Part 10 (s)

145 5 0
                                    

Marahan

Waktu menunjukan pukul 3. Waktunya trey pulang, hari ini dia sedikit badmood. Entah kenapa, kemungkinan karena bertemu dengan Vano di fotocopy-an tadi. Vano bolos? Apa sering? Itu yang masih ada dalam pikiran Trey. Tapi apa pedulinya. Mereka hanya sahabat gak perlu larang-larang apalagi mengatur.  Punya hak apa?  Haha Trey tertawa dalam hatinya sambil berkata.

"Bodoh banget sih Trey," ucap Trey lirih.

Ting dret dret

Ada pesan dari aplikasi WhatsApp  masuk,  Trey segera membukanya.

Bocah SMP

Dimana? Udh plang blm?
15:00


Trey membacanya dalam hati, dan malas untuk  membalasnya. Dia memasukan handphonenya ke saku baju.

Dret dret dret dret

Kali ini bukan bukan pesan masuk tapi panggilan masuk. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Vano. Trey sedang malas bicara dengan Vano. Dia membiarkan panggilan masuk itu sampai berhenti sendiri.

Tinnn

Tinnn

Suara klakson mobil berbunyi,

Trey mencari sumber suara, ternyata Vano. Trey tetap berjalan, tidak menghiraukan hal tersebut, membuat Vano geram sendiri. Vano segera turun, dan mencekal lengan Trey.

"Ayo pulang, aku antar," ucap Vano dengan gentle.

"Ga usah," jawab Trey ketus.

"Masuk ga." Ambigu sih, seperti bertanya, namun juga memerintah.

"Enggak!"  Jawab Trey tegas.

"Bilang aja mau pulang bareng anak kelas satu itu kan." Trey tidak terima dengan tuduhan Vano itu, bisa-bisa lelaki itu berpikir begitu.

"Engga! Apa-apaan sih, bawa-bawa Dirga."

"Makanya masuk," ujar Vano tak mau kalah.

Trey langsung melepaskan cekalan Vano dan berjalan masuk ke dalam mobilnya. Vano pun menyusul, dan mengendarai.

Di perjalanan mereka saling diam, Trey melihat ke arah jendela. Dan Vano, menatap lurus ke jalanan.

"Kenapa diem aja? Biasanya juga rame," ucap Vano membuka percakapan.

"Ke pasar kalau mau rame," ketus Trey.

"Iya lupa lagi pms yak, galak banget sih,"  ujarnya meledek Trey, dia lupa. Trey memang benar-benar sedang PMS.

"Serah,"  jawab Trey semakin marah.

"Haha, mau makan baso? Es krim? Atau Pizza?" Tawar Vano.

Trey menggeleng.

"Terus mau apa?"

"Balik,"

"Yowes Mba, tak turuti yoo," ujar Vano, melucu dengan logat Jawa yang tidak Jawa-jawa banget.

"Bodoamat No bodoamat."

"Marah kenapa sih ? " Vano merasa bahwa Trey benar-benar kesal padanya, bukan karena sedang PMS.

"Pikir aja sendiri!"

"Gak bisa mikir aku,"  ucap Vano so imut.

"Iyalah gimana mau mikir, kerjaannya bolos melulu."
"Ouh jadi marah  gara-gara aku bolos, yaudah maafin ya, lain kali gak akan bolos lagi."
"Enggak apa-apa mau bolos juga,"
"Bohong banget," ucap Vano terkekeh.

"Lagian siapa aku? gak ada hak ngatur-ngatur, mau bolos, bolos aja." Trey berkata dengan lugas, padahal tidak ikhlas.

"Kamu punya hak kok,  aku kasih hak buat kamu  ngatur-ngatur aku, apa kamu mau jadi pacar aku? Biar kamu punya hak itu."

"Gak ada orang yang suka diatur-atur, ngaco!"
"Aku suka kok diatur-atur," ucap Vano, sembari mengedipkan matanya. Trey hanya diam. Tidak tau harus bersikap seperti apa, walaupun dalam hati, dia sudah ingin sekali menjambak rambut sahabatnya.

"Tapi kamu harus janji satu hal," ucap Vano.
"Apa?"  Tanya Trey penasaran.

"Jangan deket-deket sama cowo lain,"

"Kenapa gitu? Ya terserah aku dong."

"Ya kan yang modus sama tulus itu susah bedainnya."

"Ya gampang aja sih." 

"Gimana coba?"

"Kalau tulus itu yang engga pamrih kalau yang modus itu...."

"Yang modus itu? "

"Kaya kamu misalnya,"

"Treyyy."


Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang