul gadis itu. Jawaban dari Vano sukses  membuat hatinya terenyuh. Dia tidak ingin terbawa perasaan, jika Vano hanya menganggapnya hanya sahabat, maka dia juga harus melakukan hal yang sama. Sahabat, sahabat, always sahabat. Namun rasanya rasa itu mulai tumbuh dengan subur.

"Kelakuan banget No, baiknya kamu itu aneh, harusnya kamu cari pacar deh. Biar bisa kamu romantisin."

"Kenapa harus cari pacar, kalau ada kamu."
Tanya Vano, dengan suara yang mulai berubah dingin. Selalu seperti ini, Vano akan marah ketika Trey, memintanya mencari pacar. Tapi Trey juga bingung, jika Vano tidak pernah memberitahukannya tentang perasaan lelaki itu.

"Aku kan gak akan bisa selalu ada, bisa aja aku nanti punya pacar, terus kamu kesepian."

"Kamu mau pacaran? Sama siapa? Kok gak pernah cerita."

"Bukan begitu, itu kan misalnya aja."

"Kalau tau aku bakal kesepian, harusnya kamu jangan pacaran. Atau gak, kita aja yang pacaran. Biar sama-sama terus sampai tua dan maut memisahkan."

Vano harus dibelikan buku 99 cara terbaik  menembak perempuan sepertinya. Sungguh tidak romantis sama sekali. Siapa yang akan percaya, bahwa ajakan barusan adalah sungguhan. Jika nada bicara dan gestur tubuh lelaki itu terlihat sangat santai.

"Ngaco!"

"Kenapa enggak Trey, ayo kita coba dulu, siapa tau berhasil. Toh, selama ini, kita gak pernah berantem."

"Pernah."

"Ya karena kamunya ngeyel."

"Aku, atau kamu yang terlalu posesif."

"Aku kan cuma berusaha untuk terus jagain kamu,"

"Iya, sampai semua kontak cowok dihapeku kamu hapus, cowok yang follow aku kamu blokir, bahkan kamu ikut acara sekolah aku, untuk kemping, karena kamu takut aku akan dekat sama cowok di sana. Ajaib No," ujar Trey dengan menggebu-gebu.

Vano hanya tersenyum, dia tau dirinya memang sudah terlalu posesif. Tapi bagaimana lagi, dia tidak bisa melihat Trey dengan yang lain. Egois? Memang.

"Wanita adalah makluk yang tegar dan rapuh dalam waktu bersamaan, tapi wanita adalah makluk yang kuat saat dirinya harus menutupi perasaannya, dengan selalu berkata tidak apa-apa."

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang